Buat Tweet Rasis, Pemain Pro Ini Dilarang Ikuti Capcom Pro Tour Seumur Hidup

Ryan "FChamp" Ramirez sempat membuat tweet yang menghina gerakan Black Lives Matter

Pada hari Sabtu, 13 Juni 2020, pemain profesional Ryan "FChampion" Ramirez mengunggah foto semangka ke Twitter dengan tagar #WatermelonLivesMatter. Tweet itu mengundang kemarahan fans fighting game karena dianggap meremehkan gerakan Black Lives Matter, yang memperjuangkan kesetaraan hak untuk orang-orang berkulit hitam di Amerika Serikat. Dia lalu menghapus tweet tersebut dan meminta maaf. Meskipun begitu, Capcom tetap memutuskan untuk melarang Ramirez ikut serta dalam Capcom Pro Tour dan Street Fighter League.

"Dengan ini, kami menyatakan bahwa Ryan 'FChamp' Ramirez dilarang untuk ikut serta dalam semua kegiatan esports di bawah Capcom, termasuk Capcom Pro Tour dan Street Fighter League karena telah melanggar peraturan yang telah kami tetapkan terkait perilaku pemain," kata Capcom melalui Twitter. "Larangan ini bersifat global dan berlaku untuk semua turnamen dan kegiatan esports yang kami adakan di seluruh dunia."

Ryan "FChamp" Ramirez pernah memenangkan EVO 2012. | Sumber: Liquipedia

Dalam dunia esports, Ramirez menggunakan julukan "FChamp", yang merupakan singkatan dari "Filipino Champ". Dia adalah salah satu pemain Marvel vs. Capcom paling sukses dalam sejarah. Pada 2012, dia memenangkan Evolution Championship Series (EVO) untuk game Ultimate Marvel vs. Capcom 3, yang dibuat oleh Capcom. Dia juga mencoba untuk berkompetisi di Street Fighter IV dan Street Fighter V. Pada 2016, dia lolos babak kualifikasi dari Capcom Cup untuk Street Fighter V. Pada tahun berikutnya, dia duduk di posisi 7/8 dalam EVO 2017 untuk game Street Fighter V.

Sepanjang karirnya, Ramirez memang dikenal dengan kebiasaannya untuk menghina musuhnya. Terkait larangan Capcom ini, Ramirez percaya, hal itu tidak lebih dari PR stunt dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa perusahaan game itu peduli akan isu kesetaraan. Pasalnya, dia mengaku, dia tidak pernah ikut serta dalam Capcom Pro Tour selama dua tahun belakangan.

Kematian George Floyd, seorang pria berkulit hitam, pada akhir Mei 2020 mendorong warga Amerika Serikat untuk melakukan protes, menuntut kesetaraan hak bagi orang-orang berkulit hitam. Gerakan ini mendorong sejumlah publisher game berjanji untuk lebih aktif dalam mengatasi masalah rasisme di komunitas game mereka. Selain itu, sejumlah perusahaan game memiliki inisiatif untuk memberikan donasi bagi kaum minoritas.

Sumber: ESPN, GamesIndustry

Sumber header: PCMag