21 March 2018

by Glenn Kaonang

AI Dapat Membantu Mengoptimalkan Frekuensi Notifikasi Smartphone

Jumlahnya berkurang, dan yang disajikan pun lebih mungkin untuk diklik

Lagu "I Miss You But I Hate You" gubahan Slank tak cuma bisa ditujukan kepada pasangan saja, tapi juga pada notifikasi smartphone. Saat sedang menganggur dan bosan, ekspektasi kita terhadap notifikasi yang masuk jadi bertambah besar. Sebaliknya, saat sedang sibuk bekerja, kita bisa dibuat frustasi oleh banjir notifikasi yang datang.

Dari sudut pandang lain, ketika suatu aplikasi mengirim terlalu sedikit notifikasi, kemungkinan konsumen jadi kurang termotivasi untuk menggunakannya. Sebaliknya, ketika notifikasi yang dikirim terlalu banyak, bisa jadi konsumen malah menghapus aplikasi tersebut.

Repot memang mencari titik keseimbangannya, akan tetapi tim peneliti asal Taiwan tengah menyiapkan solusinya dengan mengandalkan bantuan AI. Berdasarkan hasil riset dan pengembangan yang mereka lakukan, AI terbukti mampu meningkatkan efektivitas notifikasi dan mencegahnya menjadi fitur yang mengganggu.

Duo pengembangnya, TonTon Hsien-De Huang dan Hung-Yu Kao, menamai AI ini C3-PO (Click-sequence-aware deeP neural network-based Pop-uPs recOmmendation) – sedikit maksa, tapi oke lah yang penting fungsional. Sederhananya, AI dilatih menggunakan data-data seperti browsing history, shopping history dan detail finansial.

Di samping itu, AI juga menganalisa notifikasi yang kerap diterima konsumen, dan mana saja yang mereka klik. Dari situ AI bisa menentukan kapan harus mengirim notifikasi, seberapa sering frekuensinya, dan apa saja konten yang pantas (tidak berpotensi mengganggu).

Hasilnya menurut mereka cukup positif. AI terbukti sanggup mengurangi jumlah notifikasi yang muncul, dan jumlah klik terhadap notifikasi yang dilakukan konsumen pun juga meningkat. Namun tentu saja masih dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk mematangkan teknologinya.

Di sisi lain, duo peneliti ini juga punya rencana untuk menerapkan AI serupa dalam konteks dunia periklanan. Harapannya adalah membantu para pengiklan untuk mengoptimalkan eksposur mereka (kapan dan seberapa sering iklan harus disajikan).

Sumber: MIT Technology Review dan Engadget.