1. Startup

Berpikir Seperti VC (Bagian 1)

Catatan Editorial: Artikel ini adalah bagian pertama dari artikel Guest Post yang ditulis oleh Arip Tirta, Direktur dan Co-founder UrbanIndo, startup di segmen properti online asal Bandung. Sebelumnya Arip bekerja di perusahaan investasi di Palo Alto, California.

Sudah lebih dari tujuh bulan sejak saya meninggalkan Silicon Valley dan menetap di Bandung. Telah banyak hal yang terjadi termasuk di antaranya mendirikan UrbanIndo.com dan juga mendapatkan pendanaan dari sebuah Venture Capital (VC) untuk perusahaan saya tersebut.

Saya percaya bahwa Indonesia sekarang ini berada pada posisi yang sangat unik dan spesial. Dengan besarnya pasar yang dapat dimasuki serta dengan terus meningkatnya angka GDP Indonesia, tidak diragukan lagi bahwa kita mempunyai potensi yang sangat besar menjadi tempat terbaik untuk memulai perusahaan mobile dan internet di Asia. Tidak hanya karena ada beberapa VC yang baru didirikan tetapi juga karena ada banyak VC yang baru menggalangkan dana dan sedang mencari kesempatan di Indonesia.

Dalam dua belas bulan terakhir, kita telah melihat ada banyak startup yang baru didirikan telah memasuki pasar yang berbeda-beda di Indonesia. Banyak dari mereka ingin mendapatkan pendanaan dari sebuah VC untuk mengakselerasi pertumbuhan mereka dan mengembangkan perusahaan mereka. Karena sudah merasakan berada di kedua belah pihak, saya merasa bahwa akan sangat membantu untuk memahami dinamika sebuah lembaga VC jika Anda ingin berusaha menarik mereka untuk melakukan investasi di perusahaan Anda. Mari kita terjun ke bagian pertama.

Bagaimana VC Mendapatkan Keuntungan?

VC mendapatkan keuntungan dengan menanamkan modal ke dalam sebuah startup dengan timbal balik mendapatkan sebagian dari kepemilikan. Ini dilakukan dengan harapan setelah beberapa tahun valuasi dari startup tersebut akan memiliki nilai berkali-kali lipat dari pendanaan awal.

Ada beberapa konsep penting yang perlu Anda ketahui sekarang:

  1. Fund Life (jangka waktu pendanaan) – para VC biasanya menggalangkan dana dari investor yang lebih besar, para konglomerat, dan para individu kaya, yang sering disebut sebagai LP (limited partners). Jangka waktu pendanaan biasanya berkisar antara tujuh hingga sepuluh tahun, dan setelahnya VC wajib melakukan pengembalian dana awal serta keuntungan (dikurangi biaya) kepada para investor (LP).
  2. Management Fee – Setiap tahunnya VC akan menarik biaya manajemen biasanya sebesar 2% dari besar dana untuk membiayai operasional dan para investment professionals.
  3. Carried Interest (atau sering disebut sebagai Carry) – Di akhir jangka waktu pendanaan, VC akan menarik biasanya sebesar 20% dari jumlah laba setelah memenuhi tingkat pengembalian minimum untuk para investor dari VC.

Secara umum, sebuah VC yang menggalangkan dana sebesar $100M untuk jangka waktu 10 tahun dari para investor dan menghasilkan $300M laba bersih setelah carry dari investasi akan mendapatkan $80M dari proses berikut:

  • Setiap tahunnya VC akan mendapatkan $2.0M dari biaya manajemen, setara dengan $20M untuk manajemen selama 10 tahun jangka waktu pendanaan.
  • Carry sebesar 20% dari $300M yakni $60M (dengan asumsi VC dapat memenuhi tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan oleh LP). Biasanya agar sebuah VC memenuhi pengembalian minimum bagi para LP dan mendapatkan banyak keuntungan dari carry, mereka harus menanamkan mayoritas dari dana investasi dalam jangka waktu tiga tahun setelah mereka mendapatkan pendanaan dan mengharapkan investasi akan membuahkan hasil dalam waktu tiga hingga lima tahun dari investasi awal.

Agar sebuah VC yang baru didirikan atau yang baru melakukan penggalangan dana, seperti yang disebutkan di atas, dapat meraih keuntungan dari carry, mereka harus mulai secara agresif melakukan investasi ke startup-startup di Indonesia. Saya yakin pasar venture di Indonesia sekarang ini adalah pasar penjual (seller's market) dan ini adalah waktu sempurna untuk memulai perusahaan Anda sendiri.

Tulisan selanjutnya akan membahas tentang bagaimana cara untuk menarik sebuah VC agar memberikan investasi di perusahaan Anda dan bagaimana langkah selanjutnya setelah tahap pendanaan.

Arip Tirta adalah Direktur dan Co-founder UrbanIndo.com. Sebelum mendirikan UrbanIndo, Arip adalah Direktur Investasi dan Strategi di Hercules Technology Growth Capital (Nasdaq: HTGC), sebuah perusahaan terbuka di segmen investasi di Palo Alto, California. Selama 7 tahun di HTGC, Arip menangani investasi lebih dari $2 miliar (IDR 18 triliun) yang melibatkan 150 perusahaan teknologi di US. Arip juga merupakan anggota dari Board of Directors Band of Brothers, sebuah inkubator yang membantu wirausaha muda untuk mendirikan perusahaan teknolodi di negara berkembang. Arip menerima gelar Bachelor of Science di bidang Matematika Komputasi dari Universitas California, Los Angeles (UCLA) dan Master of Science dalam Scientific Computing Anda Computational Mathematics dari Stanford University.

[Gambar]

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again