1. Startup

HOOQ Mengklaim sebagai Layanan "Video-On-Demand" dengan Film Indonesia Terbanyak

Dari sekitar 3.596 film Indonesia yang sudah dibuat, hampir 70 persennya diklaim ada dalam layanan HOOQ

April 2016 silam layanan video-on-demand (VOD) HOOQ dari Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros secara resmi hadir di Indonesia. Meski masih baru, tetapi HOOQ sudah bergerak dengan agresif dan mengklaim sebagai layanan VOD dengan basis data film Indonesia paling banyak. Total, hampir 70 persen dari sekitar 3.596 film Indonesia yang sudah dibuat diklaim ada dalam layanan HOOQ.

Country Manager HOOQ Indonesia Guntur Siboro mengatakan, “Film Indonesia itu jumlahnya sekarang mencapai 3000-an [lebih dari 3.596]. Dari 3.000-an itu, hampir 70 persen ada di library HOOQ. Jadi, saya tidak tahu dengan yang lain, [tetapi] kami bisa klaim HOOQ itu terbesar untuk film Indonesia. […] Film asingnya comparable lah dengan yang lain. Ada film yang kami punya mereka tidak dan begitu juga sebaliknya.”

Lebih jauh, Guntur juga mengungkap bahwa selama kurang lebih tiga bulan beroperasi di Indonesia pihaknya juga terus menambah jaringan kemitraan. Seperti yang diketahui, HOOQ telah menjalin kemitraan dengan Tri, Indosat Ooredoo, dan juga Smartfren tidak lama setelah peluncuran perdananya.

Paling baru, kini HOOQ juga telah menjalin kerja sama dengan Indihome melalui Indihome Store untuk pembelian voucher berlangganan HOOQ selama satu bulan. Selain itu, HOOQ juga menjalin kerja sama dengan Telkomsel melalui skema bundling untuk Telkomsel simPATI Entertainment.

Guntur mengatakan,

“Entertainment itu tidak bisa dimonopoli oleh satu pihak, jadi kami welcome terhadap kompetisi karena menurut kami layanan lah yang akan membuktikan yang mana yang akan akan diterima. Harga pasti bisa bersaing, […] itu pasti akan terjadi. Tapi, menurut saya industri ini [industri kreatif dan film] kalau mau berkembang harus [memiliki] sustainable pricing. Bagaimana Anda bisa memproduksi sebuah konten kreatif kalau tidak ada revenue-nya?”

“Memang ini perlu waktu untuk proses edukasi, tetapi dengan [skema] bundle proses edukasi akan lebih cepat. […] Sampai saat ini sudah ada 300.000-an orang yang mencoba [layanan HOOQ], mengunduhnya dan mencobanya selama tujuh hari [free trial],” kata Guntur.

Beberapa rencana HOOQ di Indonesia

Di samping menambah konten dan kemitraan, Guntur juga mengungkap beberapa rencana lainnya yang sedang disiapkan oleh HOOQ. Beberapa di antaranya adalah pengembangan fitur parental control , peningkatan UI/UX untuk menyesuaikan perilaku pengguna di Indonesia, dan juga tidak menutup kemungkinan untuk memproduksi dan meluncurkan konten eksklusifnya sendiri.

Guntur mengatakan, “Dengan menjadi bagian dari salah satu pilihan distribusi, itu akan membuat industrinya [film] bergerak. […] Kami menjadi saluran [distribusi film] baru, secara tidak langsung membantu restorasi film [ke digital], dan kami juga tengah mengeksplorasi untuk produksi bersama orang lain. Belum bisa disclosed dengan siapa saja […] mungkin ke depan namanya akan jadi HOOQ original atau semacam itu.”

Sementara itu untuk fitur parental control, Guntur menjelaskan bahwa pengembangan fitur ini dilakukan untuk memenuhi permintaaan dan menghilangkan kekhawatiran pengguna terhadap konten yang tidak sesuai. Sejauh ini HOOQ sendiri hanya menerapkan proses self censorship pada tiap konten film yang dihadirkannya.

Sebagai informasi, dalam hasil survei yang diungkap oleh Nusaresearch, HOOQ adalah salah satu layanan VOD paling populer di Indonesia yang menempati peringkat keempat. Di samping itu, HOOQ juga menjadi pilihan utama sebagai "jalan tengah" para penikmat layanan VOD yang ingin beralih layanan dengan persentase mencapai 48,3 persen.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again