1 October 2019

by Dimas Galih W.

Alibaba Apsara 2019 Day 1: Cloud sebagai Basis Big Data

Laporan Konferensi Apsara dari Alibaba di Hangzhou, Tiongkok

Apa yang ada di benak Anda pada saat muncul kata "Cloud"? Saat ini mungkin hanya cloud storage seperti yang ditawarkan oleh Google pada Drive atau Dropbox yang cukup banyak terdengar di Indonesia. Well, setidaknya hal tersebut yang secara cepat terlintas di pikiran saya pada saat mendapatkan tugas untuk menghadiri sebuah acara konferensi di Hangzhou, Tiongkok pada tanggal 24 dan 25 September 2019 lalu.

Akan tetapi, definisi Cloud yang ada ternyata sedikit mirip, namun dalam penggunaan yang jauh lebih luas lagi. Cloud yang digunakan kali ini adalah milik Alibaba, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma. Dan jika Anda berpikiran bahwa Alibaba hanyalah sebuah perusahaan e-commercenope, it's way bigger than that!

Saya pertama kali datang ke sebuah kota yang bernama Cloud Town di distrik Hangzhou, Tiongkok. Di sana, dihelat sebuah acara yang dinamakan Alibaba Apsara Conference 2019. Ternyata, konferensi yang satu ini sudah dihelat selama 10 tahun.

Saat memasuki pintu, terlihat peserta konferensi yang begitu banyak. Mungkin jumlahnya mencapai ribuan. Media dari Asia Pacific sendiri mencapai sekitar 30-40 orang, yang 7 di antaranya datang dari Indonesia.

Acara Apsara Conference dimulai dengan kata sambutan dari para pejabat pemerintah daerah Tiongkok. Ternyata, implementasi AI (Artificial Intelligence) di Tiongkok sudah berjalan dengan baik. Seperti Hangzhou misalnya, AI yang dipasangkan untuk kebutuhan lalu lintas sudah dapat mendeteksi kemacetan dan menurunkan tingkat kemacetan di titik-titik tertentu.

Sebagai informasi saja, penggunaan Cloud dan AI pada perangkat pemerintahan sudah dilakukan di Tiongkok. Jika Anda melihat kamera tilang elektronik yang ada di jalan Jendral Sudirman, perangkat yang sama sudah terpasang di sana untuk mengurai kemacetan. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan dinas lalu lintas dalam mendeteksi pelanggaran.

Daniel Zhang: Rencana 5 Tahun Ke Depan

Acara dilanjutkan dengan Daniel Zhang sebagai pemimpin Alibaba yang menggantikan Jack Ma. Executive Chairman dan CEO Alibaba Group ini menyatakan bahwa Alibaba Group akan tetap berkomitmen pada misi yang telah dibentuk 20 tahun lalu untuk memudahkan aktivitas bisnis dimana pun dan kapan pun.

Daniel Zhang juga menjelaskan bahwa membekali para pedagang dengan pengetahuan teknologi data dan cloud intelligence menjadi sangat penting untuk dapat memenuhi misi ini di era digital. Zhang juga mengatakan bahwa dia akan menyokong 10 juta UKM yang ada di Tiongkok.

Tiga tahun lalu, Jack Ma memiliki visi bahwa masa depan dapat didefinisikan dalam "5 New" atau lima cara baru berbisnis, yaitu ‘New Retail, New Finance, New Manufacturing, New Technology dan New Energy. Tren ini merupakan panduan utama bagi Alibaba Group, yang menuntun pengambilan keputusan, mulai dari inisiatif bisnis hingga struktur organisasi. Dan ternyata, "5 New" tersebut sudah berjalan saat ini.

Zhang juga berencana untuk mengubah slogan "5 New" tersebut menjadi "100 New" yang nantinya bakal bisa dicapai seiring dengan transformasi digital industri, organisasi, kota, dan sekolah. Akan tetapi, nantinya hal ini akan menimbulkan "Demands and Supply" yang baru. Tentu saja, tingkat konsumsi ini akan dikendalikan dengan Data Intelligence, yang akan dipelajari secara internal Alibaba untuk menganalisa agar mendapatkan solusi yang tepat di masa depan.

Oleh karena itu, Alibaba membutuhkan pengumpulan data dalam jumlah yang besar. Untuk mencapai itu, Alibaba memiliki Alibaba Business Operating System, yaitu serangkaian digital tools satu pintu yang menggabungkan ekosistem penjualan Alibaba dengan teknologi cloud intelligence untuk memacu pertumbuhan konsumen, baik brand maupun perusahaan, serta untuk memahami kebutuhan konsumen lebih lanjut.

Dengan adanya Big Data (mahadata) yang terkumpul, serta cara komputasi awan yang tepat, keduanya akan menjadi "bahan bakar" dan "mesin" dari ekonomi digital. Alibaba juga memprediksi bahwa tren pertumbuhan data global pada tahun 2025 sendiri akan mencapai 175 ZB (zeta bytes). Oleh karena itu, Alibaba juga akan ikut andil dalam perekonomian digital tersebut.

Jeff Zhang: Teknologi Digital dengan NPU Baru

Setelah Daniel Zhang, Jeff Zhang selaku  CTO Alibaba Group dan President Alibaba Cloud menjadi pembicara kali ini. Beliau mengatakan bahwa ekonomi digital secara konsisten berkontribusi lebih dari 50% dari GDP Tiongkok pada lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2018, kontribusi pada pertumbuhan GDP sendiri mencapai 67,9%.

