1. Startup

Aksaramaya dan Transformasi Perpustakaan

Kolaborasi Perpustakaan Nasional dan Aksaramaya menghadirkan perpustakaan 2.0, iPusnas

Banyak yang coba diperbaiki oleh pemerintah Indonesia mengenai pendidikan. Di antaranya adalah menumbuhkan minat baca di kalangan pelajar dan mahasiswa. Minat baca disinyalir menjadi salah satu akar permasalahan pendidikan Indonesia, seperti minimnya jurnal karya ilmiah dan pengetahuan dari siswa-siswi di Indonesia. Pemerintah juga memulai beberapa program untuk meningkatkan minat baca sejak usia dini, salah satunya dengan membuat program gerakan literasi sekolah. Permasalahan minat baca ini tampaknya juga menjadi salah satu fokus Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI. Bersama dengan Aksaramaya, Perpusnas meluncurkan iPusnas, sebuah aplikasi yang memungkinkan penggunanya meminjam dan membaca buku dalam bentuk digital dari berbagai macam ePustaka (perpustakaan digital).

Aksaramaya, seperti kita ketahui bersama, dari dulu memang getol dalam mengembangkan aplikasi-aplikasi digital untuk perpustakaan. Apa yang dilakukan Aksaramaya seolah menjadi jalan alternatif untuk kembali memudahkan masyarakat Indonesia mendapatkan bahan bacaan, dalam hal ini buku, dalam bentuk digital dengan lisensi legal. Hal ini juga melindungi para penyedia konten (buku) dari duplikasi ilegal meskipun format buku berupa digital.

Moco, iJakarta, sampai iPusnas menunjukkan keseriusan Aksaramaya dalam kembali memperkenalkan perpustakaan kepada masyarakat, tentu dalam format dan bentuk yang berbeda. Ia juga dilengkapi dengan fitur-fitur khas media sosial, yakni komentar dan rate.

Dalam peluncurannya beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI Titiek Kismayati, seperti dilansir Metro TV, menjelaskan bahwa selain menumbuhkan minat baca iPusnas juga hadir untuk mengubah pola baca masyarakat ke bentuk digital.

"Kita juga bisa mengubah pola baca masyarakat yang berbasis pada printed (cetak) ke digital. Orang tidak perlu lagi cari yang printed. Kalau perlu kita kasih ke orang biar mereka tidak berat membawa buku. Dengan begitu, orang jadi lebih fleksibel. Enggak perlu repot lagi datang ke Perpusnas. Apalagi Jakarta itu macet, belum nanti naik kendaraan dan harus persiapan," ujar Titiek.

Transformasi perpustakaan

Di era digital seperti sekarang ini banyak konten yang dikemas secara digital, bukan untuk meninggalkan format fisik tapi lebih untuk memudahkan pelanggan dalam membeli dan menikmati karya. Musik, video, film, dan buku sudah banyak dijual dalam bentuk digital. Sekarang perpustakaan digital hadir untuk melengkapinya dengan sistem sewa (pinjam) secara digital.

Saya masih ingat betapa susahnya membuat kartu keanggotaan perpustakaan daerah sewaktu masih SD dulu. Kita memerlukan banyak sekali dokumen seperti surat keterangan dari desa dan copy dokumen-dokumen lain yang cukup merepotkan. Untungnya hal itu sebanding dengan apa yang didapatkan, akses ke semua buku di perpustakaan dan boleh dibawa pulang.

Di era digital seperti sekarang, semua itu semakin mudah dan diringkas. Proses pendaftaran, meminjam, dan membaca buku cukup dilakukan dalam sekejap. Sama seperti Moco dan iJakarta, iPusnas juga mengusung kemudahan dalam proses pendaftaran dan peminjaman. Pengguna baru tinggal melakukan pendaftaran di form yang sudah disediakan, baik melalui aplikasi Android, iOS, atau aplikasi desktop, selanjutnya tinggal bagaimana mengedukasi masyarakat mengenai “wujud baru” Perpusnas dan menanti lebih banyak lagi stok koleksi buku digital yang disediakan.

Selamat datang perpustakaan 2.0!

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again