31 October 2016

by Yoga Wisesa

Ilmuwan Buat Kain Pintar yang Bisa Ubah Gerakan dan Cahaya Jadi Tenaga

Untuk sekarang, Georgia tech sukses menciptakan kain pintar selebar 225-sentimeter persegi.

Perbedaan antara tekstil elektronik dan perangkat wearable terletak pada integrasi elemen elektronik. 'E-textile' juga tidak harus dikenakan, meski perusahaan seperti CuteCircuit memang mengusung konsep ini untuk menggarap HugShirt, baju unik yang memungkinkan Anda merasakan sentuhan dari jauh. Lalu mereka juga sempat membuat pakaian ber-LED milik Katy Perry.

Tapi selain fungsi-fungsi khusus, apakah kain pintar dapat membawa manfaat bagi konsumen umum? Bisa, menurut tim ilmuwan Georgia Institute of Technology. Diungkap di Science Advances, para inventor berhasil menciptakan tekstil yang dapat mengumpulkan tenaga dari matahari dan gerakan pengguna, kemudian semua energi tersebut disimpan dalam serat kain. Proses pengerjaannya sudah pasti tidak mudah, mereka membutuhkan waktu 11 tahun buat menggarapnya.

Salah satu tantangan terbesar pembuatan kain pintar ini adalah menciptakan material yang fleksibel agar bisa ditenun menjadi baju, jaket, atau kain lain. Selanjutnya, peneliti Georgia Tech harus mencari solusi penyimpanan energi tanpa membebani pengguna dengan unit baterai.

Pakar nanotechnology Georgia Tech Zhong Lin Wang dan timnya mengatasi kendala-kendala tersebut dengan menciptakan tekstil triple-thread - menyimpan tiga lapis bahan: menggunakan sel surya sensitif untuk menyerap sinar, ada lapisan nanogenerator triboelectric buat memanen listrik statis yang tercipta akibat gerakan, serta terdapat unit supercapacitor untuk menyimpan tenaga dalam bentuk electrochemical. Semuanya dibentuk menyerupai serat.

Pakaian akan bekerja layaknya panel surya saat dikenakan di bawah matahari, lalu ketika hari mulai mendung atau Anda berada di dalam ruang tertutup, maka nanogenerator-lah yang bekerja mengubah gerakan jadi tenaga. Anda tidak perlu melakukan gerakan-gerakan dramatis karena serat kain cukup efektif dalam mengumpulkan energi dari aktivitas normal.

Untuk sekarang, Georgia Tech sukses menciptakan kain selebar 225-sentimeter persegi, memiliki kelenturan 'jerami yang ditenun', dan mereka berharap bisa membuatnya lebih fleksibel lagi. Salah satu alternatifnya ialah menyulam material itu ke bahan kain katun.

Penemuan unik ini tentu bisa memberikan banyak manfaat. Selain berguna mengising ulang perangkat bergerak atau wearable, kain pintar juga dapat dimanfaatkan oleh perancang busana untuk menciptakan baju-baju interaktif, misalnya gaun berlampu LED. Selain itu, tidak menutup kemungkinan desainer memproduksi baju dengan layar fleksibel, misalnya untuk memperlihatkan info kesehatan tubuh layaknya wearable device.

Sebelum Anda terlalu bersemangat, masih ada banyak hal yang harus dipikirkan oleh Georgia Tech: memastikan baterai bisa bertahan lama serta meningkatkan durabilitas kain.

Via LA Times.