1. Startup

Gojek Terima Pendanaan 18 Triliun Rupiah

Menegaskan kembali rencana berekspansi dan bersaing dengan Grab Holdings

Gojek dikabarkan kembali membukukan pendanaan baru di putaran seri F, kali ini nilainya mencapai US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah. Menurut sumber Bloomberg, berdasarkan memo dari Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, transaksi baru diselesaikan minggu lalu. Tidak disebutkan detail investor yang terlibat. Terakhir yang dirumorkan akan bergabung adalah raksasa ritel Amazon yang dimulai dengan jalinan kemitraan strategis.

Putaran ini menargetkan dana hingga US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah. Telah berlangsung sejak Oktober 2018, dengan target penutupan di awal tahun 2020. Sehingga besar kemungkinan dana baru yang didapat memang menjadi penutup di tahap ini.

Sayangnya tidak semua pengumuman perolehan dana nilainya diumumkan ke publik, seperti yang didapat September lalu dari AIA Indonesia. Namun sumber mengatakan nilai total yang telah didapat sejauh ini di bawah target US$3 miliar.

Masih menggenggam misi yang sama, seri F yang digalang akan difokuskan untuk melakukan ekspansi, sekaligus meningkatkan persaingan dengan rival utama di Asia Tenggara, yakni Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings merupakan jajaran investor yang sebelumnya turut terlibat di putaran ini.

Pendanaan ini menjadi yang terbesar didapat pebisnis teknologi dalam kuartal pertama 2020. Di tengah pesimisme ekosistem bisnis digital akibat beberapa kasus, termasuk pandemi Covid-19 yang sedang menjadi perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Selain itu tahun sebelumnya banyak analisis yang memprediksi bahwa ada kemungkinan terjadi perlambatan arus investasi di bisnis teknologi. Termasuk disebabkan karena kasus portofolio SoftBank yakni WeWork dan Oyo; membuat investor semakin waspada dalam melakukan penilaian bisnis teknologi.

Rumor mengenai meger Gojek dan Grab juga sempat kembali mengemuka, pasca kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo. Merger yang dilakukan bisa saja terjadi secara parsial, misalnya hanya melibatkan bisnis di negara tertentu. Namun sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Selain itu ada sinyal penolakan, khususnya dari regulator di Indonesia dan Singapura yang merupakan tempat pangsa pasar penting bagi kedua perusahaan. Pasalnya jika terjadi monopoli pasar, kemungkinan konsumen yang paling banyak dirugikan akibat ketergantungannya dengan layanan dari kedua perusahaan.

Tim Get, sebagai bisnis ekspansi Gojek di Thailand / Gojek

Tidak hanya di transportasi, persaingan Gojek dan Grab telah meliputi beragam aspek on-demand lainnya. Yang kini paling kentara adalah pesan antar makanan dan pembayaran digital. Keduanya terus “membakar uang” demi mencapai pertumbuhan paling optimal, sehingga putaran investasi pun terus digalang.

Grab sendiri sudah mulai membuka putaran seri I. Terakhir Mitsubishi UFJ Financial Group, investor yang juga terlibat dalam pendanaan Gojek, terlibat dalam pendanaan US$856 juta.

Gojek sudah memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam dan Singapura; di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Sementara selain di Indonesia, Grab sudah melenggang di Singapura, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam dan Jepang.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again