16 October 2012

by wiku

Catatan Dari Diskusi 'Apa Kabar Musik Indonesia' di Social Media Festival 2012

Masih tentang musik dan masih dari liputan diskusi acara di Social Media Festival 2012. Setelah kemarin dituliskan artikel presentasi Giring tentang industri musik Indonesia serta perkenalan layanan Kincir.com. Hari sebelumnya, Jumat 12 Oktober kemarin ada pula diskusi yang membahas tentang dunia musik di Indonesia.

Diskusi tersebut menghadirkan beberapa pelaku di industri musik serta musisi, diantaranya adalah Wawan AEC dari Seven Music, Ario Tamat dari Ohdio serta Arlan Djoewarsa yang adalah penyanyi solo. Dari diskusi tersebut bisa ditarik sebuah benang merah bahwa masing-masing pembicara berpendapat industri musik kini sedang dalam masa perubahan.

Wawan mengatakan bahwa kondisi saat ini bisa jadi sulit bagi label rekaman tetapi bagi musisi peluangnya justru terbuka lebar, karena musisi bisa menjual musik mereka secara langsung. Label rekaman mencari berbaga cara untuk mengembalikan investasi, ada yang fokus ke event organizer, ada yang fokus ke merchandising, atau ke cara-cara lain dalam mengembalikan investasi yang mereka keluarkan. Wawan juga mengatakan bahwa sekarang eranya komunitas, meski pangsa pasar kecil namun mereka adalah penggemar loyal.

Peran media sosial atau layanan internet juga berperan penting dalam era industri musik saat ini, Arlan mengatakan bahwa media sosial membantunya untuk melakukan promosi, tidak hanya Twitter tetapi layanan internet lain. Arlan juga senada dengan kondisi bahwa musisi kini bisa menjual langsung karya musik mereka, jika dulu bergantung pada label maka kini lebih mudah.

Arlan juga menambahkan bahwa musisi sekarang tidak bisa hanya membuat musik saja tetapi juga harus mengetahui seluk beluk industri, tahu jalur pendistribusian musik serta berbagai perkembangan yang ada di industri musik. Musisi juga kini tidak bisa lagi menjual musik saja tetapi musisi secara keseluruhan. Hal ini juga berhubungan dengan pengalaman interaksi dengan para penggemar atau sisi penjualan merchandise.

Internet juga kini memiliki perang penting dalam industri musik, Arlan mengatakan bahwa penjualan secara online dari karyanya kini lebih menguntungkan dari jual offline. Ario Tamat mengatakan bahwa cara-cara yang dilakukan industri musik saat ini harus berubah, pendekatan pengalaman yang menyeluruh dari sebuah karya, baik itu musik, pengalaman menonton, harus dilakukan. Musik tidak hanya menjual rekaman. Ario juga menambahkan bahwa internet bisa membantu musisi untuk dikenal masyarakat luas.

Era digital dan era internet ini memberikan kesempatan yang banyak bagi para pelaku industri musik, Ario mengatakan bahwa kini tinggal bagaimana para pelaku industri musik untuk memilih kesempatan yang ada. Kemitraan antara musisi dan label juga perlu diperhatikan. Label seharusnya bisa menjadi partner bagi musisi dalam menjual karya mereka. Di sisi lain, musisi juga bisa saja mengembangkan cara-cara untuk memasarkan karya mereka, namun Ario mengingatkan bahwa jika musisi tidak sanggup mereka harus mencari mitra dalam memasarkan karya musik mereka.


Industri musik memang menjadi salah satu industri yang menarik untuk dicermati, terutama di era internet ini, berbagai layanan lokal yang ada di segmen musik juga terus bermunculan, ada Ohdio, Dotuku. Layanan luar untuk streaming juga kini menyasar konsumen Indonesia, contohnya Deezer. Belum lagi layanan lain yang akan hadir seperti Kincir.com. Musik digital di Indonesia juga sedang mencari cara-cara baru dalam mengambangkan industrinya, perubahan perilaku konsumen Indonesia juga patut dicermati. Menarik untuk melihat seperti apa strategi dari label rekaman, pelaku industri dan musisi itu sendiri dalam memasarkan karya musik mereka di Indonesia.