1. Startup

Penggunaan Data dan Teknologi untuk Industri Berbasis Ritel

Belajar di sesi #SelasaStartup bersama Deputy CEO Fore Coffee Elisa Suteja

Memanfaatkan teknologi, saat ini proses jual beli hingga pemesanan makanan dan minuman, sudah bisa dilakukan lebih cepat dan lebih mudah. Melihat potensi tersebut, Fore Coffee, coffee chain yang fokus menghadirkan kopi berkualitas asli Indonesia, mulai mengembangkan teknologi yang relevan dan memanfaatkan big data.

Di sesi #SelasaStartup, Deputy CEO Fore Coffee Elisa Suteja mengungkapkan potensi industri kopi di Indonesia dan bagaimana teknologi bisa membantu Fore Coffee memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.

Data untuk mengenal pelanggan

Sebagai salah satu coffee chain yang menawarkan aplikasi untuk pemesanan kopi, Fore Coffee menyadari benar fungsi dan manfaat data pelanggan yang dikumpulkan. Tidak hanya untuk memberikan layanan yang lebih baik bagi pelanggan, dengan data yang terkumpul, Fore Coffee bisa mengetahui lokasi yang strategis dan siapa saja pelanggannya.

"Awalnya kita fokus hadir di area perkantoran saja. Namun dengan mempelajari data yang ada ternyata di kawasan perumahan juga menginginkan adanya coffee shop. Karena alasan itulah Fore Coffee kemudian mulai merambah ke pemukiman warga," kata Eliza.

Data yang dimiliki kemudian juga dimanfaatkan Fore Coffee untuk scale up. Meskipun masih belum bisa memprediksi seperti apa target dan rencana dalam waktu lima tahun ke depan, paling tidak manajemen bisa mengetahui secara detail demografi dari pelanggan yang ternyata kebanyakan adalah perempuan.

"Saat ini Fore Coffee telah memiliki sekitar 300 ribu pengguna yang berhasil kami kumpulkan secara bertahap memanfaatkan aplikasi," kata Eliza.

Pendekatan teknologi

Eliza mencatat Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan yang baik dalam hal industri kopi dan coffee shop. Peluang ini yang kemudian mendorong makin menjamurnya coffee shop konvensional dan mereka yang mulai mengadopsi teknologi.

"Untuk itu saya melihat pie-nya masih sangat besar untuk kemudian dibagi-bagi dengan coffee shop lainnya. Meskipun pada akhirnya coffee shop adalah industri brick and mortar, namun dengan pendekatan teknologi tentunya bisa memberikan layanan yang berbeda dan lebih baik lagi kepada pelanggan," kata Eliza.

Dengan alasan itu juga East Ventures berinvestasi ke Fore Coffee dengan nilai putaran terakhir senilai $8,5 juta (sekitar 120 miliar Rupiah dengan kurs hari ini).

"Jika tidak didukung dengan pendanaan tentunya akan sulit untuk industri kopi bisa tumbuh dengan cepat. Karena alasan itulah mengapa East Ventures tertarik untuk berinvestasi di Fore Coffee," kata Eliza.

Target pasar yang tepat

Dengan mengedepankan toko retail yang unik, Fore Coffee ingin menyasar target pasar yang relevan, yaitu pecinta kopi. Peningkatan kelas menengah juga menjadi salah satu alasan menjamurnya pertumbuhan pecinta kopi.

"Pada dasarnya semua bisnis memiliki peluang, apakah itu menjual kopi memanfaatkan teknologi atau secara konvensional. Eksekusi dan menyasar target pasar yang tepat yang kemudian menjadi penting," kata Eliza.

Untuk menciptakan hype, Fore Coffee juga memanfaatkan influencer di media sosial yang dinilai relevan untuk memperkenalkan Fore Coffee. Misalnya ke kalangan perempuan yang ternyata merupakan demografi pelanggan terbesarnya.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again