13 March 2018

by Yoga Wisesa

[Review] Asus VivoBook S14 S410, Sajikan Sensasi ala MacBook Air Dengan OS Windows 10 dan Fitur Lebih Lengkap

Menakar desain serta kemampuannya, VivoBook S14 S410 siap menemani Anda bekerja dan menghibur diri dengan konten-konten multimedia.

Kecuali segelintir brand, penurunan angka pengapalan komputer personal dirasakan oleh hampir semua produsen hardware. Namun yang membuat Asus tetap berjaya di Indonesia ialah begitu banyaknya pilihan produk, terutama di rentang harga terjangkau. Di level ini, sang perusahaan asal Taiwan itu mengandalkan keluarga VivoBook yang terdiri dari beberapa varian berbeda.

Di bulan Februari kemarin, Asus menunjuk dua model VivoBook yang mereka pilih sebagai andalannya berkompetisi di tahun 2018: Flip 14 TP410 serta S14 S410. Tak lama dari momen itu, saya diberi kesempatan langsung untuk menjajal tipe terakhir. VivoBook S14 S410 menyuguhkan pendekatan desain clamshell tradisional, namun meski masuk ke kategori entry-level, ada banyak sentuhan premium yang produsen bubuhkan di sana.

Berdasarkan pengalaman menggunakannya, saya merasakan sendiri kesanggupan VivoBook S14 S410 dalam mendukung kegiatan olah dokumen serta menyajikan konten-konten hiburan multimedia. Untuk fungsi terakhir ini, kesiapan laptop bisa dilihat dari kehadiran panel full-HD dan kartu grafis discrete Nvidia GeForce MX150.

Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

 

Desain

VivoBook S14 S410 adalah satu dari sejumlah laptop yang lahir sebagai respons penciptanya terhadap kemunculan MacBook Air. Tapi tentu saja, Asus telah membubuhkan sentuhan khas mereka di sana, serta menyempurnakan sejumlah kekurangan di perangkat Apple tersebut. Seperti kompetitornya itu, VivoBook S14 S410 mengusung desain elegan sederhana yang membuatnya tampil atraktif.

Dengan bobot 1,3-kilogram dan dimensi 326,4x225.5x18,75-milimeter, laptop ultra-thin ini memang ideal untuk menemani Anda saat bepergian atau bekerja secara remote. Sangat mudah baginya untuk diselipkan dalam tas, tanpa menambah beban terlalu banyak. TUbuh VivoBook S14 S410 tersusun atas kombinasi material logam dan plastik pada bingkai layar serta panel bawah.

Saya melihat ada banyak kesamaan desain antara VivoBook S14 S410 dan MacBook Air 13: Layar tersambung ke tubuh via satu engsel memanjang, laptop menggunakan keyboard tenkeyless dengan layout hampir serupa MacBook Air, touchpad-nya berada di tengah palm rest; bahkan Asus juga mencantumkan cekungan di dapan touchpad ala notebook Apple itu agar kita mudah mengangkat layar dari keadaan tertutup.

Layar tidak bisa dibuka hingga sejajar body, hanya dapat direntangkan sejauh 130 derajat. Di bagian punggungnya, Asus mengimplementasikan finishing dengan pola brushed vertikal dan tak lupa mencantumkan logo mereka. Unit review ini memiliki tubuh berwarna perak dengan frame layar hitam.

Tidak mau memberikan kesan meniru, Asus turut membekali laptop dengan fitur-fitur baru. Deretan tombol function VivoBook S14 S410 lebih banyak dibanding MacBook Air (tombol power ditempatkan di pojok kanan atas), lalu terdapat sensor sidik jari di dalam area touchpad untuk memudahkan Anda meng-unlock laptop. Konektivitasnya juga lebih lengkap. Anda bisa menemukan port USB 3.1, sebuah USB type-C dan HDMI di sisi kiri; kemudian ada dua USB 2.0 serta SD card reader di kanan.

Aspek istimewa lain di VivoBook S14 S410 terdapat pada layarnya. Laptop memanfaatkan bezel NanoEdge yang menghemat pemakaian sisi samping bingkai, sehingga memungkinkan Asus membenamkan display 14-inci di form factor 13-inci. NanoEdge membuat laptop terlihat manis, tapi tetap menyisakan ruang cukup lebar di frame bawah. Di sana, tim desainer mengisinya dengan membubuhkan logo Asus.

