LG Pamerkan Deretan Produk Hiburan dan Perabotan Rumah Berteknologi AI dan IoT

Penerapan teknologi ThinQ berbeda-beda di tiap perangkat LG.

Internet of things pernah menjadi topik utama dalam pameran IT terbesar di Indonesia. Namun belakangan, istilah ini jadi jarang disebutkan - entah apakah karena publik sudah paham atau mereka malah belum melihat adanya fungsi praktis yang bisa membantu aktivitas sehari-hari. Tapi kondisi ini tidak mengurungkan niatan satu perusahaan elektronik untuk membawa produk-produk mutakhirnya ke nusantara.

Dalam acara konferensi pers minggu ini, LG memamerkan sederetan produk hiburan dan perabotan rumah tangga baru yang mengusung teknologi ThinQ dan didukung oleh internet of things serta kecerdasan buatan. Kombinasi semuanya memungkinkan perangkat-perangkat tersebut saling terhubung serta memungkinkan pengguna untuk mengaksesnya dari manapun ia berada berbekal smartphone dan koneksi internet.

Sang produsen Korea Selatan memperkenalkan teknologi ThinQ pada tahun 2017. Istiliah yang juga merupakan modifikasi dari kalimat think of you ini sengaja diramu agar interaksi manusia dan perangkat jadi lebih intuitif serta natural. Menurut LG, ThinQ siap menjadi jawaban atas gaya hidup konsumen dengan mobilitas tinggi.

 

Mengenai ThinQ dan internet of things

Penerapan ThinQ sedikit berbeda-beda di tiap produk. Misalnya untuk televisi, ThinQ dapat mengingkatkan kualitas visual dan audio. Lalu buat perabotan elektronik di rumah, solusi LG  ini bisa menghemat waktu dan konsumsi energi, serta memastikan perangkat bekerja dengan lebih ramah lingkungan. Aspek-aspek lain yang turut terbantu dengan kehadiran ekosistem IoT ThinQ meliputi keamanan, kesehatan, hingga pengawasan dan kendali.

Head of marketing LG Electronics Jay Jang menjelaskan bahwa teknologi-teknologi mutakhir di sana diyakini bisa memperpanjang umur produk. Jang bukan hanya membahas soal daya tahan pemakaian, tetapi kesiapan perangkat mendukung fitur anyar yang akan hadir di masa depan. Dengan begini, produk LG yang Anda miliki akan selalu relevan.

Dalam diskusi singkat, PR senior supervisor Dhita Ayuningtyas mengakui memang masih banyak orang awam belum mampu memahami sepenuhnya kepraktisan yang disajikan ThinQ. Supaya mudah membayangkan, ia membuat sebuah pengandaian sederhana: saat Anda pulang bekerja, jalanan macet dan udara sedang begitu panas. Anda ingin segera menikmati kesejukkan di dalam rumah. Beberapa menit sebelum tiba, Anda bisa menggunakan aplikasi mobile untuk menyalakan AC, sehingga ketika sampai, rumah sudah dingin.

Aplikasi SmartThinQ bukan hanya memberikan smartphone Anda kemampuan mengendalikan perabotan rumah dari jauh (selama perangkat tersambung ke Wi-Fi), namun mempersilakan pula pengguna buat melakukan proses diagnosis kesehatan serta mencari tahu konsumsi daya dari mesin cuci atau kulkas. App bahkan bisa memberikan notifikasi jika pencucian telah selesai.

Sejauh ini, ThinQ yang dibahas oleh LG masih berada di ruang lingkup aplikasi dan internet of things. Lalu di mana letak penerapan kecerdasan buatannya?

 

AI dan prosesor Alpha 9 Gen-2

Sejak beberapa tahun silam, LG telah mengembangkaan prosesor sendiri dengan tujuan untuk menyempurnakan penyajian visual di televisi mereka. Dan di CES 2019 Januari kemarin, perusahaan mengungkap 'prosesor pintar' Alpha 9 generasi kedua. Dibenamkan pada produk-produk baru andalan seperti OLED TV W9 dan NanoCell TV SM90, prosesor memungkinkan televisi beradaptasi terhadap konten yang sedang dihidangkan.

Ketika AI Picture aktif, televisi akan secara otomatis bekerja memodifikasi output, misalnya memuluskan area-area dengan gradasi, serta menonjolkan tekstur dan detail. Kecerdasan buatan juga mampu menyesuaikan kecerahan gambar saat kondisi di sekitarnya terlalu terang atau gelap. Menariknya, televisi tidak sekadar menaik-turunkan brightness, namun tetap bisa menjaga kepekatan warna-warna gelap, memastikan gambar tetap tajam serta cerah.

Prosesor Alpha 9 Gen-2 juga mampu menganalisis sumber audio bergantung dari jenisnya. Contohnya: televisi secara cerdas memperjelas suara vokal ketika Anda sedang menonton berita; meningkatkan efek bass sewaktu memutar film; dan selanjutnya, sistem segera mendongkrak frekuensi suara rendah dan tinggi saat tengah menghidangkan pertunjukan musik. Selain itu, 'AI Sound' di sana kabarnya bisa meng-upgrade output stereo menjadi surround sound 5.1.

Tidak semua produk baru LG ditopang oleh teknologi ThinQ, hanya beberapa varian high-end. Selain dua model TV yang saya sebutkan di atas, dukungan ThinQ dapat Anda temukan di mesin cuci TwinWash, kulkas InstaView Door-in-Door, mesin cuci F2720SVTV dan T2735NTWV, serta sejumlah penyejuk udara Dual Inverter.

 

Perabot rumah pintar di Indonesia?

Menjawab pertanyaan saya soal pandangan LG tentang kesiapan masyarakat Indonesia menerima penawaran-penawaran mutakhir ini, Jay Jang menyampaikan bahwa LG selalu berupaya menghadirkan teknologi canggih terlebih dulu walaupun mereka tahu infrastruktur masih belum siap. Perangkat-perangkat high-end tersebut sudah dapat beroperasi optimal, dan akan bisa bekerja lebih maksimal lagi saat segala fasilitas penopangnya tersedia.

Sang head of marketing juga tak khawatir mengenai respons konsumen lokal terhadap barang-barang ber-AI dan IoT itu. Menurutnya, penduduk kita adalah individu-individu yang paling cepat beradaptasi dan mengikuti tren teknologi. Ambil contohnya sosial media. Jauh sebelum penduduk Korea Selatan familier dengan Facebook dan Instagram, kita telah lebih dulu menggunakannya. Jay Jang optimis, produk-produk anyar LG ini akan diterima dengan baik oleh khalayak.