22 July 2019

by Lukman Azis

[Review] Fujifilm X-T30, Versi Hemat X-T3 dengan Kapabilitas Video Superior

Fujifilm X-T30 mengemas sensor, prosesor, dan sistem autofocus baru yang sama milik mirrorless flagship X-T3

Belakangan ini, mirrorless dengan sensor full frame menjadi pusat perhatian di dunia kamera. Di tengah drama full-frame, Fujifilm tidak ikut-ikutan dan tetap fokus pada sistem APS-C mereka sambil terus mengembangkan mirrorlessmedium format.

Setelah tahun lalu mirrorless flagshipFujifilm X-T3 menuai sukses, seperti yang sudah-sudah mereka juga menurunkan sebagian besar teknologinya ke mirrorless kelas menengah Fujifilm X-T30. Terutama kemampuan perekam videonya, yang sangat memungkinkan membuat para video content creator atau videografer profesional jatuh hati.

Harga Fujifilm X-T30 sendiri dibanderol dengan harga Rp14 juta untuk body only, Rp16 juta dengan lensa XC 15-45mm, dan Rp19 juta dengan lensa XF 18-55mm. Berikut review Fujifilm X-T30 selengkapnya.

Desain Khas dan Ikonik

Bicara soal kamera mirrorless besutan Fujifilm, memang selalu identik dengan desain klasiknya. Seperti kebanyakan mirrorless Fujifilm, X-T30 juga mewarisi desain yang khas dan ikonik. Unit yang saya review berwarna charcoal silver yang kental dengan nuansa retro.

Dimensi body kameranya tergolong compact, terasa klop dalam genggaman tangan meskipun ukuran grip-nya agak kecil. Untuk penggunaan harian, saran saya sebaiknya pasangkan strap untuk keamanan kamera.

Lensa yang saya gunakan ialah XF 16mm F2.8 yang juga berukuran ringkas, saya bisa menggunakan tas kamera kecil dan membawanya bepergian tanpa memakan banyak tempat.

Build quality-nya sendiri menurut saya finishing-nya sangat baik, hampir semua bagian sasisnya terbuat dari material logam - termasuk tiga roda kontrol di pelat atas. Pada beberapa bagian seperti samping dan depannya memang ada juga yang dari bahan plastik. Sementara, bagian belakang dan grip-nya telah berlapis karet untuk memperkuat cengkraman.

Sistem Kontrol Kamera Intuitif

Ini adalah kali pertama saya me-review kamera Fujifilm, sebelumnya hanya sempat hands-on. Saya berpikir bahwa sistem kontrol di kamera manapun itu bakal identik, asalkan sudah paham aturan 'segitiga emas'.

Nah sehari setelah saya toel-toel kamera ini, dengan 'PD-nya' saya mengajaknya pergi meliput sebagai kamera utama. Hasilnya saya sedikit frustasi, karena meraba-raba kontrol manualnya - beberapa momen pun terlewat.

Saat itu saya sadar, membaca buku panduan penggunaan itu penting. Setelah itu, saya browsing dan mengunjungi website resmi Fujifilm untuk mempelajari sistem kontrol dan fitur-fitur yang ditawarkan.

Memang butuh waktu untuk beradaptasi, menurut saya sistem kontrol kamera ini memang sedikit rumit. Bahkan untuk memotret menggunakan sistem autofocus saja membutuhkan beberapa pengaturan kombinasi. Pastikan tuas yang berada di roda kontrol shutter speed mengarah ke auto. Lalu, arahkan tuas focus mode ke S atau C yang berada di bagian belakang sebelah kiri bawah.

Untung saja, titik fokus bisa dengan mudah ditentukan - bisa menggunakan layar sentuh (tap focus) atau dengan menggerakkan joystick. Layarnya juga dapat berfungsi sebagai touchpad saat kita memotret menggunakan viewfinder.

Sedikit penjelasan mengenai focus mode, S artinya Single AF yang bisa Anda gunakan saat memotret objek diam. Sementara C ialah Continuous AF yang bisa dipilih saat memotret objek bergerak, dan M artinya Manual Focus.

Tombol fisik pada sekeliling body-nya memang terkesan ramai sekali, tapi saya sangat menyukai sistem kontrol pada kamera X-T30 ini. Ada tiga dial atau roda kontrol utama pada kamera ini yaitu exposure compensation, shutter speed, dan drive atau mode pengambilan gambar.

Lalu, didukung roda kontrol tambahan di bagian belakang untuk mengatur ISO dan depan untuk mengatur shutter speed dengan rentang terbatas. Buat saya kelengkapan ini sudah lebih dari cukup untuk mengoperasikan kamera dengan cepat dan akurat, ditambah lagi sejumlah tombol juga dapat disesuaikan (Quick Menu) dan menawarkan sejumlah shortcut yang bisa diatur lagi sesuai kebutuhan.

Ukuran viewfinder-nya memang agak kecil, bagi yang menggunakan kaca mata seperti saya sedikit kurang nyaman. Fujifilm mengemasnya dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta titik. Secara default refresh rate EVF adalah 60 fps, tapi bisa naik menjadi 100 fps bila mengaktifkan 'boost mode'.

