1. Startup

Melihat Langkah Samsung Menopang Ekosistem Tizen OS di Indonesia

Investasi di edukasi untuk mengembangkan monetisasi dan membuat aplikasi yang berdampak baik di masyarakat

Berakhirnya ajang kompetisi Indonesia Next Apps 3.0 (INA 3.0) kemarin menjadi langkah awal Samsung untuk memperkenalkan sistem operasi Tizen ke publik Indonesia lewat peluncuran smartphone Samsung Z2. INA 3.0 sendiri menjadi salah satu upaya Samsung untuk memperkaya konten dalam ekosistem Tizen. Ke depannya, selain tetap menggelar INA, Samsung juga berjanji untuk berinvestasi di sisi edukasi agar bisa membantu pengembang dalam menciptakan aplikasi dan juga menemukan model monetisasi yang tepat.

Kehadiran Tizen sebagai sistem operasi anyar sebenarnya bisa membuka banyak peluang baru dari sisi inovasi untuk para pengembang lokal. Pada kenyataanya teknologi adalah sesuatu yang dinamis dan kesuksesannya sangat ditopang oleh bagaimana cara industri yang merangkulnya dapat mengalirkan strategi pertumbuhan pangsa pasar yang tepat. Bila melihat angka, smartphone Samsung sendiri merupakan handset terpopuler yang berhasil terjual di Indonesia per tahun 2015.

Pun begitu, Samsung memang tidak langsung memposisikan Tizen sebagai sistem operasi saingan untuk dua platform paling populer saat ini-Android dan iOS. Samsung lebih memilih untuk menempatkan Tizen sebagai jembatan pengguna feature phone yang ingin beralih ke smartphone untuk merangkul lebih banyak pengguna. Toh Samsung sendiri sudah berkembang menjadi brand yang cukup kuat yang berhasil mendominasi pasar smartphone di Indonesia untuk berbagai kelas, baik itu low-end devices atau high-end devices.

Satu hal yang ingin dijaga setelah Tizen resmi masuk ke Indonesia sebagai sistem operasi smartphone di perangkat Samsung Z2 adalah momentum. Ya, momentum untuk terus merangkul lebih banyak pengembang lokal untuk memperkaya konten di Tizen. Salah satu caranya adalah melalui kompetisi INA yang akan digelar kembali tahun depan.

Manager Content & Service Samsung Indonesia Dolly Surya Wisaka mengatakan, “Samsung akan terus menjaga momentum engagement dengan developer ini. Setiap tahun kami juga memang ada program ini [kompetisi INA], walaupun temanya berbeda-beda. […] Tahun depan, semoga kami juga bisa mengadakan program yang sama lagi [kompetisi INA] untuk menjaga hubungan dengan developers plus encourage teman-teman lainnya untuk lebih produktif membuat aplikasi-aplikasi yang lebih mumpuni.”

“Di samping itu, […] kami juga akan men-develop para evangelist untuk teman-teman developer. […] Evangelist ini dibuat untuk educate teman-teman developer kepada ekosistem Tizen-nya Samsung,” tambah Dolly.

Tidak jauh berbeda, Direktur Samsung R&D Institute Indonesia Risman Adnan juga mengungkapkan bahwa next step yang akan diambil Samsung untuk menopang ekosistem Tizen adalah berinvestasi di edukasi. Tujuan dari investasi ini adalah untuk mengenalkan ekosistem Tizen ke para pengembang lokal. Di samping itu, pengembangan aplikasi yang memiliki dampak positif di masyarakat dan juga menemukan model bisnis yang tepat akan menjadi salah satu elemen yang diperhatikan.

Risman mengatakan, “Ibaratnya ada 1000 steps untuk menjadi entrepreneur yang sukses, sedangkan INA ini baru step dari 0 ke 1 karena menjadi entrepreneur itu ada banyak sekali aspeknya. […] Menjadi entrepreneur [teknologi] itu bukan hanya bisa coding, submit apps, lalu app-nya ada yang download saja, jalannya masih panjang dan Samsung berharap bisa berkontribusi di sini. […] Di saat dia [developers] bilang ‘saya bisa teknis’, tetapi yang non-teknis itu ada banyak sekali [yang belum tentu diketahuinya].”

“Jadi, untuk next step-nya itu Samsung akan investasi di edukasi, membantu pengembangan monetisasi untuk app terbaik, dan membantu dalam menciptakan aplikasi yang memiliki impact langsung ke konsumen,” lanjut Risman.

Risman juga mengungkap bahwa tak menutup kemungkinan di tahun depan pihaknya akan mengembangkan platform untuk memudahkan para developers belajar mengenal Tizen lebih jauh. Misalnya, melalui online learning course untuk menjangkau para developer di luar jawa atau melalui Forum yang dapat menjadi tempat untuk berdiskusi.

Sebagai sebuah sistem operasi baru, Tizen yang merupakan open sourceplatform memang memerlukan dukungan yang tidak sedikit agar bisa tumbuh. Para pengembang lokal yang mengikuti INA pun sempat menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang mereka hadapi dalam mengembangkan aplikasi Tizen adalah minimnya dokumentasi.

Hal tersebut sebenarnya wajar dan bila Anda sempat merasakan bagaimana mengembangkan aplikasi untuk Android di awal kemunculannya, hal yang sama juga pasti pernah dirasakan. Namun, seiring berjalannya waktu dan dokumentasi yang lebih banyak terkumpul, Android kini bisa menjadi sistem operasi mobile paling populer di dunia.

Satu-satunya yang sulit diprediksi adalah reaksi pasar dalam menerima Tizen sebagai sistem operasi alternatif. Meski target pasarnya sudah sangat spesifik, perlu diingat juga bahwa ada cukup banyak perangkat Android menyasar segmen yang sama dengan Tizen.

Kunci paling penting untuk merengkuh pasar di sini adalah inovasi yang lahir dari tangan para developer yang bersedia mengembangkan aplikasi untuk Tizen dan bisa menjawab rasa haus pengguna yang sudah mulai bosan dengan sistem operasi yang ada. Bila ada, bukan tidak mungkin Tizen dapat tumbuh sebagai salah satu sistem operasi alternatif yang patut diperhitungkan.

Samsung sendiri adalah brand besar yang produknya pun tidak terbatas hanya pada perangkat teknologi seperti smartphone, TV pintar, atau laptop. Masih ada produk seperti kulkas, mesin cuci, atau AC yang merupakan homeelectronic product dan bagian dari potensi pasar smarthome yang hingga kini belum digarap maksimal.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again