13 February 2019

by Yoga Wisesa

Drone Bantu Polisi Kalifornia Tangkap Pelaku Kejahatan

Era 'RoboCop' telah dimulai...

Dengan tersedianya beragam jenis produk berteknologi canggih, meningkat pula resiko keamanan. Kira-kira dua tahun silam, Jepang diusik oleh aktivitas drone ilegal. Insiden jadi bertambah serius ketika sebuah drone diduga mencoba memata-matai kediaman perdana menteri Shinzo Abe. Sebagai responsnya, pihak kepolisian juga menggunakan UAV yang dibekali jaring buat menangkap drone-drone mencurigakan.

Kali ini, teknologi unmanned aerial vehicle juga dimanfaatkan para penegak hukum di kawasan Kalifornia. Departemen Kepolisian Chula Vista belum lama ini diketahui bekerja sama dengan penyedia platform cloud spesialis drone Cape untuk mengembangkan program Drone as a First Response - disingkat DFR. Program ini mengandalkan drone untuk mengidentifikasi para pelaku kejahatan sehingga memudahkan polisi buat melakukan penangkapan.

Sesi tes DFR sudah dijalankan mulai bulan Oktober 2018 silam, bertujuan untuk menguji efektivitas pengolahan data secara real-time dari udara. Kabar gembiranya, tes yang dilakukan kepolisian Chula Vista ternyata sukses. Dalam periode tiga bulan, drone membantu mereka melakukan 20 penangkapan. UAV tersebut telah beroperasi sebanyak 282 kali, dengan waktu terbang total mencapai 62 jam.

Program Drone as a First Response tentu saja masih mengandalkan operator. Kepada Digital Trends, CEO Cape Chris Rittler menjabarkan prosedur pengoperasian DFR. Setelah drone diluncurkan dari atap markas utama CVPD, sang pilot yang berada di pusat kendali segera mengarahkan UAV ke ketinggian yang ideal sehingga keadaan di sekitarnya dapat ditampilkan secara optimal. Tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

Tanpa ada halangan, drone biasanya tiba di tempat kejadian lebih dulu dari unit darat. Selanjutnya, tim di pusat kendali dapat melakukan proses indentifikasi serta mempertimbangkan apa saja yang perlu diturunkan ke lokasi. Selain itu, para petugas di lapangan bisa mengakses live stream dari kamera drone via smartphone, memberikan mereka pengetahuan secara menyeluruh tentang apa yang tengah terjadi.

Tentu saja program DFR tidak menggunakan UAV standar. Cape melengkapinya dengan software 'Aerial Telepresence', akan diluncurkan jika ada panggilan-panggilan prioritas tinggi dalam radius satu mil dari markas CVPD. Insiden-insiden tersebut di antaranya tindakan kriminal, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan jika ada laporan terkait benda-benda berbahaya.

Di Amerika, respons masyarakat mengenai penggunaan drone dalam penegakan hukum terbilang positif. FAA (Federal Aviation Administration) sendiri berencana buat mulai menyederhanakan regulasi pemakaian drone, demi mendukung pemanfaatannya di ranah keselamatan publik.