28 August 2019

by Dimas Galih W.

Huawei HarmonyOS: Bukan Pesaing Android, Belum untuk Perangkat Smartphone

Diklaim lebih responsif dibandingkan dengan sistem operasi Android dengan penggunaan lebih luas

Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok memiliki dampak yang berimbas pada perusahaan yang memiliki hubungan antar dua negara tersebut.  Yang saat ini ramai dibicarakan adalah hubungan antara Google dari Amerika dan Huawei dari Tiongkok. Imbasnya adalah Huawei tidak diperbolehkan untuk menggunakan sistem operasi Android pada perangkat mereka di masa depan.

Huawei ternyata masih memiliki cadangan rencana saat hal seperti ini terjadi. Huawei sudah memiliki Hongmeng, sebuah sistem operasi yang dikembangkan mulai dari tahun 2017 silam. Baru-baru ini, Huawei memberi nama baru pada Hongmeng, yaitu Huawei HarmonyOS.

Ide awal Huawei membuat sistem operasi adalah karena produk-produk yang bakal diluncurkan nantinya tidak hanya smartphone saja. Huawei saat ini sudah memiliki smartwatch, tablet, laptop, smartband, TV, head unit, dan earphone. Di masa depan, IoT juga bakal menjadi sebuah ladang yang harus digarap oleh mereka. Huawei merasa bahwa Android yang merupakan turunan dari Linux tidak bisa mengakomodasi perangkat-perangkat tersebut.

Microkernel

Hal tersebut dikarenakan Android memiliki kernel yang sangat besar. Ada sekitar 100 juta baris kode pada kernel Android yang membuat sebuah perangkat tidak bisa berjalan dengan mulus. Menurut James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group mengklaim bahwa hal tersebutlah yang masih dikeluhkan para pengguna perangkat wearable saat ini. Efisiensi kode pada Android masih dipandang kurang untuk perangkat-perangkat non smartphone.

James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group

Selain itu, sebuah sistem operasi biasanya akan sangat tergantung kepada hardware yang digunakan. Hal tersebut yang masih berlaku hingga saat ini, seperti Windows tergantung pada prosesor x86 dan Android pada ARM. Ekosistem yang terbentuk juga sangat bergantung pada sistem operasi yang ada, seperti Android dan iOS.

Jadi, HarmonyOS dibuat untuk menutupi kekurangan yang ada pada Android. HarmonyOS juga dibuat agar dapat berkomunikasi antara satu perangkat dengan perangkat lainnya. James memberikan contoh pada saat ingin melakukan sebuah panggilan video, Huawei ingin agar kamera terbaik yang ada dalam sebuah ruangan yang digunakan, bersamaan dengan microphone dan speaker terbaik. Misalkan kita memiliki sebuah laptop, smart camerasmart speaker, maka HarmonyOS bisa saja menggunakan kamera pada smart camera, suara pada smart speaker, dengan layar dan mic dari laptop.

Hal ini dimungkinkan jika sebuah sistem operasi memiliki kernel yang kecil. Oleh karenanya, HarmonyOS mengusung microkernel yang memiliki baris kode hanya sepersepuluh dari Android. "HarmonyOS dapat mengurangi latensi respons aplikasi hingga mencapai 25,7% dan fluktuasi latensi 55,6%," ujar James.

Distributed Architecture

HarmonyOS nantinya bakal mampu dipasangkan pada perangkat-perangkat dengan berbagai skenario. Rencananya, pemasangan sistem operasi ini bakal bisa dijalankan pada perangkat dengan RAM dengan hitungan Kilobyte hingga Gigabyte seperti yang ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan dengan Distributed architecture yang baru pertama kali digunakan pada OS untuk perangkat mobile.

Distributed architecture yang digunakan oleh Huawei meliputi empat bagian, dengan menggunakan Distributed virtual bus yang bakal menangani komunikasi antar perangkat, Device virtualization, Distributed data management, dan Distributed task scheduling. Distributed virtual bus yang ada di HarmonyOs juga diefisiensikan protokolnya sehingga menjadi lebih mudah untuk terkoneksi, karena memiliki latensi di bawah 20ms, kecepatan hingga 1,2 Gbps, serta pengurangan packet loss hingga 25%.

Oleh karena Android memiliki mekanisme scheduling (proses mengatur, mengendalikan dan mengoptimalkan pekerjaan dan beban kerja) dari Linux, membuat latensi akan menjadi lebih besar. Oleh karena itu Huawei membuat scheduling yang menganalisa beban kerja secara real time dengan mencocokkan dan memperkirakan karakteristik dari sebuah aplikasi.

