Andrew Tobias, Team ELVO dan Visinya di Dunia Esports

Cerita Andrew Tobias membawa pengalamannya di dunia esports dalam menjalankan Team ELVO

Beberapa waktu yang lalu, skena esports Indonesia kedatangan beberapa organisasi esports pendatang baru. Selain The Pillars yang dipunggawai oleh Ariel Peterpan, ada juga tim lain yang muncul ke permukaan bernama tim ELVO. Tim tersebut dikepalai oleh salah satu sosok yang sudah cukup lama malang melintang di komunitas gaming, Andrew Tobias.

Sebelum membahas lebih lanjut seputar Team ELVO, mari kita sedikit berkenalan dengan sosok Andrew Tobias. Menurut ceritanya, ia sudah mulai malang melintang di dunia gaming sejak 2008. Ia memulai perjalanannya sebagai sosok berpengaruh di komunitas, lewat forum-forum gaming seperti Indogamers dan LigaGame. Ketika itu ia juga sambil menjalankan turnamen warnet dan menjadi sosok GM untuk server Dota Indogamers.

Lanjut beberapa tahun kemudian, ia sempat menjadi marketing secara freelance bersama distributor Technosolution, menjual gaminggear seperti Razer dan Logitech di 2011. Tahun 2013an, sosok yang kerap muncul dengan nama "Ndruw" ini sempat menjadi community manager warnet Ritter dan muncul terkenal sebagai sosok yang kerap menjual berbagai voucher game.

Setelah itu, portfolio karir profesional Andrew Tobias di dunia gaming termasuk: menjadi founder dari Event Organizer World of Gaming, sempat bekerja untuk peripheralgaming Logitech, juga brand chip grafis NVIDIA. Sempat bekerja sebagai Esports Manager di Tencent Games, kini ia mengambil langkah berani untuk menjadi CEO organisasi esports baru bernama ELVO.

Berjibaku keluar dari zona nyaman

Menariknya, sepanjang perjalanannya di dunia gaming dan esports, Andrew sebenarnya hampir tidak pernah percaya menjalankan tim atau organisasi esports adalah bisnis yang menguntungkan.

"Jujur, sebelum para investor ELVO menawarkan, gue juga sempat menerima beberapa tawaran untuk bikin tim. Ketika tawaran tersebut datang, gue menjawab dengan keresahan-keresahan yang gue rasakan misalnya, bikin tim itu susah karena harus menyatukan banyak kepala ke dalam satu visi, atau susah karena kebanyakan pemain zaman sekarang terlalu materialistik, tidak seperti zaman dulu ketika player esports cenderung mendahulukan passion. Jadi biasanya gue bilang, mendingan bikin EO atau digital agency. Tapi setelah dipikir lagi dan kesempatan ini datang, gue malah merasa tertantang. Karena sepanjang perjalanan, gue sudah pernah mengurusi beberapa bidang, namun belum pernah menjadi owner tim esports. Jadi gue memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, dan membuktikan diri bahwa gue bisa mencapai hal-hal yang selama ini gue rasa nggak bisa gue capai." Andrew menceritakan alasannya.

Sumber: Instagram @teamelvo

Untuk saat ini, Team ELVO baru memiliki dua divisi, ada divisi Free Fire yang tergabung dalam Free Fire Master League dan COD Mobile. Ternyata, usaha Andrew menjadikan Team ELVO sebagai ajang pembuktian diri sudah terlihat cukup berhasil. Baru-baru ini Team ELVO berhasil keluar sebagai juara di gelaran Final Piala Presiden Esports 2020 Regional Barat, mengalahkan organisasi besar seperti ONIC ataupun RRQ.

Bisnis tim esports, apa menguntungkan?

Jika Anda adalah pembaca setia Hybrid, Anda mungkin sudah sadar, bahwa jumlah organisasi esports di Indonesia ini sudah cukup banyak. Selain dua organisasi besar, EVOS dan RRQ yang sudah cukup lama ada di ekosistem Indonesia, jumlah organisasi ini lambat laun terus bertambah seiring dengan ekosistem esports Indonesia yang terus berkembang.

Namun demikian, pertanyaan yang jadi muncul adalah, apa menguntungkan untuk membuat tim esports baru di tahun 2020? Mengutip pembahasan investigatif dari Kotaku terkait hal ini, tim sebesar Complexity Gaming yang berbasis di Amerika Serikat saja kabarnya masih kebingungan mencari sumber pemasukan serta model bisnis yang tepat bagi tim esports. Sang CFO Complexity menceritakan, banyak tim esports di Amerika Serikat yang belum mendapat untung dan mengalami defisit keuangan mencapai jutaan Dollar AS.

