1. Startup

Ompreng Jadi Platform Baru Berbagi Tumpangan

Tanpa memungut biaya sepeserpun dari pemilik kendaraan, tarif yang dibayarkan merupakan iuran perjalanan

Layanan ride sharing belakangan ini menjadi fenomena baru di masyarakat. Kondisi lalu lintas Jakarta yang makin padat membuat layanan seperti ini (dan variannya) semakin menjamur. Yang paling baru adalah Ompreng. Berbekal semangat mengurangi kemacetan di jalan raya dan membantu berbagi ongkos transportasi, Ompreng mengklaim sebagai layanan ride sharing yang tidak memotong pendapatan driver atau pengemudi.

Sesuai dengan namanya, layanan ini memungkinkan penggunanya yang memiliki mobil (pengemudi ompreng) untuk berbagi tumpangan dengan pengguna lainnya sebagai penumpang untuk mengurangi ongkos perjalanan. Penumpang akan ditarik iuran yang dibayarkan ke pengemudi dan tidak mendapat potongan dari pihak Ompreng.

Layanan Ompreng yang didirikan oleh Ary Setiyono dan Ryan Firdaus ini berangkat dari semangat mengurangi kemacetan dan permasalahan kepadatan lalu lintas lainnya. Mereka ingin mengoptimalkan penggunaan mobil pribadi, demikian disampaikan tim Ompreng kepada DailySocial.

“Kondisi transportasi publik yg belum layak dan pertambahan jumlah kendaraan pribadi yang sangat tinggi. Ompreng ingin menjembatani gap tersebut guna mengurangi kemacetan Jakarta,” jelas tim Ompreng.

Ompreng yang baru beroperasi sejak 3 Oktober 2015 saat ini sudah bisa digunakan baik melalui web maupun aplikasi Android. Dari data internal Ompreng, mereka mengklaim telah berhasil menggaet 500 pengguna/hari. Ompreng sendiri menargetkan para pekerja kantoran, traveler, dan masyrakat kelas menegah secara umum sebagai basis pengguna mereka.

Konsep berbeda dari Ompreng

Jika beberapa layanan ride sharing ada menerapkan sistem bagi hasil dengan pengemudinya, tidak demikian halnya dengan Ompreng. Tim Ompreng mengaku layanan ride sharing yang mereka bangun ini merupakan layanan yang benar-benar gratis tanpa dipungut biaya. Tarif yang muncul merupakan tarif yang diberikan oleh pemilik kendaran yang selajutnya dibebankan oleh penumpang lain sebagai bentuk iuran perjalanan. Sebagai uang ganti bensin dan biaya tol misalnya.

Seperti yang kita ketahui bersama, beberapa waktu lalu layanan ride sharing Uber mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan Organda. Mereka menganggap Uber melanggar regulasi yang ada sehingga keberadaannya perlu ditertibkan.

“Kami tidak eksklusif seperti taksi, di mana penumpang tersebut yang memesan saja. Namun kami lebih kepada berbagi kursi kosong kepada orang lain. Sehingga terbentuk komunitas nantinya. Konsep kami seperti Nebengers, namun keunggulan kami ada di aplikasinya. Omprengers dapat dengan mudah mencari atau memberi omprengan kepada orang lain dengan adanya fitur filter, testimonial, approval, dan lain sebagainya,” imbuh tim Ompreng.

Ompreng juga mengklaim sebagai layanan ride sharing yang murni menyediakan layanan yang memungkinkan orang dapat menawarkan tumpangan dan mencari tumpangan. Tujuannya untuk mengajak masyarakat pemilik kendaraan pribadi untuk berbagi kursi kosong dengan penumpang kendaraan umum.

“Kami yakin dapat merubah habit masyarakat untuk dapat berbagi omprengan dengan yang lain. Omprengan konvensional banyak menjamur selama bertahun-tahun di Jakarta, dan konsep ride sharing sudah diperkenalkan di Indonesia oleh Nebengers. Kami yakin konsep kami dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat karena omprengan sangat familiar di masyarakat jakarta,” terang tim Ompreng.

Fokus saat ini dan target ke depan

Sebagai layanan yang belum genap berusia satu bulan, Ompreng saat ini masih fokus mendapatkan pengguna dan pengunjung. Selain itu, penyempurnaan web dan aplikasi juga terus dilakukan dengan menyiapkan beberapa fitur baru. Tim Ompreng juga tengah mencari investor untuk mengakselerasi layanannya.

“Target jangka pendek kami dalam satu tahun adalah mendapatkan 200.000 unduhan dan dalam 3 tahun mencapai satu juta unduhan. Kami ingin menjadi platform ride sharing nomor satu di Indonesia dan Asia Tenggara. Kami juga mempunyai rencana untuk ekspansi ke Malaysia, Vietnam dan Bangladesh untuk jangka panjang nantinya,” tutupnya.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again