27 April 2018

by Glenn Kaonang

BMW Singkap Konsep SUV Elektriknya, BMW iX3

Jangan tertipu oleh namanya, ia lebih mirip BMW X3 ketimbang BMW i3

Fokus industri otomotif tampaknya sedang tertuju ke segmen SUV elektrik. Tesla memelopori trennya lewat Model X, Jaguar dan Hyundai siap menyusul tahun ini juga, sedangkan VW di tahun 2020. Di tempat lain, ada Nissan, Porsche dan bahkan Buick yang telah memamerkan konsepnya masing-masing. Kini BMW pun tidak mau ketinggalan.

Di hadapan pengunjung Beijing Auto Show, pabrikan Jerman itu menyingkap konsep BMW iX3. Dari namanya sudah kelihatan kalau ini merupakan mobil elektrik, tapi jangan salah, wujudnya jauh lebih mirip crossover konvensional BMW X3 ketimbang BMW i3 yang sepenuhnya elektrik.

Performanya ditunjang oleh motor elektrik generasi kelima buatan BMW, yang diklaim mampu menyemburkan daya kurang lebih sebesar 270 hp. 'Mesin' tersebut menerima suplai daya dari baterai berkapasitas 70 kWh, yang diestimasikan bisa membawa iX3 menempuh jarak sejauh 400 km dalam satu kali pengisian. Memang bukan yang terbaik, tapi masih lumayan jika dibandingkan calon rival-rivalnya tadi.

BMW tentunya tidak lupa menyematkan dukungan teknologi fast charging, di mana kapasitas baterai mobil bisa terisi hingga 80 persen dalam waktu kurang dari 30 menit jika menggunakan charger 150 kW. Jaringan charger generasi baru ini kabarnya bakal dibangun dalam waktu dekat.

Ini juga yang pada dasarnya menjadi alasan mengapa iX3 masih mengusung status konsep. BMW sepertinya masih menunggu infrastruktur pendukungnya siap terlebih dulu sebelum merilis iX3 secara massal. Memang sejauh ini tidak ada yang berani memastikan, tapi menurut Wired, kemiripan iX3 dengan mobil konvensional bisa menjadi indikasi positif bahwa mobil ini bakal terealisasi dalam beberapa tahun ke depan.

Pertanyaan lainnya, mengapa harus Tiongkok? Mengapa tidak memperkenalkannya di pameran mobil di Eropa atau Amerika? Karena Tiongkok memang merupakan salah satu pasar otomotif terbesar, dan pemerintahnya juga memberlakukan regulasi yang terbilang ketat terkait emisi karbon, sehingga pada akhirnya mobil elektrik punya kans untuk sukses lebih besar di sana.

Sumber: Wired.