Transformasi digital sendiri memfokuskan pada permintaan, produksi, persediaan, dan operasinya. Semua itu harus dikendalikan sebagai momentum untuk masuk ke ekonomi digital. Akan tetapi, informasi dan teknoogi modern lah yang mengendalikan transformasi digital.

Jeff mengatakan bahwa ada empat pilar dari transformasi digital. Keempatnya merupakan cloud yang dapat diandalkan, Big Data (mahadata) yang pintar, Jaringan cloud yang pintar, serta mobilitas yang tak tertandingi.

Cloud bakal menjadi infrastruktur dari digital ekonomi. Oleh karena itu, sebuah cloud harus lebih stabil, lebih nyaman, dan juga lebih hemat biaya. Hal tersebut juga harus sejajar dengan pergeseran pemikiran ke arah teknologi dengan desain dan implementasi yang tepat.

Mahadata yang pintar sendiri nantinya akan menurunkan siklus pencarian data. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengumpulkan data, meningkatkan serta memilah data, mengklasifikasi dan penyimpanan data, mengetahui dan menggali data, serta mengaplikasikannya secara pintar. Hal ini sudah dilakukan pada sebuah inisiasi pada provinsi Zhejiang.

Mahadata tersebut nantinya harus dimasukkan ke dalam sebuah jaringan cloud yang pintar pula. Semua perangkat akan dikoneksikan melalui internet secara real time. Dengan melakukan monitor data, hal ini akan meningkatkan efisiensi produksi. Dan menggunakan pengelompokkan DEMGC (dynamic evaluating model for grey clustering) dapat meningkatkan efisiensi manajemen sebesar 30%.

Untuk mendapatkan mobilitas yang tak tertandingi, sebuah perusahaan harus membentuk kembali manajemen operasi bisnis mereka. Misalkan saja merevolusi tempat kerja para karyawannya dengan membuat aplikasi mobile agar dapat bekerja di mana saja. Hal inilah yang sudah dilakukan oleh Alibaba.

Alibaba menggunakan sistem Apsara sebagai basis untuk memajukan Tiongkok ke era cloud. Sistem ini sendiri dikembangkan oleh Akademi DAMO (Discovery, Adventure, Momentum and Outlook) buatan Alibaba. Empat hal yang dikembangkan adalah kecerdasan mesin, block chain, Quantum computing, dan Autonomous Driving.

SoC Wujian

Semua yang dikembangkan tersebut tentu saja membutuhkan infrastruktur industri cip dari era IoT (Internet of Things). Oleh karena itu, Alibaba pun mengembangkan cip AI dengan platform SoC Wujian yang memiliki CPU bernama Xuantie.

Alibaba juga mengumumkan bahwa mereka meluncurkan Hanguang 800 sebagai NPU terkencang di dunia saat ini yang terpasang pada SoC Wujian.  Dalam sebuah tes benchmark, Hanguang 800 bisa mengklasifikasikan 78563 gambar per detik. Efisiensi dayanya sendiri mencapai 500 gambar per detik per watt. Hanguang 800 bahkan mengalahkan GPU NVIDIA T4 yang juga digunakan untuk mengkalkulasi AI.

Jeff mengatakan bahwa sebuah NPU Hanguang 800 setara dengan 10 GPU. NPU ini juga sudah diimplementasikan pada aplikasi Pailitao yang dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi gambar dengan 1 juta gambar terunggah tiap harinya. Dengan pengenalan dan indeksasi gambar oleh AI, dapat tercapai efisiensi proses klasifikasi gambar lebih dari 12 kali.

Fintech: Pendukung Era Ekonomi Digital

Alibaba juga melakukan transformasi produktivitas finansial dengan sains dan teknologi. Hal tersebut dilakukan dengan cloud computing, IoT, serta Quantum Computing. Dengan teknologi finansial (Fintech), akan membuka sebuah peluang besar di era ekonomi digital. Semua transaksi finansial akan dilakukan secara online, dan seluruh industri finansial akan dikendalikan dengan teknologi.

Walaupun begitu, Fintech harus menggunakan dan memperhatikan lima teknologi berikut: Data Intelligence, kendali keamanan dan resiko, BlockchainBiometrics, serta proteksi privasi.

Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Data Intelligence merupakan "mesin" penting dari sebuah fintech. Data harus dipelajari dengan menggunakan platform berbasis grafis, platform pintar yang digunakan bersama-sama, serta arsitektur komputasi pintar dan terbuka.

Semua yang dibicarakan tersebut sudah dilakukan oleh Alibaba dengan menciptakan Alipay. Mesin yang sama juga digunakan di Indonesia di bawah merek Dana.

Alibaba juga menciptakan Digital ID yang bakal menjembatani antara Fintech dengan dunia. Hal tersebut bisa digunakan untuk kartu ID, pembayaran melalui pemindaian wajah pada toko, kunci untuk menyalakan mobil, masuk ke stasiun kereta, serta untuk check in di hotel.

Akhir kata, Alibaba menganggap bahwa pusat keuangan pasti bakal menjadi pusat teknologi.

Konferensi Apsara pun akan dilanjutkan di hari kedua dengan tajuk Artificial Intelligence.