1. Startup

MNC Now Mengincar Posisi Nomor Satu Layanan Video On-Demand di Indonesia

Mengklaim berada di posisi kedua terbesar di segmen VoD Indonesia dengan tiga juta pengguna terdaftar

Kemunculan sejumlah pemain baru dalam layanan video on-demand (VoD) tak menciutkan nyali MNC Now dalam berkompetisi. Dukungan perusahaan induk dan strategi sudah mereka siapkan guna menjadi layanan VoD nomor wahid di Indonesia.

MNC Now berbeda dengan Metube yang merupakan platform user generated content semacam YouTube. Diluncurkan sejak Februari 2018, MNC Now diklaim sudah berada di posisi dua teratas sebagai layanan VoD setelah Maxstream milik Telkomsel. Chief Operating Officer MNC Now Aditya Haikal menyebut saat ini layanannya mengantongi tiga juta pengguna terdaftar.

Lima ratus ribu pengguna disumbang dari pelanggan MNC Vision dan MNC Play yang otomatis memiliki akun di MNC Now. Sisanya berasal dari publik yang tidak berlangganan MNC Vision maupun MNC Play.

"Namun malah bisa dibilang sekarang yang dominan dari publik. MNC Vision dan MNC Play hanya sekitar 500 ribu, sedangkan 2,5 juta pengguna dari umum karena kita beriklan di RCTI," ujar Haikal.

Haikal mengaku pihaknya memang banyak terbantu "kakak kandung" mereka yang sudah mapan, seperti RCTI, GTV, MNC, hingga televisi berbayar terbesar di Indonesia, MNC Vision. Mereka bisa menyiarkan konten-konten yang sudah diproduksi jaringan MNC Group dan beriklan gratis. Selain itu mereka juga terbantu keberadaan rumah produksi MNC Pictures dalam melahirkan konten original sehingga ongkos yang mereka keluarkan lebih hemat.

Hal ini, yang menurut Haikal, menempatkan mereka selangkah dibanding para kompetitor lokal. Ia yakin tak lama lagi MNC Now dapat bersaing dengan pemain regional, seperti Hooq dand Iflix.

"Netflix enggak mungkin karena mereka sudah di their own game. Yang kita kejar itu local player, misalnya Telkomsel punya Maxstream. Berikutnya adalah Iflix dan Hooq," tegas Haikal.

Tak gentar dengan layanan VoD Baru

Eksistensi MNC Now dapat terganggu seiring kemunculan pemain VoD baru seperti BlibliPlay, Go-Play, atau Grab yang menggandeng Hooq sebagai penyedia konten.

Meski aplikasinya masih berstatus beta, Go-Play cukup menjanjikan karena sudah memiliki sejumlah konten original yang didukung Go-Studio.

Sementara BlibliPlay fokus menampilkan tayangan olahraga, seperti turnamen bulutangkis Indonesia Open 2019, hingga konten edukasi dan hiburan.

Haikal memandang banyaknya pemain baru dalam bisnis VoD tidak otomatis jadi ancaman bagi MNC Now. Ia tak melihat semua pemain baru tadi punya inti bisnis yang fokus pada layanan video.

Langkah strategis MNC Now

Kepercayaan diri Haikal bukan tanpa alasan. Seperti disebutkan di atas, mereka punya dukungan besar dari jaringan MNC Group untuk hal promosi maupun produksi konten.

Produksi konten original inilah yang menurut Haikal akan menjadi fokus bisnis mereka. Saat ini MNC Now diklaim memiliki konten yang sudah dikurasi dengan durasi 10.000 jam. Dari 10.000 jam tadi, mereka menargetkan 100 jam di antaranya berupa konten original. Ada juga perluasan koleksi konten premium yang diambil dari koleksi mereka maupun hasil beli.

"Kita sudah tetapkan kurang lebih 100 jam per tahun ini yang jadi key driver orang-orang purchase MNC Now atau akuisisi pengguna baru," jelas Haikal.

Target MNC Now secara bertingkat adalah pengguna mobile, pengguna mobile broadband, dan terakhir penikmat video dari mobile broadband. Guna merengkuh sebanyak mungkin pengguna baru, mereka berencana bekerja sama dengan operator telekomunikasi.

Rencana itu diklaim akan memperkuat posisi MNC Now yang sebelumnya sudah bekerja sama dengan iflix. Sebelumnya MNC Group diketahui berpartisipasi dalam pendanaan iflix pada Juni lalu. Kendati demikian, MNC Now masih enggan menyebut operator telekomunikasi mana yang sedang dalam penjajakan kerja sama.

Konten original atau konten lokal memang punya daya tarik bagi para pengguna. Laporan "Asia-on-Demand: The Growth of VoD Investment in Local Enterntainment Industries" menyebut konten lokal digemari 44 persen penikmat layanan VoD di Indonesia. Ini sejalan juga dengan tren biaya produksi konten lokal yang dihamburkan oleh para pelaku industri. Netflix, sebagai contoh, menganggarkan $15 miliar pada 2019, naik dari US$3 miliar dari tahun sebelumnya, untuk membuat konten lokal di sejumlah negara.

Laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2019 menyebut, dari segi konten hiburan video merupakan konten terbanyak yang dikonsumsi pengguna dengan persentase 45,3 persen.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again