1. Startup

Dengan Biaya Besar, Shopee Puncaki Sejumlah Statistik E-commerce di Indonesia

Di Q3 2018 pengeluaran pemasaran regional meningkat 48,5% menjadi senilai $152,9 juta (lebih dari 2,2 triliun Rupiah)

Shopee tergolong baru di industri e-commerce Indonesia (dan Asia Tenggara secara umum) jika dibandingkan dengan Tokopedia, Lazada, atau Bukalapak. Diluncurkan pada tahun 2015, saat ini Shopee beroperasi di Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Kehadirannya yang sedikit lebih lambat membuat mereka harus berusaha ekstra mendapatkan perhatian masyarakat. Dengan beragam strategi pemasaran, kini Shopee menjadi salah satu yang teratas.

Di luar promo bebas ongkos kirim (free ongkir) yang secara reguler dipertahankan, tahun ini banyak kampanye pemasaran "ikonik" yang dilakukan Shopee yang dipimpin Chris Feng ini. Menurut catatan kami, dari bulan Juli 2018 hingga November 2018 ada sejumlah pagelaran belanja besar yang diadakan Shopee, mulai dari 9.9 Super Shopping Day, Super Brand Day, Festival Diskon 10.10, acara ulang tahun ketiga yang mengundang BlackPink, hingga Shopee 11.11 Big Sale.

Acara khusus seperti itu identik dengan penawaran diskon dan subsidi besar-besaran. Misalnya untuk acara 9.9 Super Shopping Day, Shopee Indonesia menawarkan diskon hingga 99% untuk produk-produk tertentu dalam flash sale.

Cukup efektif jika melihat hasil perolehannya, karena dalam laporan yang dirilis Shopee mengklaim mampu mencatatkan lebih dari 5,8 juta transaksi dalam 24 jam.

“Indonesia adalah pasar terbesar Shopee, total pesanan untuk kuartal ketiga mencapai 63,7 juta pesanan atau rata-rata per hari mencapai 0,7 juta pesanan. Kami menginginkan Shopee menjadi platform e-commerce terbesar di Indonesia," tulis Shopee dalam publikasinya.

Di Indonesia Shopee berhasil berada di "puncak klasemen" jika merujuk pada beberapa statistik, misalnya peringkat Google Play dan beberapa survei pasar teranyar.

Strategi pemasaran di berbagai media

Menjelang akhir November, Sea Group (sebelumnya Garena) merilis capaian mereka selama Q3 2018. Di laporan tersebut Shopee menjadi sorotan, karena menangguk GMV sebesar $2,7 miliar (hampir 40 triliun Rupiah) secara total di kawasan Asia Tenggara, naik  152% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di balik tingginya angka GMV tersebut, terdapat biaya pemasaran yang sangat besar. Menurut laporan tersebut, Shopee secara regional menggelontorkan dana $152,9 juta(lebih dari 2,2 triliun Rupiah) hanya dalam tiga bulan Q3 2018.

Jor-joran iklan di televisi merupakan salah satu cara Shopee mendapatkan pasar dengan cepat. Menurut laporan Adstensity, dana yang digelontorkan Shopee untuk pemasaran di televisi Indonesia per 16 Desember 2018 mencapai Rp765 miliar. Tertinggi kedua setelah Bukalapak yang mencapai Rp814 miliar.

Intensitas promosi juga tak kalah tinggi dilakukan di media sosial. Meltwater baru-baru ini merilis sebuah hasil penelitian tentang bagaimana brand e-commerce mengoptimalkan media sosial untuk meningkatkan keterlibatan konsumen di momen belanja akhir tahun.

Di Indonesia tercatat bahwa Shopee (40%) menjadi yang paling banyak diperbincangkan, disusul Tokopedia (26%) dan Lazada (21%). Informasi promo, diskon, hingga acara-acara yang melibatkan pengguna dibagikan melalui kanal media sosial.

Berkat usaha-usaha tersebut memang Shopee berhasil mencapai puncak. Pertanyaannya sampai kapan dana pemasaran tersebut bisa terus dikeluarkan untuk mempertahankan posisi ini? Kita tunggu bagaimana strategi Shopee di tahun 2019.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again