6 April 2015

by Yoga Wisesa

OnLive Akhirnya Ditutup, Sisa Aset Dijual Ke Sony

Kemunculan OnLive pernah membuat kalangan pencipta hardware gaming cemas. Diungkap jauh sebelum publik mulai familiar dengan teknologi cloud, para ahli memperkirakan OnLive bisa sukses besar dan mengubah arah jalannya industri hiburan. Namun saat dirilis, kendala teknis dan keterbatasan jangkauan membuatnya perlahan-lahan terpuruk.

OnLive pertama kali muncul sebagai alternatif console game berbasis cloud. Ia dapat menjalankan permainan langsung dari server ke layar monitor atau TV via adaptor Microconsole dan dikendalikan melalui controller wireless. Setelah beragam halangan dan kemunduran, akhirnya perusahaan ciptaan mantan principal scientist Apple Steve Perlman itu ditutup selamanya. Sisa aset OnLive sendiri kini menjadi milik Sony.

Melalui blog mereka, OnLive menjelaskan bagaimana strategi baru diambil setelah pengajuan kebangkrutan di tahun 2012. Ketika itu Onlive merombak struktur internal organisasi mereka, sembari mendirikan OL2 Inc. yang fokus ke pembelian aset. Walaupun perusahaan baru itu meneruskan segala layanan tanpa gangguan, publik sudah terlanjur beranggapan bahwa OnLive telah tiada. Dan kesalahpahaman tersebut terus berjalan hingga tahun 2015.

"Faktanya banyak artikel-artikel menyebutkan bahwa OnLive sudah bangkrut atau membahas tema serupa. Menanggulangi persepsi tersebut terbukti menjadi tantangan yang tidak diduga-duga dari perubahan haluan ini," tutur OnLive. Padahal sejak tahun 2012, Onlive berhasil memperbaiki teknologi mereka serta merevisi penerapan bisnis secara dramatis, mendongkrak pemasukan ke angka positif.

Info menarik: Nvidia Luncurkan Shield Console di Ajang GDC 2015

Meski demikian, lifetime value dari pelanggan masih di bawah biaya untuk menghimpun mereka. OnLive sadar mereka tidak bisa melakukannya tanpa bantuan, dan percaya banyak perusahaan besar mampu mengatasi problema ini dengan memberikan informasi lebih luas, atau mempunyai platform distribusi layanan mereka sendiri. Banyak nama besar di industri enggan mengakuisi OnLive karena mereka belum yakin pada masa depan cloud gaming.

Untung saja Sony berkenan turun tangan - tampaknya melihat potensi tersembunyi di sana - dan membeli IP sekaligus beberapa aset OnLive.

"[Kami] sangat bangga dengan pekerjaan para tim berbakat dalam OnLive, dan kami mengucapkan terimakasih pada mereka. Kami juga sangat berterimakasih kepada para konsumen, publisher game, rekan distribusi, dan partner-partner lain yang turut membantu OnLive selama beberapa tahun ke belakang. Kami sangat menanti masa depan cloud gaming cerah bersama Sony," begitu kata OnLive.

Layanan OnLive tetap berjalan normal hingga ditutup tanggal 30 April 2015 nanti.

Gambar header: Wikipedia.