Tingkat keamanan yang digunakan pada HarmonyOS berbeda dari kebanyakan OS. HarmonyOS adalah yang pertama kali menggunakan metode verifikasi Trusted Execution Environment (TEE). James mengatakan bahwa TEE lebih aman dari Rich Execution Environment (REE) yang digunakan di banyak sistem operasi.

Satu hal yang ditakutkan oleh para vendor adalah akses root yang ilegal yang beresiko menghapus sistem secara keseluruhan. Pada HarmonyOS, akses root pun dihapus dengan membagi kernel ke dalam dua bagian, di mana microkernel memiliki kunci akses tersendiri, sedangkan pada kernel eksternal akan mengunci setiap service yang ada dengan kunci yang berbeda-beda sehingga lebih sulit untuk ditembus.

Integrated Development Environment (IDE)

Lalu bagaimana dengan para developer yang ingin membuat dan mengembangkan aplikasi untuk HarmonyOS? Satu kendala yang ada biasanya adalah para developer diharuskan untuk mempelajari bahasa pemrograman baru yang sudah pasti memakan waktu lama. Hal ini pun juga ternyata telah dipikirkan oleh Huawei.

Huawei menerapkan Integrated Development Environment (IDE) untuk HarmonyOS. Dengan IDE, developer hanya diharuskan untuk melakukan pembuatan satu aplikasi saja untuk dipakai pada banyak perangkat yang berujung pada efisiensi pengembangan software. Pada IDE juga sudah menerapkan kontrol dan adaptasi resolusi layar yang berbeda-beda secara otomatis, mendukung drag-and-drop, serta dapat melakukan pratinjau programming secara visual.

Pemrograman yang dilakukan juga tidak memerlukan bahasa pemrograman baru. Hal tersebut dikarenakan pada Huawei sudah membuat compiler HUAWEI ARK yang mendukung C/C++, Java, JS, Kotlin, dan lain sebagainya. James mengklaim bahwa hal ini tentu akan meningkatkan produktivitas pengembangan aplikasi.

Bukan Saingan Android dan iOS

Dari semua yang telah dijelaskan oleh James, beliau menyatakan bahwa HarmonyOS tidak dibuat untuk menjadi saingan Android. Bahkan James menyatakan bahwa semua perangkat smartphone Huawei yang ada saat ini bakal tetap menggunakan Android. Hal tersebut disebabkan oleh ekosistem yang dimiliki oleh Android sudah matang.

Aplikasi yang ada pada ekosistem Android membuatnya lebih dipilih. James mengatakan bahwa satu hal yang membuat Android bisa sukses adalah kemampuannya untuk berjalan pada berbagai platform. Selain itu, Android merupakan sistem operasi dengan metode open source, sehingga banyak developer yang bisa berkontribusi untuk mengembangkannya.

Apple juga dapat sukses dengan iOS karena berhasil membuat papan ketik pada layar dan pertama kali menggunakan metode multitouch. Sayangnya, iOS hanya dibuat khusus untuk perangkat Apple saja.

Android juga khusus dikembangkan pada perangkat smartphone saja. Sedangkan HarmonyOS pengembangannya lebih luas dari Android. Contohnya saja, sebentar lagi HarmonyOS bakal digunakan pada perangkat smartTV dari Huawei. James juga mengatakan bahwa pada tahun 2020 nanti mereka bakal meluncurkan HarmonyOS untuk smartwatch.

Akan tetapi, James mengatakan jika nantinya pemerintah Amerika kembali menerapkan pemblokiran terhadap Huawei untuk menggunakan sistem operasi Android, mereka pun sudah siap. HarmonyOS juga bakal dikembangkan untuk dapat berjalan pada perangkat smartphone dan tablet. Namun, hal tersebut akan dilakukan sebagai jalan terakhir saja.

Sejarah dan perencanaan HarmonyOS

Huawei juga membuat HarmonyOS menjadi open source. Hal itu dikarenakan Huawie menginginkan banyak developer yang dapat berkontribusi untuk mengembangkan HarmonyOS.

Hingga saat ini, Huawei masih belum memiliki jangka waktu, kapan HarmonyOS  bakal tersedia untuk perangkat smartphone dan tablet. Oleh karena itu, kita masih harus menunggu kemunculan perangkat pertama yang menggunakan HarmonyOS sehingga bisa mendapatkan sedikit gambaran bagaimana sistem operasi ini berjalan.