1. Startup

Aplikasi Buatan Startup Bandung Kodelokus Sudah Diunduh Sepuluh Juta Kali di Google Play

Akan mencoba merambah ke aplikasi-aplikasi yang menargetkanUKM untuk peningkatan brand image

Bagi startup pengembang mobile apps, salah satu kebahagiaan dapat hadir dari membludaknya pengunduh produknya di market store. Begitu juga yang dirasakan Kodelokus, yang baru saja menginformasikan bahwa aplikasinya di Google Play sudah diunduh lebih dari 10 juta kali oleh pengguna perangkat Android. Startup asal Bandung ini fokus pada pengembangan aplikasi berkategori tools, meskipun beberapa game casual juga turut diproduksi.

Didirikan oleh Yogie Adrisatria dan Mukhamad Ikhsan, Kodelokus diawali dari sebuah proyek pengembangan mobile apps yang dilakukannya sebagai selingan dari rutinitas kerja. Meskipun saat itu Yogie dan Ikhsan bekerja di perusahaan yang berbeda.

Melihat penetrasi pertumbuhan tren pengguna smartphone yang begitu menanjak, Yogie dan Ikhsan akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan membangun Kodelokus, tepatnya di awal tahun 2013. Mengenang masa awal berdirinya Kodelokus, Ikhsan menyampaikan kepada DailySocial:

“Karena tanpa funding maka di awal kami langsung fokus untuk bagaimana generate cashflow, tanpa di awali grand idea seperti startup pada umumnya. Setelah cashflow sudah cukup baik, di sini kami melihat titik awal untuk memulai men-deliver produk dan solusi yang benar-benar akan dipasarkan secara lebih intend.”

Di awal berdirinya Kodelokus, Yugie dan Ikhsan mengembangkan aplikasi kamus Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris. Tak disangka antusias pengguna perangkat mobile terhadap aplikasi tersebut sangat tinggi. Sejak saat itu Ikhsan mengaku bahwa tim Kodelokus mulai lebih percaya diri terhadap prospek mobile apps yang akan sangat tinggi ke depan.

Sukses dengan aplikasi kamus Bahasa Indonesia - Inggirs, Kodelokus memperlebar cakupan bahasa yang digunakan di kamus, termasuk Bahasa Arab dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Setelah itu Kodelokus membuka satu kategori baru untuk merangkul pengguna di pangsa pasar internasional. Aplikasi yang dikembangkan adalah aplikasi-aplikasi Islami, seperti jadwal shalat, kalender hijriah, Al-Quran dan sebagainya. Inisiatif tersebut ternyata juga mendapatkan respon baik dari pengguna perangkat mobile dunia, aplikasi-aplikasinya berhasil mendapatkan jumlah download yang cukup memuaskan.

Terkait dengan strategi di tengah persaingan mobile apps yang bergitu bertumbuh, Ikhsan mengatakan:

“Memang untuk mensiasati kompetisi yang ketat ini kita butuh insight, karena Kodelokus tidak memiliki budget besar untuk ad-campaign, makanya kami memilih aplikasi-aplikasi yang market-nya sudah besar. Kemudian kami coba masuk ke market tersebut dengan menambahkan added value dari aplikasi yang sudah ada. Sisanya konsisten di-maintain aplikasi-aplikasi yang penerimaan penggunanya cukup besar. Kami lihat segmen ini agak unik, karena pemain besar enggan bermain di market ini, sedangkan para pengembang personal kadang tidak serius me-maintain aplikasinya.”

Kodelokus mengaku saat ini hanya terdiri dari tiga orang, dua founder ditambah seorang developer. Dari jumlah anggota tim yang sangat terbatas tersebut Kodelokus justru mengaku bahwa mereka bisa mendapat sisi unik, yaitu menjadi sebuah startup yang technical oriented. Dari sisi marketing Kodelokus saat ini hanya mengandalkan ad-campaign, sehingga upaya yang terus dilakukan ialah dengan fokus untuk menyampaikan kepada user aplikasi yang berkualitas.

“Sebenarnya standarnya tidak terlalu tinggi juga, dalam tim kami tidak ada designer sehingga tampilan aplikasi hanya seadanya, tetapi dengan tim ini kami bisa fokus mendiskusikan UX aplikasi, cepat dalam deliver bug patch, sehingga user benar-benar puas dalam menggunakan aplikasi-aplikasi kami,” ucap Ikhsan menceritakan tentang tim Kodelokus.

Ikhsan melanjutkan, “Budaya diskusi yang cukup intensif, bahkan untuk perbaikan-perbaikan kecil, mungkin itu kelebihan dari kami karena bentuknya yang berupa tim kecil.”

Seiring dengan perkembangan Kodelokus, selain mobile app saat ini Kodelokus juga telah memiliki sebuah portofolio aplikasi web berupa layanan personal finance yang dapat diakses secara umum. Tim Kodelokus mengaku bahwa sebenarnya mereka ingin membuat aplikasi tersebut menjadi sebuah layanan yang mumpuni, namun saat ini masih terkendala kemampuan harketing, sehingga saat ini aplikasi tersebut masih hanya menjadi sebuah show case saja.

Terkait dengan visi ke depan Kodelokus, Ikhsan memaparkan:

“Secara visi Kodelokus sebenarnya ingin improving daily routines dengan teknologi, baik itu melalui mobile apps ataupun aplikasi lainnya. Oleh karena itu karakter Kodelokus yang target aplikasinya lebih ke personal user. Ke depan kami akan coba merambah ke aplikasi-aplikasi yang targetnya UKM, sehingga kami melihat butuhnya meningkatkan brand image dari Kodelokus, selain dari sisi talent hiring, juga agar kami bisa dipercaya oleh para pengguna aplikasi kami ke depannya.”

Walau keinginannya agar tetap low profile (under radar), rupanya kebutuhan growth mengharuskan Kodelokus mulai melakukan aktivitas-aktivitas untuk brand image. Tentunya pegawai-pegawai pun akan lebih percaya diri ketika bekerja di perusahaan yang lebih dikenal oleh masyarakat. Sehingga Kodelokus juga menginginkan startup-nya menjadi salah satu yang menjadikan tim yang ada di dalamnya percaya diri. Itu salah satu visi besar Kodelokus yang ingin segera dicapai.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again