18 December 2017

by Yoga Wisesa

[Review] Corsair HS50, Headphone Gaming Stereo Terjangkau Berkualitas Premium

Performanya memuaskan dan harganya masuk akal, sulit untuk tidak merekomendasikan Corsair HS50.

Corsair sudah mengamankan namanya sebagai penyedia aksesori gaming premium dan di bidang penyajian suara, lineup Void Pro merupakan kebanggaan mereka. Namun perusahaan Amerika itu mengerti tak semua gamer diberkahi modal yang besar untuk berbelanja perangkat-perangkat mumpuni. Mungkin inilah salah satu alasan Corsair memperkenalkan headset gaming HS50.

HS50 merupakan headphone stereo wired. Sang produsen menjelaskan bahwa perangkat ini didesain untuk memberikan penggunanya kenyamanan tinggi, dibangun agar tahan lama, dan siap menemani Anda ber-gaming selama berjam-jam tanpa membuat telinga jadi tak nyaman. Dan dalam waktu kurang lebih dua minggu ini, Corsair memberikan saya kesempatan untuk mencoba secara personal dan menguji langsung kinerja HS50.

Satu hal yang saya sukai dari HS50 ialah kesederhanaannya. Ia merupakan headset multi-platform, siap mendukung sistem gaming berbeda - PC, console hingga mobile. Beberapa elemen di sana disajikan secara modular, dan saya mengapresiasi kemudahan akses ke sejumlah fungsi krusial. Dan dengan harga yang 'masuk akal', sulit untuk tidak merekomendasikan Corsair HS50. Ayo simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel

HS50 diramu agar dapat segera dipakai begitu dikeluarkan dari bungkusnya. Di dalam, Anda akan menemukan unit headphone, Y-adapter ke sepasang port audio in/out 3,5-milimeter, microphone detachable, dan dua lembar petunjuk garansi. Untuk mulai menggunakanya, tak ada software yang perlu diinstal. Namun agar bisa tersambung ke Xbox One, Anda membutuhkan adapter dari Microsoft.

 

Desain

Penampilan Corsair HS50 cukup berbeda dari Void Pro dan housing ala diamond-nya. Di HS50, speaker mempunyai wujud oval berjenis over ear dengan struktur terbuka. Ear cup merangkul seluruh permukaan telinga dan kedua housing disambung oleh satu headband berstruktur logam. Dan seperti biasa, Anda dapat menyesuaikan ukurannya dengan menarik housing speaker dari headband.

Unit HS50 yang Corsair pinjamkan merupakan varian bertema Xbox. Seperti versi karbon standar, tubuhnya didominasi warna hitam, namun beberapa zona di sana dibumbui warna hijau khas Xbox - berupa garis oval di sisi luar speaker dan pada jahitan padding headband. Penerapan warna hijaunya itu halus dan tak berlebihan, membuat HS50 bukan hanya cocok dipasangkan bersama console Xbox One, tapi juga unit PC ber-case hitam plus LED hijau atau laptop Razer Blade.

HS50 sendiri sama sekali tidak dibekali pencahayaan RGB - mungkin sedikit mengecewakan bagi Anda yang ingin memeriahkan setup gaming kesayangan. Namun buat saya, kesederhanaan ini membuatnya terlihat lebih serasi saat disandingkan dengan console/PC apapun. Lalu ketiadaan LED juga menjaga temperatur headphone tetap rendah.

Tubuh HS50 terbuat dari kombinasi bahan plastik dan logam. Plastik digunakan sebagai case housing dan area-area pembatas, sedangkan material baja 'rugged' diterapkan pada bagian-bagian penting seperti tulang dari headband, engsel, dan grille di luar ear cup. Engsel di headphone sendiri hanya bisa bergerak satu arah. Namun meski sudut geraknya terbatas, ia dapat beradaptasi cukup baik dengan ukuran dan bentuk kepala berbeda.

Bagi saya, penyuguhan akses kendali terasa sedikit timpang ke area kiri, namun boleh jadi hal ini dilakukan agar simpel dan dapat dilakukan satu tangan Anda. Kenop volume, tombol mute, sambungan kabel, serta port microphone berada di unit housing kiri. Kabar baiknya, ukuran kenop dan tombol dibuat cukup besar serta menonjol sehingga mudah untuk menemukannya tanpa perlu melepas headset.

Microphone-nya mudah disambung serta dilepas, dan Corsair juga telah menyiapkan lubang khusus agar posisinya tidak terbalik. Mic unidirectional tersebut mempunyai struktur yang gampang diarahkan, jadi bahkan tanpa melepasnya, Anda bisa menjauhkan mic dari mulut seandainya merasa terganggu oleh kehadirannya.

Corsair HS50 terkoneksi ke perangkat utama lewat kabel sepanjang kira-kira 1,8-meter dengan colokan berlapis emas. Kabel tersebut menggunakan bahan karet biasa, cukup tebal serta lentur - tapi Anda tetap perlu berhati-hati agar ia tidak sampai terlindas atau terlilit di roda kursi saat sedang seru bermain game.

 

Kenyamanan

HS50 bukanlah headset berkonsep portable, tapi ia tidak pernah terasa membebani kepala walaupun saya mengenakannya berjam-jam setiap hari. Corsair mencantumkan bantalan empuk berlapis kulit sintetis di bagian dalam housing dan headband. Awalnya saya mengira, bahan ini akan membuat telinga cepat panas seandainya HS50 digunakan di ruang tanpa penyejuk udara, namun ternyata saya keliru. Material tersebut sepertinya mempunyai pori-pori besar sehingga sirkulasi udaranya cukup baik.

