31 August 2016

by Yoga Wisesa

Ciptakan Octobot Bertubuh 'Lembut', Tim Harvard Buat Terobosan Besar di Ranah Robotik

Dalam menciptakannya, peneliti memakai metode fabrikasi berbeda, dari mulai 3D printing, litografi di objek lunak, sampai pengecoran.

Gurita sudah lama menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang menggeluti bidang robotik. Hewan laut ini pintar, mampu bergerak lincah serta kuat, meskipun ia tidak mempunyai tulang di dalam tubuhnya. Setelah peniliti Yunani memamerkan robot gurita di konferensi IEEE 2014, kali ini giliran tim Harvard membuahkan satu terobosan besar dengan mengusung basis serupa.

Di bulan Agustus ini, tim insinyur Harvard menyingkap kreasi terbaru bernama Octobot, sebuah robot yang mampu meniru aspek-aspek alami dari gurita. Inovasi para inventor ialah mereka mengganti segala hardware keras dan bagian-bagian kaku dengan komponen lembut. Tak cuma itu, robot dibuat agar bisa beroperasi secara otonom/mandiri, tanpa memerlukan input dan panduan dari operator.

Berukuran mungil, Octobot adalah buah dari eksperimen intensif dan pemikiran 'outside the box'. Peneliti memakai beberapa metode fabrikasi berbeda, misalnya 3D printing, litografi di objek lunak, sampai pengecoran. Pada umumnya, baterai, sirkuit elektronik dan otak merupakan komponen penyebab robot jadi tidak fleksibel; namun lewat wujud Octobot yang lembut, ia dapat masuk ke area-area sempit, menyesuaikan tubuh dengan ruang di sekitarnya, serta membawa objek-objek ringkih.

Tubuh Octobot terbuat dari bahan polimer silikon, dicetak agar menyerupai bentuk gurita. Kemudian dengan menggunakan printer 3D, penciptanya menanamkan tinta khusus, diposisikan di sekeliling polimer. Selanjutnya, tim ilmuwan memanaskan Octobot untuk memperkuat strukturnya, juga dimaksudkan supaya tintanya menguap dan menyisakan jaringan ruang yang saling tersambung, juga sebagai tempat buat menempatkan otak.

Untuk otaknya, peneliti Harvard memanfaatkan sirkuit microfluidic fleksibel yang mampu mengarahkan bahan bakar cair melewati saluran, dengan katup dan switch berbasis tekanan - berfungsi mengendalikan dua grup lengan Octobot. Robert Wood dari Harvard menjelaskan, "Teknik ini dapat dianalogikan seperti sirkuit elektrik biasa. Tapi bukannya menghantarkan elektron, kami menggunakan cairan dan gas."

Ilmuwan memanfaatkan larutan hidrogen peroksida 50 persen sebagai bahan bakarnya. Ketika cairan ini terkena logam platina yang ditanam di jaringan internal Octobot, ia akan terurai menjadi air dan oksigen, menghasilkan gas bertekanan buat mendorong tentakel, dan keluar melalui ventilasi pembuangan.

Dengan bahan bakar sebanyak 1-mililiter, Octobot dapat aktif selama delapan menit. Buat sekarang, ia belum bergerak seperti gurita sungguhan dan belum memiliki tugas khusus, hanya dimaksudkan untuk mendemonstrasikan pendekatan inovatif tersebut di ranah robotik.

Sumber: Nature.