25 July 2016

by Yoga Wisesa

Drone Internet Aquila Milik Facebook Sukses Melakukan Penerbangan Perdana

Drone Aquila dirancang untuk terbang secara melingkar dalam jarak 96,5-kilometer, menembakkan sinyal internet dari ketinggian 18,3-kilometer.

Pemakaian internet tumbuh begitu pesat dalam dua dekade, dan kini kita tak lagi menganggapnya sebagai 'kemewahan'. Meski demikian, sebetulnya hanya ada 40 persen penduduk dunia yang bisa menikmatinya, menyisakan kira-kira empat miliar orang tanpa akses internet. Menggapai mereka merupakan tantangan besar bagi para raksasa teknologi.

Mengusung konsep hampir serupa Project Loon Google, Facebook mencoba memperluas jangkauan internet menggunakan pesawat nirawak bernama Aquila. Rencana tersebut sebetulnya sudah terdengar cukup lama, namun baru pada tanggal 28 Juni 2016 kemarin Aquila dikonfirmasi telah berhasil melakukan penerbangan pertamanya, dilangsungkan di Yuma Proving Ground, Arizona.

Aquila mempunyai bentuk seperti bumerang raksasa, dengan panjang melampaui lebar sayap Boeing 737 meski bobotnya ratusan kali lebih ringan dibanding pesawat komersial tersebut (hanya sepertiga mobil elektrik). Hal ini tercapai berkat pemakaian rancangan khusus serta frame dari bahan serat karbon. Di penerbangan perdananya, drone raksasa ini sukses mengangkasa selama 96-menit, lebih dari tiga kali durasi misi, dan mendarat dengan selamat.

Selama di udara, Aquila hanya mengonsumsi daya 2.000-Watt, setara listrik yang dipakai oleh alat pengering rambut. Di penerbangan selanjutnya, drone diperkirakan akan memerlukan 5.000-Watt untuk mencapai ketinggian serta kecepatan jelajah, memanfaatkan tenaga matahari yang diterima oleh panel surya. Tim insinyur Facebook yakin, tingginya tingkat efisiensi Aquila memungkinkan UAV terbang selama tiga bulan.

Aquila dirancang untuk terbang secara melingkar dalam jarak 96,5-kilometer, menembakkan sinyal internet dari ketinggian 18,3-kilometer menggunakan laser dan gelombang MM (milimeterband). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Ascenta, perusahan yang Facebook akuisisi di tahun 2014.

Saat ini para teknisi drone sudah mulai mencari solusi atas empat kendala besar: cara optimal mengumpulkan tenaga matahari, menciptakan baterai berkapasitas tinggi namun tetap ringan, memastikan UAV mencapai ketinggian dan kecepatan terbaik, dan mencari cara terbaik agar ongkos produksinya tidak mahal.

Kepada The Verge, Mark Zuckerberg menjelaskan, "Kami bukanlah perusahaan pesawat terbang, tetapi dalam waktu lebih dari dua tahun kami telah memiliki gagasan ini dan mulai membangun tim. Kami kini sudah mempunyai pesawat yang bisa terbang selama satu setengah jam. Hal ini ialah sebuah lompatan besar demi menyambungkan setiap orang."

Selanjutnya, tim Facebook bermaksud untuk menguji daya tahan Aquila dalam penerbangan di waktu lama. Setelah hal itu sukses, Facebook siap memproduksinya dalam jumlah besar dan bekerjasama dengan pemerintah serta perusahaan telekomunikasi di berbagai negara.

Via Telegraph. Sumber: The Verge & Facebook.