Hangry Memulai Strategi “Brand Aggregator”, Akuisisi Merek Kuliner Lokal
Dimulai dengan mengakuisisi secara penuh brand masakan India bernama “Accha”
Hangry memulai strategi ala brand aggregator untuk melengkapi sajian kuliner di dalam outlet-outletnya. Dalam debutnya, Hangry "House of Winning Brands" mengakuisisi penuh pengembang merek makanan khas India bernama Accha. Nantinya produk Accha akan masuk sebagai varian menu di layanan Hangry.
"Semuanya dimulai ketika Hangry melihat kemajuan yang pesat dalam pertumbuhan Accha. Setelah beberapa kali melakukan pembicaraan, Hangry dan Accha menemukan kesamaan visi, misi, dan filosofi dalam membangun sebuah brand. Kesamaan ini membuat kami percaya bahwa kami dapat tumbuh lebih cepat dan lebih efisien saat kami bergabung ke dalam satu perusahaan," ujar Co-Founder & CEO Hangry Abraham Viktor menanggapi akuisisinya atas Accha.
Di sesi wawancara, Abraham mengatakan, ke depan Hangry akan mengakuisisi lebih banyak brand kuliner -- kendati demikian mereka tidak akan berhenti memproduksi brand makanan baru secara mandiri. Seperti diketahui, saat ini di setiap outlet Hangry terdapat beberapa brand makanan yang bisa dipesan, mulai dari Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo -- keempatnya merupakan merek kuliner yang mereka kembangkan secara 'in-house'.
Strategi menjadi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.
Dalam kesempatan yang sama Abraham juga mengatakan, bahwa tahun ini akan menggencarkan penggalangan dana lanjutan, mengingat bisnis kuliner multi-brand seperti ini sedang meningkat pesat permintaannya di pasar. Menurut laporan terbaru Momentum Works, sepanjang 2021 layanan food delivery di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan 24,3% menghasilkan GMV mencapai $4,6 miliar.
Pertumbuhan pasar tersebut turut didukung dengan penyedia layanan food delivery yang semakin beragam. Di Indonesia, untuk pemain skala nasional selain GoFood dan GrabFood, kini juga ada Shopee Food hingga Traveloka Eats Delivery.
“Ini adalah awal yang baik bagi kami di Hangry. Saat ini, kami memiliki empat brand yang dikembangkan sendiri dan Accha akan menjadi brand kelima dalam keluarga kami. Hangry juga membuka kesempatan ini bagi brand lain yang memiliki visi yang sama dengan kami untuk bekerja sama dalam satu perusahaan. Sila kunjungi website kami di ishangry.com/investment untuk informasi lebih lanjut," imbuhnya.
Pertumbuhan bisnis Hangry
Sejak memulai bisnisnya di akhir tahun 2019, Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Tahun lalu mereka juga mulai merambah ke restoran makan di tempat (dine-in), setelah sebelumnya hanya melayani pemesanan lewat aplikasi food delivery. Per Q4 2021 mereka juga melaporkan telah berhasil menjual 10 juta porsi makanan dan minuman melalui outlet yang dimiliki.
Ekspansi kencang ini dilakukan Hangry setelah berhasil membukukan pendanaan seri A 188 miliar Rupiah pada Mei 2021 lalu. Dengan pendanaan awal yang diterima, kurang lebih perusahaan berhasil membukukan dana modal dari investor hampir 250 miliar Rupiah. Alpha JWC Ventures, Sequoia Capital India, SALT Ventures adalah nama-nama yang turut menyokong dana.
Abraham turut meyakini, keberhasilan Hangry dalam bertahan dan melewati krisis akibat pandemi menjadi pembuktian tersendiri terhadap bisnis model yang mereka jalankan. Fundamental dari bisnis multi-brand sebelumnya dikenal dengan istilah cloud kitchen – yakni memungkinkan sebuah dapur terpusat mengelola beberapa jenis merek menu makanan sekaligus. Adanya platform pesan antar turut membuat bisnis ini bisa gesit melakukan perluasan.
Berbeda dengan bisnis restoran tradisional yang membutuhkan biaya operasional besar ketika ingin menambah kehadirannya di kota-kota baru, layanan seperti Hangry cenderung lebih efisien untuk diperluas. Justru tantangan mendasarnya adalah bagaimana mereka mampu menyajikan menu-menu yang relevan bagi pasar – di samping variasi menu yang ditawarkan.
Bisnis turunan cloud kitchen
Dengan mengusung konsep dasar cloud kitchen, Lokalkitchen juga menjadi startup lokal lain yang fokus mengembangkan multi-brand kuliner. Sedari awal, strategi mereka dengan menjaring brand F&B yang dianggap potensial. Mereka berperan sebagai pusat akselerator, menyajikan dukungan pendanaan, pemasaran, teknologi, dan logistik untuk memajukan brand kuliner terkait.
Pendekatan menjadi brand aggregator juga sebenarnya mulai dilakukan pemain lain, termasuk Dailybox yang baru-baru ini mengakuisisi Breadlife; juga ada Foodstory.
Hal lain yang juga khas terhadap bisnis kuliner yang memanfaatkan konsep cloud kitchen adalah penerapan teknologi. Tujuan utamanya untuk memberikan pengalaman pengguna yang unik kepada para pelanggannya. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari penerapan konsep O2O (pesan di aplikasi, ambil di outlet), sistem keanggotaan, loyalitas, sampai dengan pembayaran.
Sign up for our
newsletter