14 October 2019

by Glenn Kaonang

Usung Sensor APS-C, Nikon Z 50 Jauh Lebih Ringkas dan Terjangkau Ketimbang Z 7 maupun Z 6

Cuma $859 (body only), tapi masih mempertahankan sejumlah keunggulan milik kedua kakaknya

Tidak terasa sudah setahun berlalu semenjak Nikon merilis Z 7 dan Z 6. Tahun ini, giliran segmen lain yang diincar, segmen yang menjangkau lebih banyak kalangan konsumen, yakni mirrorless APS-C, atau DX-format kalau dalam kamus Nikon.

Kamera di atas adalah Nikon Z 50. Di balik dudukan lensa Z-mount dan bodi mirrorless-nya, bernaung sensor dengan ukuran penampang yang sama persis seperti milik DSLR mainstream Nikon macam D7500, D5600, maupun D3500. Pada Z 50, sensornya memiliki resolusi 20,9 megapixel dan sensitivitas ISO 100 - 51200.

Tersebar di sensor tersebut adalah 209 titik phase-detection autofocus, dan Z 50 menjanjikan performa burst shooting dengan kecepatan 11 fps menggunakan continuous autofocus. Nikon juga bilang bahwa Z 50 adalah kamera DX-format pertama yang dilengkapi fitur eye-detection autofocus, dan ini diklaim dapat digunakan meski subjek sedang bergerak.

Urusan video, Z 50 menawarkan 4K 30 fps sebagai opsi perekaman tertingginya. Mode slow-motion 120 fps pun juga tersedia, akan tetapi hanya untuk resolusi 1080p saja. Untuk pertama kalinya bagi Nikon, video kini juga dapat ditransfer ke smartphone atau tablet secara wireless.

Secara fisik, Z 50 mengusung gaya desain yang serupa dengan kedua kakaknya. Dimensinya jelas lebih kecil, demikian pula bobotnya yang hanya berkisar 450 gram (sudah termasuk baterai). Berhubung lebih ringkas, Z 50 pun lebih terbatas perihal kontrol, dan menurut saya yang paling signifikan dampaknya adalah absennya joystick di samping kanan layar.

Layarnya sendiri merupakan touchscreen berukuran 3,2 inci yang dapat dilipat ke bawah sampai menghadap ke depan untuk memudahkan selfie atau sesi vlogging. Selagi layarnya dihadapkan ke depan, sebagian besar kontrol pada layar otomatis dinonaktifkan demi mencegah pengubahan pengaturan yang tak disengaja.

Z 50 turut mempertahankan viewfinder elektronik (EVF) milik kedua kakaknya, yang merupakan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot. Pop-up flash pun juga tersedia, demikian pula slot SD card yang mendukung kartu tipe UHS-II. Terkait audio, Z 50 mengemas jack mikrofon, tapi tidak untuk jack headphone. Juga disayangkan adalah konektornya yang masih micro USB, bukan USB-C seperti pada Z 7 dan Z 6.

Ya, Z 50 tentu tidak bisa mempertahankan semua keunggulan kakak-kakaknya. Ukuran sensor adalah yang pertama, kemudian weather sealing pada bodinya juga tidak sekomprehensif milik Z 7 dan Z 6. Lalu yang tak kalah krusial adalah absennya sistem image stabilization internal, yang berarti konsumen Z 50 cuma bisa mengandalkan stabilization bawaan lensa.

Untungnya dua lensa kit yang tersedia untuk Z 50 sama-sama menawarkan stabilization. Keduanya adalah Nikkor Z DX 16-50mm f/3.5-6.3 VR yang menjanjikan stabilization hingga 4,5 stop exposure, serta Nikkor Z DX 50-250mm f/4.5-6.3 VR yang menjanjikan hingga 5 stop. Keduanya sama-sama mengemas control ring terintegrasi.

Namun bagian terbaik dari Nikon Z 50 adalah harganya. Di saat Z 7 dan Z 6 dibanderol selangit, Z 50 bisa didapat seharga $859 saja (body only) saat mulai dipasarkan pada bulan November mendatang. Untuk bundel bersama lensa 16-50mm, Z 50 dihargai $999, atau seharga $1.349 bersama lensa 16-50mm dan 50-250mm sekaligus.

Sumber: DPReview.