Sebagai sebuah tim yang masih baru, Team ELVO memang terbilang cukup berani dengan langkah yang mereka lakukan. Mereka langsung memilih untuk buy-in slot di Free Fire Master League. Menanggapi hal tersebut, Andrew mengatakan, bahwa dirinya setuju dengan apa yang sempat dibahas Hybrid ketika bicara soal investasi MPL dengan ONIC Esports.

Ia merasa dalam hal investasi, tidak selamanya investasi harus bisa kembali dalam bentuk uang. "Gue merasa investasi di ekosistem Free Fire itu cukup worth. Salah satu penyebabnya, selain sistem yang diterapkan Garena membuat ekosistem Free Fire jadi lebih bergairah, untuk tim juga cukup menguntungkan karena Free Fire memang sedang menjadi pusat perhatian para gamers." Ujar Andrew.

Saya sendiri jadi berpikir, sebagai tim yang masih baru, menggebrak lewat ekosistem yang paling populer memang terbilang menguntungkan. Ini akan mendongkrak nama ELVO jadi lebih besar, apalagi jika mereka berhasil dapat prestasi dari sana.

Sumber: Instagram @teamelvo

Terlebih, Andrew juga bercerita, bahwa bisnis utama Team ELVO bukanlah dari sisi organisasi esports itu sendiri. "Kalau ditanya, gimana soal bisnis tim esports, jujur bisnis utama Team ELVO sebenarnya bukan dari tim esports. Kebetulan, investor kami yaitu Ibrahim Kamil (Ikamil) dan A. Muiz Farist (Farexcel) punya bisnis utama menjual voucher game dengan nama Elvonesia. Jadi bisa dibilang, mereka secara tidak langsung menggunakan Team ELVO sebagai sarana marketing." Ucapnya.

Ini mungkin selaras dengan apa yang dikatakan Andrew dalam pembahasan Hybrid sebelumnya, soal esports sebagai sarana marketing dan branding. Dalam pembahasan tersebut semua narasumber sepakat , bahwa tidak selamanya investasi dalam esports harus berbuah keuntungan material. Jumlah penonton esports Free Fire di Indonesia yang sangat banyak, mungkin bisa menjadi ladang bagi Team ELVO untuk menjaring potential-customer voucher game yang dijual Elvonesia.

Andrew Tobias dan visinya untuk Team ELVO

Dalam bincang-bincang membahas tim terbarunya, Andrew Tobias juga membicarakan beberapa visi dan mimpi-mimpinya yang ingin ia raih dengan menjadi CEO Team ELVO. Memberi kembali kepada komunitas, bisa dibilang jadi salah satunya.

"Nama tim ELVO sebetulnya bisa dibilang kependekan dari EVOLUTION, cuma gue twist sedikit. Nama ini gue gunakan karena gue punya mimpi mengubah atau melakukan evolusi secara bertahap terhadap ekosistem esports. Maka dari itu hal tersebut gue lakukan lewat salah satu elemen, yaitu tim esports, dengan cara mengubah manusia-manusianya. Gue ingin membentuk pribadi yang baik lewat tim esports ini. Apalagi ada juga rumor-rumor, gue dibilang negatif...hehe. Maka dari itu dengan membawa tim ini jadi positif, bisa dibilang juga jadi pembuktian terhadap diri gue sendiri." Andrew menceritakan kepada Hybrid.

Sumber: Facebook Andrew Tobias

"Selain itu gue juga ingin bisa lebih memanusiakan para pemain. Oke mereka bisa dibilang atlet, jago main game dan segala macam, tapi di sini gue ingin memberikan value tambahan kepada para pemain. Investasi kami ada pada sumber daya manusianya. Gue dan ELVO sih kepingin nanti bisa secara serius memberikan yang terbaik bagi para pemain agar mereka bisa berprestasi dan menjadi manusia yang lebih baik lewat hal-hal seperti, pendidikan soft-skill, kebugaran, nutrisi, dan segala macam." Lanjut Andrew.

"Bicara soal tujuan Team ELVO, menjadi juara sudah pasti. Kalau kita juara, kita akan semakin disorot, kita jadi semakin mungkin untuk mendapatkan sponsor. Tapi kalau gue sendiri masih punya cita-cita ingin menujukkan bahwa gamers atau pemain esports itu punya citra yang positif di masyarakat. Bagaimana positif? Ya lewat penampilan, cara berbicara, cara berperilaku dan lain sebagainya." Tutup Andrew menceritakan tentang visi yang ingin ia capai bersama Team ELVO.

--

Kehadiran tim baru mungkin bisa dibilang menjadi bukti perkembangan ekosistem. Dengan adanya tim baru, bagian yang paling diuntungkan biasanya adalah para pemain. Team ELVO tentu akan menjadi wadah bagi para pemain untuk mengejar mimpi mereka untuk jadi yang terbaik, baik di dalam esports ataupun menjadi pribadi yang lebih baik.