1. Startup

Ekspektasi Startup Tahap Lanjut saat Mencari Investor

Di survei kecil-kecilan yang dilakukan DailySocial, rekam jejak investor dan jaringan investasi global menjadi kata kunci utama yang diharapkan startup tahap lanjut

Selain dukungan permodalan, ada banyak kebutuhan dan kriteria yang dicari para founder startup pada investor. Hal ini terutama dialami startup tahap lanjut (later stage) di Seri A, B, dan C. Temuan ini diperoleh DailySocial dari survei kecil-kecilan terhadap sejumlah founder startup di tahapan tersebut. Kami juga melakukan polling singkat terkait topik ini di Twitter dan LinkedIn.

Mengapa kami kerucutkan pada startup Seri A, B, dan C? Startup di fase tersebut rata-rata sudah memperoleh traction, mengantongi customer base, dan mulai memikirkan scale up atau ekspansi bisnis. Artinya, kebutuhan mereka semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan bisnis, dan tak lagi sebatas pada dukungan permodalan.

Hipotesisnya tentu berbeda jika dibandingkan dengan startup tahap awal (early stage), di mana mereka membutuhkan modal untuk mengembangkan produk/layanan. Tujuannya adalah memperoleh pelanggan dan mengetahui apakah produk/layanannya sudah diterima pasar (market-fit).

Berikut ini hasil survei yang telah kami rangkum.

Jaringan investor global

Sejumlah founder startup berpartisipasi dalam mini survey kami, antara lain yang bergerak di bidang e-logistic, edtech, agritech, dan musictech. Selain permodalan, ekspektasi yang paling banyak mereka cari adalah jaringan investor global (85,7%), pedoman/bimbingan teknologi (42,9%), pedoman/bimbingan kewirausahaan (28,6%), dan pendampingan untuk founder (14,3%).

Senada dengan di atas, sebanyak 48% memiliki ekspektasi besar terhadap akses jaringan investor global, kemudian diikuti dengan bimbingan/pendampingan untuk bisnis (40%), bimbingan/pendampingan untuk teknologi (7%), serta nama VC dan pengalaman (4%)

Polling LinkedIn terkait ekspektasi startup saat mencari investor / DailySocial

Polling Twitter mengenai ekspektasi startup saat mencari investor / DailySocial

Di survei ini, Co-founder Shipper Budi Handoko mengatakan bahwa investor telah memiliki pengalaman banyak dalam mengelola bisnis. Peran investor sangat penting untuk memberikan masukan terkait tren dan model bisnis yang dapat dieksplorasi di masa depan.

Dalam konteks VC sebagai investor, Founder eFishery Gibran Huzaifah menambahkan bahwa mereka dapat membantu menghubungkan ke jaringan investor global, terutama untuk pendanaan di putaran selanjutnya dengan size check yang lebih besar.

Rekam jejak jadi kriteria utama

Selanjutnya, apa kriteria yang paling dicari oleh responden pada investor? Rekam jejak partner berada di urutan teratas sebesar 85,7%, diikuti oleh kepribadian dan jajaran portofolio yang masing-masing 57,1%, dana kelolaan 42,9%, serta feedback portofolio dan kesamaan visi-misi 14,3%.

Menurut Budi, penting untuk mengetahui rekam jejak dan feedback positif dari portofolio sebelum menerima investasi. Hal ini karena ada potensi investor berlaku manis di masa 'pendekatan', lalu malah berubah menjadi controlling ketika sudah berinvestasi.

Hal ini turut diamini Gibran yang menambahkan bahwa penting untuk mengetahui bagaimana gaya investor bekerja dan cara mereka menentukan hipotesis pendanaan. Kriteria ini dapat menjadi kunci untuk melihat apakah investor dan startup dapat berkolaborasi bersama.

