26 October 2015

by Yoga Wisesa

Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Kemampuan pendengaran manusia akan berkurang seiring bertambahnya usia. Dan tak banyak orang sadar, ia menempati urutan ketiga masalah kesehatan fisik terbesar setelah arthritis serta jantung. Sayangnya kondisi tersebut datang lebih dini karena tren hiburan populer di kalangan konsumen: menikmati musik secara personal baik dengan headphone ataupun earphone.

Memang sudah banyak aksesori musik yang dirancang demi meminimalisir dampak negatif pada telinga. Kendalanya sekarang adalah, kita sulit menebak apakah seseorang (terutama anggota keluarga) sedang menderita kehilangan pendengaran. Untuk itu, perancangan produk harus diubah. Inilah latar belakang penciptaan Aegis Pro, headphone 'penyelamat' indra pendengaran, didesain oleh remaja 16 tahun bernama Kingsley Cheng.

Cheng dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa Aegis Pro merupakan headphone wireless kelas studio pertama yang dibekali jamsDEFENDER, sebuah teknologi kombinasi sistem noise cancellation aktif dengan equalizer digital decibel. Sang desainer berharap, Aegis dapat membantu konsumen melindungi salah satu organ tubuh paling berharga tersebut. Ia ditargetkan untuk semua kalangan, baik para penikmat lagu, profesional hingga gamer.

Terkadang audio musik dan video game direkam secara berbeda, di level volume berbahaya. Sistem decibel equalizer di Aegis berfungsi mengoptimalkan volume perekaman asli, lalu membatasi output di 85db, terlepas dari seberapa tinggi Anda menaikkan volumenya. Nah, teknik ini turut dibantu oleh ANC (active noise cancelling) buat menghambat masuknya suara-suara pengganggu dari luar. 85-desibel ialah batas teraman, maksimal delapan jam sehari.

Info menarik: [Review] Headphone Jabra Evolve 65

Kombinasi di atas memastikan Aegis sanggup menahan 95 persen bunyi-bunyian eksternal. Hebatnya lagi, headphone memiliki sistem monitoring real-time terhadap audio yang Anda dengarkan berupa lampu LED multi-warna di kedua ear cup: biru artinya aman, kuning maksudnya masih dapat ditoleransi, dan merah menandakan berbahaya. Dengan begini, orang tua bisa selalu mengawasi buah hati mereka.

Meskipun difokuskan pada faktor keselamatan indra pendengaran, tim pencipta Aegis Pro tak mau kompromi soal performa. Mereka bilang, generasi muda saat ini sudah 'diracuni' musik terkompresi berkualitas rendah sehingga persepsi terhadap audio bermutu jadi menurun. Aegis diracik secara presisi, agar driver berfrekuensi rendah mampu menyajikan bass yang dalam serta mulus tanpa melenyapkan suara lain. Lalu tweeter sanggup meniru ketajaman dan bunyi vokal natural.

Ingin memilikinya? Kampanye pengumpulan dana Aegis Pro sedang berlangsung di Kickstarter. Di sana, satu unitnya dijajakan seharga mulai dari US$ 110, US$ 40 lebih murah dari perkiraan harga retail.