10 August 2017

by Yoga Wisesa

Duke Robotics Tikad Adalah Drone Tempur Sekaligus 'Prajurit Masa Depan'

Drone dapat membidik dan menembak secara sangat presisi.

Dilihat dari fungsinya, drone terbagi dalam tiga kategori: UAV spesialis videography yang populer di kalangan pengguna umum, perangkat kelas industri, dan drone untuk kebutuhan pertahanan. UAV-UAV militer biasanya digunakan untuk pengawasan hingga dijadikan alat tempur mutakhir - contohnya MQ Predator dan Gray Eagle. Duke Robotics sendiri punya konsep berbeda dalam mengembangkan combat drone.

Ketika Predator dan Gray Eagle mempunyai bentuk mirip pesawat jet tempur, Duke Robotics Tikad berpenampilan seperti drone bertenaga baling-baling. Namun bukan kamera atau peralatan agrikultur yang ia bawa, Tikad didesain buat membopong senapan serbu, dijanjikan mampu menembak target dengan sangat akurat. Pengembangnya sangat yakin pada kapabilitas Tikad, dan menyebutnya sebagai 'prajurit masa depan'.

Penampilan Tikad hampir menyerupai drone industri. Ia memanfaatkan sistem hexa-copter, terbang dengan ditenagai enam buah rotor, wujudnya mirip DJI S800 Evo. Tikad dirancang untuk melakukan misi-misi pengawasan sebelum prajurit diturunkan di medan perang, terutama saat menghadapi kelompok teroris. Tentu saja, kehadiran Tikad dapat meminimalkan korban jiwa.

Tikad memiliki bobot sekitar 50-kilogram, mampu terbang setinggi 9- hingga 450-meter lebih, siap terbang di atas permukaan air, dan dibekali gimbal dengan 6-DOF (degree of freedom). Gimbal tersebut sanggup menstabilkan beban tiga kali bobotnya. Operator dapat memasangkan berbagai jenis senjata otomatis hingga melengkapinya dengan pelontar granat 40mm, lalu mengendalikannya jauh dari area berbahaya.

Dukungan persenjataan bukan satu-satunya kemampuan andalan Tikad. Teknologi robotik di gimbalnya diklaim memungkinkan drone membidik dan menembak secara super-presisi, karena sanggup menahan dorongan dan menyerap getaran saat senapan memuntahkan peluru. Sistem penstabil dari Duke Robotics itu sebetulnya juga bisa digunakan secara stand-alone untuk membantu tim penembak jitu saat melakukan operasi di darat atau bahkan digunakan warga sipil buat menstabilkan kamera.

Alasan Duke Robotics mengembangkan Tikad adalah karena medan tempur sudah berubah. Konfrontasi terbuka kini digantikan oleh taktik-taktik gerilya dan 'peperangan asimetris'. Tim juga mencoba membantu merealisasi kebijakan luar negeri pemerintah Amerika Serikat untuk memperkecil kerusakan infrastruktur di lokasi konflik.

Kabarnya, Tikad sudah siap diimplementasikan. Duke Robotics sekarang sedang dalam proses penyediaan pesanan 'awal' dari Departemen Pertahanan Israel, dan beberapa negara lain juga telah menunjukkan ketertarikannya pada drone ini.

Semoga saja yang kita lihat ini bukanlah awal dari kebangkitan Skynet...

Sumber: Duke Robotics.