17 June 2015

by Yoga Wisesa

Baterai 'Origami' Ini Murah, Cuma Butuh Air Kotor Buat Mentenagainya

Keterampilan melipat kertas yang kita kenal sebagai origami terpantau masuk ke wilayah Jepang di abad ke-6. Awalnya dimaksudkan buat upacara keagamaan, kini ia telah berevolusi menjadi seni kontemporer. Ia bahkan memberi inspirasi bagi banyak orang dalam menciptakan device-device canggih di era modern. Sedikit contohnya ialah robot lipat Harvard dan baterai J-Flex.

Kreasi bertema origami selanjutnya diungkap oleh Seokheun 'Sean' Choi, seorang teknisi Binghamton University. Karya anyarnya mirip J-Flex, sama-sama baterai berkonsep lipat. Bedanya terdapat pada metode akumulasi tenaga. Baterai tidak di-charge melalui pendekatan konvensional. Sean Choi berhasil menemukan teknik pengisian dengan bakteri. Apakah membutuhkan biaya besar? Sebaliknya, baterai justru sangat ekonomis.

Caranya tidak biasa. Bakteri dimanfaatkan untuk menghasilkan daya dari sistem metabolisme, menyajikan energi on-board ke rancangan baterai bermaterial kertas. Kita bisa memakai segala macam cairan yang mengandung 'kuman'. Semakin kotor maka semakin ampuh: air kolam, selokan, hingga septic tank. Pendekatan ini sangat pintar karena sumber tenaga selalu tersedia di manapun dalam jumlah melimpah.

Info menarik: Baterai Fleksibel Ini Siap Anda ‘Siksa’ Layaknya Kertas Lipat

Kertas juga merupakan komponen penting di desain baterai origami Choi. Bahan itu banyak ditemukan, ekonomis, mudah dibuat serta didaur ulang. Kemudian kertas dapat menyerap air secara efektif tanpa memerlukan injeksi via pipa-pipa kapiler mungilnya. Hasil respirasi bakteri akan bereaksi dengan zat karbon dan cell elektroda nikel di sana. Rancangan origami sendiri berfungsi supaya baterai bisa ditumpuk demi membentuk struktur tiga dimensi.

Sel baterai mungkin tidak mengeluarkan banyak tenaga - ukurannya microwatt, ia bukan ditujukan untuk menjalankan perangkat bergerak atau wearable. Sebenarnya Choi menggarap penemuan tersebut untuk melengkapi teknologi biosensor berbasis kertas yang sedang dikembangkannya. Visi sang teknisi adalah menggunakan biosensor untuk membantu masyarakat menghindari penyakit, terutama di negara-negara yang kesulitan memperoleh akses obat-obatan.

Sistem biosensor berbahan kertas bukanlah konsep orisinil Choi. Ilmuwan lain sudah lama mengeksplorasi konsep itu, tetapi umumnya membutuhkan sejenis perangkat handheld. Berbeda dari mereka, baterai origami sama sekali tidak mempunyai sirkuit elektronik tambahan supaya berfungsi.

Ide unik ini mendapatkan respons sangat positif, National Science Foundation sampai-sampai menghadiahkan uang hampir sebesar US$ 300.000 demi membantu Choi meneruskan risetnya.

Seberapa ekonomis baterai origami ini? Hanya lima sen per unitnya.

Sumber: Binghamton.edu.