17 March 2015

by Glenn Kaonang

Baterai Solid-State Lebih Awet Dua Kali Lipat Dibanding Baterai Lithium Biasa

Sejak diperkenalkan pertama kali oleh Sony di tahun 1991, baterai lithium-ion tidak banyak mengalami perubahan. Demi meningkatkan ketahanan baterai lithium yang tersimpan di dalam perangkat mobile, berbagai cara pun dilakukan, termasuk halnya via manajemen daya pada software.

Akan tetapi semua itu seringkali masih memaksa kita untuk berkutat dengan power bank di saat-saat penting. Pertanyaannya, apakah tidak ada teknologi baterai rechargeable lain yang lebih efisien ketimbang baterai lithium?

Pastinya ada, namun kita tidak perlu mengganti senyawa lithium dengan lainnya, melainkan wujudnya saja yang kita ubah. Kira-kira sesederhana itu konsep yang coba ditawarkan oleh Sakti3, proyek yang dikembangkan oleh tim dari University of Michigan.

Info menarik: Baterai Fleksibel Ini Siap Anda ‘Siksa’ Layaknya Kertas Lipat

Teknologi yang dikembangkan oleh Sakti3 adalah baterai solid-state. Sederhananya, baterai solid-state tidak mengandung senyawa lithium dalam bentuk cair seperti biasanya, melainkan dalam bentuk elektroda lithium padat yang dapat menampung energi hingga dua kali lipat lebih banyak.

Baterai solid-state ini diklaim dapat menampung lebih dari 1.000 Wh per satu liter volume. Sebagai perbandingan, baterai lithium-ion tradisional dengan kualitas terbaik pun hanya mampu menampung hingga 620 Wh per liternya.

Tidak hanya itu, wujud padat baterai solid-state juga diyakini lebih ramah lingkungan ketimbang baterai lithium-ion cair. Ongkos produksi yang diperlukan untuk baterai solid-state juga lebih kecil.

Begitu cerahnya prospek baterai solid-state rancangan Sakti3 ini, raksasa teknologi asal Inggris, Dyson, tidak segan menginvestasikan dana senilai $15 juta. Dan rupanya bukan cuma Dyson yang tertarik untuk berinvestasi, tetapi juga General Motors, Khosla Ventures, Beringea dan perusahaan asal Jepang, ITOCHU Corporation.

Info menarik: Baterai Milik Pengembang Mobil Listrik Tesla akan Merambah Rumah Konsumen

Di saat yang sama, sebenarnya ada teknologi baterai lain yang diklaim lebih efisien ketimbang baterai lithium. Teknologi tersebut memakai bahan dasar sulfur, akan tetapi pengembangannya masih terhambat faktor keselamatan, dimana reaksi kimia yang timbul pada baterai berbahan sulfur dinilai berbahaya.

Lalu apa manfaat yang bisa kita ambil dari baterai solid-state ini? Yang pertama, baterai solid-state memungkinkan smartphone dan tablet ke depannya untuk bisa dirancang dengan bodi yang lebih tipis lagi, sementara daya tahan baterainya bisa ditingkatkan hampir dua kali lipat dari yang ada sekarang.

Kedua, baterai solid-state juga bisa memegang peran penting dalam industri otomotif. Daya baterai mobil listrik yang saat ini rata-rata mencapai 400 km – Tesla Model S 85D bisa menempuh jarak 430 km dalam satu kali charge – bisa dilipatgandakan.

Terakhir, baterai solid-state juga berpotensi menjadi sumber energi rumahan, dimana ia bisa di-charge dengan memanfaatkan panel surya di pagi dan siang hari, lalu menjadi pemasok daya untuk berbagai perangkat semalaman.

Pertanyaan selanjutnya, kapan baterai solid-state ini akan diproduksi secara massal? Belum tahu, namun dengan kehadiran nama sebesar Dyson sebagai investor terbaru Sakti3, saya kira komersialisasi baterai solid-state ini dapat segera terlaksana dalam waktu dekat.

Sumber: The Guardian. Gambar header: Bloomua/Shutterstock.com.