"Kriteria penting lainnya adalah rekam jejak dana kelolaan investor, terutama soal fund cycle di tahun ke berapa dan total fund size-nya. Hal ini akan berpengaruh pada ekspektasi exit mereka dan seberapa kuat mereka bisa berlanjut di putaran pendanaan berikutnya," ujar Gibran.

Bagi Co-founder Zenius Sabda PS, kriteria lain yang tak kalah penting adalah menemukan investor yang memiliki pemahaman tentang bagaimana menciptakan dampak yang dalam dan luas secara sustain. Poin tersebut menjadi sangat relevan jika bicara konteks pendidikan di Indonesia yang memiliki tantangan besar.

Tantangan mencari investor

Seluruh responden menyatakan bahwa sulit mencari investor yang memahami bisnis startup di sektor tertentu, lika-liku pasar Indonesia, serta memiliki etika dalam bekerja. Menurut responden, tak mudah menemukan investor yang memiliki value yang sama dan meyakini bahwa ada hal lain di luar angka.

"Kami meyakini bahwa good product sells itself. Kesepakatan mengenai kapan bisa mengantongi return of investment (ROI) ini berat jika dipaksakan. Ini asalan kami prefer untuk [cari pendanaan] lewat bootstrapping saja," tutur salah satu responden.

Gibran kembali menambahkan, pihaknya sempat kesulitan mencari investor karena masih sedikit yang paham model bisnis di sektor agritech yang dijalankannya. Karena kondisi ini, ia mengaku sempat mengalami kesulitan dalam meyakinkan investor, terutama mengapresiasi kemajuan. Benchmark di sektor agritech juga saat itu belum banyak sehingga sulit mencari perbandingan round size dan valuasi.

VC lebih fokus kelola pertumbuhan bisnis

Bicara sumber pendanaan startup, Venture Capital (VC) menjadi kategori investor yang paling banyak dipilih responden sebesar 71,4%, diikuti Corporate Venture Capital/CVC, private equity, korporasi masing-masing 28,6%, dan sisanya adalah angel fund sebesar 14,3%.

Menurut salah satu responden, korporasi dinilai lebih mature, tenang, dan stabil secara bisnis. Namun, ada juga responden menganggap bahwa VC lebih cocok untuk investasi jangka panjang, lebih light, dan generik.

Di sisi lain, Gibran menilai VC lebih fokus ke pertumbuhan bisnis, tidak ada takeover dan upaya kolaborasi strategis seperti CVC. Selain itu, VC yang memiliki pengalaman dan tim yang kuat sehingga dapat memberikan insight soal strategi, desain organisasi, hingga model bisnis.

"Dari dukungan teknologi, beberapa VC memberikan channeling ke tech talent maupun best practice. Beberapa juga punya tim internal yang bisa support untuk development. Sebagai startup, teknologi menjadi defensibility. VC yang bisa kasih dukungan ini akan banyak bawa value ke company," jelas Gibran.

Kebanyakan responden kami juga memiliki kecenderungan besar untuk mencari investor luar negeri (42,9%), terutama investor yang memiliki jejaring atau ketertarikan spesifik di industri yang lebih niche, seperti sustainable innovation. Ada juga yang tertarik untuk mencoba investasi lewat crowdfunding (14,3%).

Ketika sudah mendapat investor, ekspektasi lainnya yang diharapkan oleh para founder antara lain dukungan untuk membantu bisnis sebesar 85,7%, lalu bergabung ke putaran selanjutnya dan dihubungkan ke jaringan investor global masing masing 57,1%, dan investor masuk ke dalam jajaran penasihat sebesar 14,3%.

"Saya pikir tidak ada 'jenis' investor yang lebih banyak dicari, tetapi lebih ke siapa personalnya dan apa strategi funding terbaik buat si startup. Jadi bisa lebih match antara goal dan hubungan jangka panjang secara keseluruhan. Misal UKM enabler startups akan sangat strategis untuk ikutan Sembrani dan mendapat investasi dari BRI Ventures," ungkap Co-Founder Kuassa Grahadea Kusuf.
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again