14 July 2016

by Yoga Wisesa

Bagaimana Jika Novel Harry Potter Ke-9 Ditulis Oleh AI, Bukan J. K. Rowling?

Sang programer menggunakan empat buku Harry Potter pertama sebagai acuan kecerdasan buatan.

Meski saga Harry Potter berakhir setelah ia berhasil mengalahkan Tom Riddle, fans beratnya sudah tidak sabar menanti kelanjutan kisah sang penyihir saat J. K. Rowling menyingkap Harry Potter and the Cursed Child. Rencananya, drama panggung Cursed Child baru akan digelar di akhir Juli nanti, tapi kabar baiknya, Anda sudah bisa membaca 'fan fiction buku ke-9' sekarang.

Menyebutnya sebagai fan fiction sebetulnya kurang tepat karena tulisan tersebut bukan dibuat oleh manusia, melainkan kecerdasan buatan kreasi Max Deutsch. Sang programer menggunakan empat buku Harry Potter pertama sebagai acuan LSTM Recurrent Neural Network, yaitu sebuah algoritma deep learning. Selanjutnya, ia meminta AI untuk membagi tulisan dalam bab terpisah. Hasilnya sangatlah unik.

Tentu saja karya LSTM Recurrent Neural Network masih berada jauh di bawah kelas J. K. Rowling. Setelah membaca beberapa paragraf, Anda akan mulai mengerutkan dahi karena lama-kelamaan ceritanya menjadi kian surealis. Namun Deutsch dari awal memang tidak bermaksud mengimitasi kemampuan Rowling, ia ingin menunjukkan bagaimana seandainya neural network digunakan dalam bidang kreatif.

Pada Digital Trends, Deutsch menjelaskan bahwa selama beberapa minggu ia telah melakukan eksperimen terhadap deep learning, dan upaya pembuatan 'Buku ke-9 Harry Potter' tersebut merupakan salah satu hasil terbaiknya. "Selain itu, proyek ini adalah cara saya menerapkan ilmu yang telah dipelajari, mencoba menggarap sesuatu yang enak dibaca," tuturnya.

Deutsch menerangkan lebih lanjut kapabilitas AI ini: komputer ternyata cukup baik dalam membaca ritme serta gaya penulisan sumber teks, namun kalimat-kalimat di sana terasa seperti ocehan tidak jelas. Menariknya, sesekali, kecerdasan buatan betul-betul menuliskan kata-kata yang masuk akal. Oh, karena hanya berbasis dari empat novel Harry Potter, AI tidak mengetahui beberapa tokoh yang ia sertakan di sana telah tewas di buku berikutnya.

Deutsch memang masih membutuhkan banyak waktu menyempurnakan ciptaannya jika ia berharap suatu hari nanti hasil tulisan AI dapat dipublikasi layaknya penulis sungguhan. Buat sekarang, proyek ini sukses membuktikan bahwa komputer tak hanya bisa menganalisa, namun juga mampu melakukan aksi kreatif.

"Definisi kreativitas sulit dijelaskan, bahkan dari sisi manusia," kata Deutsch. "Jika arti kreativitas hanya terbatas pada menciptakan karya baru - dengan mengolah ide-ide yang sudah ada - maka Harry Potter ciptaan neural network boleh dibilang sangat kreatif. Dalam hal ini, mungkin baru pertama kalinya mesin menciptakan kalimat: 'Dumbledore akan keluar dari belakang kue krim."

Tulisan lengkap dari LSTM Recurrent Neural Network dapat Anda baca di Medium.com.