 

Layar

Asus VivoBook S14 S410 menyuguhkan layar IPS backit seluas 14-inci 16:9 beresolusi 1920x1080p. Panel tersebut mempunyai viewing angle selebar 178 derajat (membuat konten tetap terlihat jelas walaupun Anda melihatnya dari samping), dengan color gamut NTSC 45 persen, refresh rate 60Hz, dan lapisan anti-glare (matte) untuk meminimalisir pantulan yang berpeluang mengganggu Anda saat sedang serius bekerja atau menonton.

Layar ini mampu menghidangkan output tajam berkat penggunaan resolusi FHD serta warna-warni yang cemerlang. Tingkat kecerahannya juga sama sekali tidak buruk. Di tingkat brightness tertinggi, panel tetap sanggup menyajikan konten dengan jelas, kecuali jika Anda mengarahkan display langsung ke matahari.

Meski begitu, layar VivoBook S14 S410 tidak bebas dari kendala backlight bleeding yang umumnya muncul di LCD. Ketika menyala dengan kondisi hitam/gelap, Anda segera melihat tidak meratanya distribusi cahaya. Di unit review ini, bagian-bagian ujung kiri atas terlihat lebih cerah dari zona lain, terutama saat Anda baru menyalakannya.

 

Keyboard dan touchpad

Sebagai alat utama dalam berinteraksi dengan konten PC, Asus mencantumkan keyboardbacklight tanpa numerical pad. Tingkat kecerahan backlight bisa disesuaikan, LED-nya secara otomatis akan mati ketika tidak digunakan. Papan ketik ini dibekali tombol chiclet - berukuran 16x15mm untuk tuts huruf dan jarak antar tombol sejauh 4mm.

Untuk tangan kecil saya, tombol-tombol ini sangat nyaman buat mengetik. Ukurannya tidak terlalu lebar ataupun diposisikan terlalu berdempetan. Mereka terasa empuk serta responsif dengan jarak key travel pendek. Dan yang terpenting, resistensi masing-masing tombol di keyboard terasa konsisten.

S14 S410 dibekali touchpad berukuran 105x74mm (areanya dikurangi ujung membundar dan sensor fingerprint), berada sekitar 1 sampai 2-milimeter lebih rendah dari wrist rest untuk menghidari input yang tidak diinginkan akibat gerakan pangkal jempol sewaktu jari lain Anda sedang sibuk menari di atas keyboard. Sejauh ini, insiden salah tekan belum pernah saya alami. Touchpad mempunyai tekstur halus, mampu menjaga gerakan kursor tetap presisi.

Dua tombol mouse terintegrasi dalam touchpad, dengan sebuah garis halus sebagai pemisah kiri dan kanan. Walaupun menjadi satu dengan touchpad, kedua tombol tersebut sangat empuk, tanggap terhadap tekanan, serta konsisten. Tak ada perbedaan keempukan antara tombol kanan dan kiri.

Penempatan touchpad di tengah menyisakan ruang gerak sepanjang 10,5- sampai 11,5-sentimeter untuk masing-masing telapak tangan Anda. Walaupun tidak betul-betul di tengah, posisi touchpad ini memberikan kesan seimbang.

 

Spesifikasi sistem dan benchmark

Daftar spesifikasi VivoBook S14 S410 bisa disimak di bawah:

  • Sistem operasi Windows 10 Home Single Language
  • CPUquad-core 8-thread Intel Core i5 8520U 1,6GHz Kaby Lake-U
  • GPU Nvidia GeForce MX150 VRAM 4GB GDDR5 dan Intel UHD Graphics 620
  • Motherboard Asustek X411UNV
  • RAM 8GB
  • Penyimpanan SSD Hitachi 128GB, HDD Hitachi GHST 1TB
  • Optical disc drive tidak ada
  • Audio speaker stereo plus SonicMaster
  • Baterai 3-cell 42Whrs

Mengingat VivoBook S14 S410 tidak disiapkan untuk menangani game-game 3D kelas blockbuster, uji coba kinerja hardware saya lakukan sepenuhnya dengan sejumlah software benchmark, di antaranya Cinebench R15, PCMark 10, 3DMark Time Spy, lalu Unigine Valley 1.0 serta Heaven 4.0 untuk menakar kemampuan grafisnya. Berikut ini adalah hasil tes terbaik yang saya peroleh:

Cinebench R15

 

PCMark 10

 

 

3DMark Time Spy

 

 

Di Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0, saya memilih preset Extreme, dengan resolusi default di mode windowed.

