Berkat On-Device Machine Learning, Generasi Terbaru Google Nest Cam Bisa Lebih Fungsional Tanpa Subscription

Layanan subscription masih ada, tapi setidaknya fungsi-fungsi Google Nest Cam kini jadi tidak begitu terbatas seandainya pengguna enggan membayar tarif berlangganan

Google meluncurkan generasi terbaru kamera pengawas dan bel pintu pintarnya. Total ada empat perangkat yang diperkenalkan: Google Nest Cam (Battery), Google Nest Cam with Floodlight, dan Google Nest Cam (Wired), dan Google Nest Doorbell.

Sebelum membahas fiturnya satu per satu, ada satu hal penting yang perlu kita soroti, yakni bagaimana Google mencoba mengubah model bisnis berbasis subscription yang umum kita jumpai di ranah produk smart home. Google pada dasarnya ingin kamera-kamera pengawas dan bel pintunya ini bisa jadi lebih berguna tanpa harus sepenuhnya bergantung pada layanan berlangganan yang opsional.

Yang paling utama adalah kemampuan perangkat untuk mendeteksi orang, hewan, kendaraan, dan paket kiriman dengan memanfaatkan on-device machine learning. Di generasi sebelumnya, fitur ini sepenuhnya mengandalkan pengolahan berbasis cloud, sehingga hanya bisa dinikmati jika pengguna membayar biaya berlangganan.

Fitur on-device machine learning ini dapat diwujudkan berkat penggunaan chip Tensor Processing Unit (TPU). Sebagai konteks, Google baru-baru ini juga mengumumkan bahwa smartphone Pixel 6 dan Pixel 6 Pro bakal menggunakan chip rancangannya sendiri yang bernama Tensor, dan salah satu tujuannya juga untuk menghadirkan kapabilitas on-device machine learning.

Dipadukan dengan komponen storage internal, keberadaan on-device machine learning pada dasarnya memungkinkan kamera-kamera pengawas baru ini untuk bekerja secara offline, sangat berguna seandainya listrik tiba-tiba mati. Lalu apakah itu berarti layanan subscription sudah tidak relevan lagi di kategori smart home?

Tidak juga, sebab pabrikan tentu masih bisa menawarkan fasilitas ekstra lewat layanan subscription. Dalam konteks Google Nest Cam, salah satu fasilitasnya adalah penyimpanan video hingga 30 atau 60 hari ke belakang, tergantung jenis paket berlangganannya. Tanpa subscription, yang bisa dipantau hanyalah rekaman dari tiga jam ke belakang.

Fasilitas lainnya adalah facial recognition, yang memungkinkan perangkat untuk membedakan mana wajah yang familier dan mana yang tidak, sehingga pada akhirnya dapat memberi peringatan yang lebih tepat sasaran.

Mayoritas produsen perangkat smart home memang tidak pernah mewajibkan layanan subscription, akan tetapi sering kali fungsi-fungsi perangkatnya jadi begitu terbatas. Yang Google lakukan di sini pada dasarnya cuma memperluas batasan tersebut, dan mereka tentu berharap bisa menarik minat lebih banyak konsumen dengan cara ini.

Google Nest Cam (Battery)

 

Google menjual kamera ini seharga $180. Di situsnya, Google mencantumkan kata “battery” pada namanya, sebab secara default perangkat ini memang dirancang untuk beroperasi menggunakan baterai rechargeable meski ditempatkan di luar.

Daya tahan baterainya sendiri bervariasi antara 1,5 bulan sampai 7 bulan per charge, tergantung seberapa sibuk ia mendeteksi pergerakan di area jangkauannya. Perangkat mengandalkan magnet agar bisa dilepas-pasang dari dudukannya dengan gampang untuk memudahkan charging, tapi ini juga berarti ia bisa jadi sasaran empuk para maling — sehingga jadi agak ironis karena ia sebetulnya bertugas untuk mengawasi keamanan rumah.

Itulah mengapa Google turut menawarkan sejumlah aksesori opsional, salah satunya kabel tether untuk mengamankan sang kamera. Alternatifnya, instalasi permanen menggunakan kabel juga dapat dilakukan.

Dari sisi teknis, kamera ini mengandalkan sensor 1/2,8 inci dan lensa dengan sudut pandang seluas 130° untuk merekam video beresolusi 1080p 30 fps. Google tidak lupa melengkapinya dengan dukungan fitur HDR dan night vision. Rangkanya yang tahan air (IP54) turut mengemas komponen-komponen esensial macam Wi-Fi, speaker, dan mikrofon.

Google Nest Cam with Floodlight

Dibanderol $280, kamera yang satu ini pada dasarnya adalah Google Nest Cam yang didampingi oleh sepasang lampu sorot dengan tingkat kecerahan maksimum 2.400 lumen. Ia tidak memiliki baterai dan membutuhkan instalasi permanen. Fisiknya tahan air dengan sertifikasi IP65.

Google Nest Cam (Wired)

Paling murah dengan harga $100, Nest Cam (Wired) tidak dibekali baterai maupun bodi tahan air seperti Nest Cam (Battery), akan tetapi kapabilitas kamera maupun kecerdasannya sama persis. Model ini dimaksudkan untuk pemakaian secara indoor, dan Google menawarkannya dalam empat pilihan warna sehingga dapat diselaraskan dengan interior rumah.

Google Nest Doorbell

Sama seperti Nest Cam (Battery), Nest Doorbell yang dibanderol $180 ini juga dibekali sertifikasi ketahanan air IP54 dan baterai rechargeable. Google bilang daya tahan baterainya berada di kisaran 2,5 bulan per charge, tapi sekali lagi ini sangat bergantung terhadap seberapa sibuk 'lalu lintas' di depan pintu rumah masing-masing pengguna.

Mengenai kameranya, Nest Doorbell menggunakan sensor 1/3 inci dan mampu merekam video beresolusi 960 x 1280 pixel di kecepatan 30 fps. Sudut pandang vertikalnya sangat luas di angka 145º, dan ini dimaksudkan supaya pengguna bisa melihat pengunjung dari kepala sampai kaki meski ia berdiri sedekat 8 inci dari pintu. Sama halnya seperti Nest Cam, night vision maupun HDR juga tersedia di sini.

Di Amerika Serikat, Google bakal memasarkan Nest Cam (Battery) dan Nest Doorbell mulai akhir Agustus, sedangkan Nest Cam with Floodlight dan Nest Cam (Wired) akan menyusul.

Sumber: 1, 2, 3.