28 October 2013

by Bambang Winarso

Layanan Blogging dari Pendiri Twitter, Medium, Terbuka Untuk Umum

Platformblogging punya andil besar dalam perkembangan sosial media, Twitter sendiri sebenarnya juga menggunakan 'tema' blogging (microblogging) meskipun lebih pas disebut sebagai situs jejaring sosial.

Secara pribadi saya menganggap Twitter bukan blog, sebab blog memungkinkan kita membuat sub domain sesuai keinginan, di mana di dalamnya kita bisa berkreasi dengan leluasa, hal itu tidak ditemukan di Twitter, lagi pula di Twitter memiliki keterbatasan karakter.

Apapun itu, dan saya yakin Anda pun punya definisi yang berbeda, dunia blogging jelas mempunyai daya tarik tersendiri, terbukti dengan peluncuran layanan bernama Medium yang digagas oleh salah satu pendiri Twitter, Evan Williams. Layanan blogging ini sebenarnya sudah dirilis beberapa waktu yang lalu, namun hanya untuk kalangan tertentu. Dan kini Evan Williams resmi membuka layanan blogging barunya ke publik.

Begitu membaca berita ini saya sendiri langsung menuju ke situs yang dimaksud, tapi jangan kaget jika Anda tidak menemukan tombol daftar di sana sebab untuk bisa menikmati layanan Medium ada pra-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pertama, harus punya akun Twitter. Kedua, harus menggunakan peramban Chrome, Safari atau Mozilla Firefox. Untuk pengguna Internet Explorer harus gigit jari dulu, belum diketahui apakah untuk sementara atau untuk selamanya.

Saat mencoba layanan Medium, saya terkesan dengan kecepatan loading halamannya, barangkali karena desainnya yang sederhana dan warna halaman yang cenderung netral. Di halaman depan tidak ada header, halaman terbagi atas 2 kolom di mana kolom pertama menampilkan gambar statis, menu utama hanya ada 2 yakni postsdan collections. Di sini Anda bisa menjelajah berbagai artikel pilihan yang diterbitkan di Medium.

Post memuat kumpulan artikel yang di-publish oleh pengguna dan collection yang berisi semacam grup yang juga bisa Anda buat seperti halnya post. Bedanya, collection bisa di-follow layaknya grup di G+ dan memuat tulisan dalam tema tertantu.

Sesaat setelah melakukan pendaftaran, saya langsung coba mem-posting artikel, ternyata syarat selanjutnya harus mengklik tombol Request Writing Access.

Kemudian saya dibawa ke halaman di mana saya bisa membuat judul, sub judul dan isi artikel, tapi karena terlalu sederhana bahkan garis kotak untuk membedakan setiap form pun tidak ada, sedikit mengganggu menurut saya. Nah, setelah artikel percobaan selesai, saya publish dan ini jadinya. Lebih mirip status ya? tak apalah, namanya juga percobaan!

Setelah artikel pertama berhasil di-publish baru ada tombol untuk membuat post dan collection baru.

Medium memang memfokuskan layanannya untuk menulis dan membaca. Tampilannya yang bersih membuat kegiatan membaca konten bisa lebih fokus. Di layanan ini kita juga bisa menambahkan foto sebagai pelengkap tulisan serta memungkinkan juga untuk meng-embed konten dari layanan lain seperti YouTube. Untuk kegiatan membaca, jika Anda perhatikan, dalam setiap post terdapat keterangan menit, ini menunjukkan prediksi berapa lama artikel yang akan Anda baca bisa diselesaikan.

Jika Anda ingin mencoba Medium, silahkan ke tautan ini.

Sumber berita Techcrunch.