-

 

Pengalaman penggunaan

VivoBook S14 S410 saya gunakan selama beberapa minggu untuk bekerja tiap hari, dan saya akui, tidak ada banyak hal yang bisa dikeluhkan. Pemanfaatan SSD membuat waktu load Windows berjalan singkat, kemudian walaupun menyimpan sistem pendingin aktif (Asus IceCool), laptop bekerja dengan cukup hening. Suara kipas baru mulai terdengar sewaktu perangkat berada di kondisi full load.

Membahas temperatur, Asus berhasil memenuhi janji mereka untuk menjaga suhu palm rest laptop tetap berada di bawah 35 derajat Celcius. Bahkan saat digunakan di ruang tanpa pendingin udara lebih dari delapan jam sehari (dengan sirkulasi udara yang optimal), bagian tangan saya yang menempel di laptop tak pernah terasa gerah ataupun berkeringat. Suhu diarahkan ke sisi bawah laptop, lalu lubang pembuangan panas tersembunyi di belakang engsel.

Daya tahan baterai juga menjadi aspek unggulan di laptop ini. Dalam pemakaian normal (browsing, menjalankan video beberapa kali, serta mengetik) plus mengaktifkan mode battery saver, S14 S410 dapat aktif hingga enam jam tanpa tersambung ke sumber listrik. Durasinya jadi lebih singkat sewaktu saya pasang playlist video musik di YouTube ditambah penggunaan level brightness tertinggi - sekitar dua setengah jam.

Untuk ukuran laptop, mutu speaker VivoBook S14 S410 tergolong cukup baik, dan tak jarang saya bekerja sembari ditemani alunan musik dari laptop. Absennya subwoofer memang menyebabkan efek bass-nya kurang menendang, tapi speaker stereo yang ditaruh di sisi bawah notebook tetap mampu menyuguhkan output yang lantang dan jernih, terutama buat nada-nada mid serta tinggi.

 

Konklusi

Orisinalitas desain memang bukan faktor terkuat dari VivoBook S14 S410, namun hal tersebut bisa dikesampingkan jika Anda sedang mencari alternatif lebih ekonomis dari perangkat MacBook Air 13-inci yang berjalan di platform Windows 10. Pemanfaatan bezel NanoEdge, sensor fingerprint, dan sistem pendingin yang dapat menjaga wrist rest tetap sejuk turut menjadi nilai tambah produk ini.

Sebagai sedikit masukan, VivoBook S14 S410 bisa jadi perangkat kerja yang lebih mumpuni lagi seandainya Asus meng-upgrade bagian layar lebih jauh. Panel LED laptop memang tidak buruk, tapi jika persentase backlight bleeding-nya dibuat lebih kecil, lalu color gamut-nya diramu lebih tinggi lagi, produk ini bisa lebih efektif menjangkau kalangan kreatif - misalnya buat dimanfaatkan fotografer sebagai tempat meninjau hasil jepretan kamera mereka.

Asus VivoBook S14 S410 telah tersedia di Indonesia, dipasarkan di harga Rp 11,4 juta. Produk sudah disertai garansi selama dua tahun.

 

Sparks

  • Desain elegan, ringan dan ramping
  • Baterai cukup tahan lama untuk pemakaian normal
  • Layar full-HD
  • Keyboard dan touchpad yang nyaman buat bekerja
  • Pemindai sidik jari
  • Bezel NanoEdge

 

Slacks

  • Penampilannya kurang orisinal
  • Mutu layar bisa ditingkatkan lagi
  • Masih tergolong mahal untuk laptop multimedia entry-level