Konstruksi baja yang kokoh di HS50 sangat krusial dalam memastikan headset sanggup menahan perlakuan kasar gamer serta membuatnya mencengkeram kepala pengguna dengan mantap. Sudut gerak engselnya tidak begitu luas, tetapi ia tetap nyaman dikenakan - bahkan buat saya yang sehari-hari harus memakai kacamata. HS50 terpasang sempurna di kepala, tanpa menekan telalu kencang.

Terlepas dari tubuh HS50 yang terlihat bulky, bobotnya ternyata cukup ringan (Corsair tidak menginformasikan beratnya secara spesifik). Hal ini boleh jadi tercapai berkat headband dan padding-nya yang secara efektif mendistribusikan beban secara merata, ditambah cengkeraman ear cup ke kepala yang pas. Bahkan ketika saya gelengkan kepala dengan cepat, headphone tidak gampang tergeser atau terlepas dari kepala.

 

Performa suara dan pengalaman penggunaan

Untuk produk yang dijajakan di harga di bawah Rp 1 juta, perfoma Corsair HS50 cukup mengagetkan. Jantung dari headphone ini adalah sepasang driver neodymium berukuran 50-milimeter, mampu menyajikan suara di frekuensi 20Hz sampai 20KHz.

Dalam menangani sejumlah lagu berbeda (Highway Tune-nya Greta Van Fleet, Hotel California dari Eagles, High Road oleh Mastodon, hingga Seemann-nya Nina Hagen), bass HS50 terasa menendang tanpa kehilangan kekuatan dentuman di frekuensi rendah. Selanjutnya, suara vokal terasa natural, dengan mid-range yang kaya serta detail. Buat nada-nada tinggi, output-nya jernih dan 'renyah'. Saya hampir tidak mendengar suara mendesis ataupun noise.

Karakteristik ini membuat Corsair HS50 cocok buat menemani gamer menikmati permainan first-person shooter serta game-game balap. Beberapa judul yang saya gunakan untuk mengujinya meliputi Titanfall 2, Wolfenstein II: The New Colossus, Grand Theft Auto V (Online), dan Project CARS 2.

 

Walaupun tidak memanfaatkan sistem surround 7.1, Corsair HS50 sangat ampuh dalam mendeteksi lawan di Titanfall 2. Posisi mereka terekspos dari derap langkah, suara grappling hook atau cloaking yang diaktifkan, serta bunyi jump kit sewaktu mereka melakukan lompatan ganda. Titanfall 2 juga merupakan satu dari sejumlah game yang menggunakan audio sebagai isyarat status perlengkapan Anda - misalnya suara rentetan senapan serbu jadi kian nyaring karena peluru di magazine menipis. HS50 sangat membantu menonjolkannya.

 

Di game single-player murni seperti Wolfenstein II, audio detail yang dihidangkan HS50 tentu menyempurnakan aspek visual permainan. Semua senjata, apapun pilihan Anda, terasa memuaskan ketika ditembakkan. Bunyi favorit saya adalah suara dentuman Schockhammer serta suara kapak yang saya lempar dan menghantam baju pelindung baja lawan. Efeknya terdengar begitu meyakinkan.

 

Pengalaman audio terasa lebih menyeluruh di Grand Theft Auto Online karena adanya musik-musik dan DJ di radio. Kinerja bass dan fleksibilitas HS50 menangani beragam lagu di sana sangat kentara. Lalu ketika keluar dari kendaraan, segala bunyi-bunyian di permainan - percakapan NPC di telepon, suara selipan ban saat motor mengerem mendadak, hingga bunyi ledakan dikejauhan - segera mengepung Anda dengan segala detailnya.

 

Project CARS 2 sendiri memang dirancang untuk menyajikan suara kendaraan serealistis mungkin, terutama dari raungan mesin (Pagani Zonda Cinque Roadster 2010 dengan atap terbukanya betul-betul mengagumkan) dan suara pergantian gigi. Corsair HS50 sangat ideal untuk menunjang Project CARS 2, dan ketiadaan surround 7.1 lebih dapat ditolerir di genre permainan ini.

 

Dari uji coba microphone, HS50 sanggup menangkap input dan menyuguhkannya ke lawan bicara secara jernih. Level dengungannya minimal, dan hampir tidak ada efek gema berkat dukungan teknologi noise cancellation. Rekan satu tim saya di Titanfall 2 dan Ghost Recon Wildlands tidak pernah mengeluh karena suara saya sulit didengar. Perlu diingat juga bahwa HS50 telah tersertifikasi dan dioptimalkan untuk app VoIP Discord.

 

Konklusi

Memang ada banyak headphone gaming dengan performa lebih baik serta desain yang 'lebih gaming', namun tidak mudah bagi kita untuk menemukannya di harga yang terjangkau. Lewat celah inilah Corsair HS50 menyalip para kompetitor sekelasnya: kinerja audionya mumpuni, desainnya nyaman, build quality-nya memuaskan, dan Anda dapat miliki semua itu cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 750 ribu saja. Corsair juga menjamin produk ini bebas dari cacat produksi (jika ada masalah, Anda dapat segera menukarnya) dan melengkapinya bersama garansi selama dua tahun.

Selera audio tiap orang memang berbeda-beda, meski begitu, saya akan menyarankan HS50 bagi Anda yang menginginkan headset gaming sekaligus perangkat buat menikmati musik sehari-hari. Kesederhanaan desain juga menjadi nilai tambah, tapi mungkin beberapa dari Anda menyadari, rancangan Corsair HS50 - apalagi dengan housing oval dan engselnya - menyerupai Kingston HyperX Cloud. Lalu apakah ini merupakan hal buruk? Tidak juga. Anggap saja HS50 merupakan alternatif yang lebih ekonomis.