Layar 3 inci-nya disokong resolusi 1,04 juta titik dan sepenuhnya layar sentuh termasuk untuk mengakses antarmuka kamera. Sayangnya, Fujifilm masih mempertahankan mekanisme tilting dan bukan menggunakan mekanisme yang fully articulated seperti pada X-T100.

Artinya kita hanya bisa memiringkan layarnya sedikit, ke atas sampai 90 derajat dan ke bawah sampai 45 derajat. Untuk aktivitas memotret, mekanisme ini justru yang paling ideal. Sebaliknya, bagi para video content creator yang membuat video mereka seorang diri - ini menjadi kekurangan.

Soal kelengkapan port-nya, di sisi kiri terdapat tiga port yakni port microphone 2,5mm, USB Type-C, dan micro-HDMI. Anda mungkin akan membutuhkan adaptor dari 2,5mm ke 3,5mm untuk menggunakan mikrofon eksternal. Sementara, port USB Type-C miliknya dapat digunakan untuk mengisi daya, transfer file ke komputer, atau menancapkan headphone untuk memonitor audio.

Baterai yang digunakan ialah lithium-ion NP-W126S yang menyuguhkan 380 jepretan menggunakan layar LCD. Tentu saja, ketahanan baterai balik lagi pada penggunaan kamera. Hasilnya bisa berbeda-beda, bila kita juga sering menggunakan viewfinder, mode burst, dan merekam video. Di sebelah baterai terdapat satu slotSD card yang mendukung media UHS-I.

Kemampuan Video - 4K 30fps

Sekarang kita akan bahas mengenai fitur spesial pada kamera ini yakni kemampuan perekam videonya. Fujifilm X-T30 dapat merekam video 4K UHD dan DCI pada 30 fps, oversampling menggunakan seluruh penampang sensor dengan bit rate maksimum 200 Mbps.

Nah fitur yang bakal membuat para videografer atau filmaker tersenyum lebar ialah kamera ini tak hanya menawarkan output video 4:2:0 8-bit dengan internal recording yang bisa disimpan langsung ke SD card, tapi juga output video 4:2:2 10-bit menggunakan external recorder lewat HDMI.

Didukung juga fitur-fitur seperti picture profile F-Log gamma curve, face/eye detection, dan 'mode movie silent control'. Di mana kita dapat menyesuaikan exposure, ISO, mic/headphone level, wind filter, white balance, dan Film Simulation dengan layar sentuh tanpa perlu menyentuh tombol fisik.

Berikut detail lengkap format video yang direkam oleh Fujifilm X-T30:

  • 4K DCI 17:9 (4096x2160) / UHD (3840x2160) pada 29.97p, 25p, 24p, 23.98p dengan bit rate 200, 100 Mbps
  • Full HD 17:9 (2048x1080) / Full HD(1920x1080) pada 59.94p, 50p, 29.97p, 25p, 24p, 23.98p dengan bit rate 200, 100, 50 Mbps

Cukup mumpuni bukan? Sayangnya, durasi perekaman video 4K dibatasi hanya 10 menit. Mungkin untuk mencegah terjadinya overheat, mengingat ukuran kamera ini cukup ringkas.

Fitur perekam video 4K memang sangat penting dan akan menjadi standar di masa depan, tapi apakah Anda sudah benar-benar membuat video di resolusi 4K?

Sebab video 4K membutuhkan requirement tinggi, seperti kartu memori dengan kecepatan baca tulis tinggi dan kapasitas besar, penyimpanan untuk menampung file 4K, dan laptop dengan prosesor cepat untuk mengeditnya.

Saya sendiri masih membuat video pada resolusi 1080p, tapi beberapa footage saya mulai ambil pada video 4K. Karena memberi fleksibilitas lebih saat editing dan juga sebagai aset. Untuk saat ini, saya tak masalah dengan batasan durasi 10 menit di resolusi 4K pada X-T30.

Kemampuan Foto

Bagaimana dengan hasil fotonya? Fujifilm X-T30 mengusung sensor X-Trans beresolusi 26MP dan prosesor X 4 yang sama seperti yang dimiliki X-T3. Artinya, kualitasnya tak perlu diragukan lagi.

Prosesor X 4 ini menyuguhkan kemampuan burst shooting lebih ngebut. Dengan electronic shutter, kamera dapat menembak 30 fps tanpa henti tapi dengan crop 1.25x atau 20 fps tanpa crop. Sementara, bila menggunakan mechanical shutter dapat menembak 8fps.

Seperti X-T3, X-T30 memiliki sistem Hybrid AF dengan 425 phase-detect points yang mencakup seluruh frame. Focus mode-nya sendiri terdiri dari single point, zone, wide, dan all.

Sistem autofocus-nya sangat dapat diandalkan, X-T30 juga dapat mendeteksi wajah dan mata dengan cukup cepat. Titik fokus juga dapat ditentukan dengan menyentuh layar atau joystick. Berikut beberapa hasil foto dari Fujifilm X-T30:

Verdict

Berada di rentang harga belasan juta, menurut saya Fujifilm X-T30 merupakan salah satu kamera mirrorless kelas menengah terbaik pada tahun 2019. Kamera ini dikemas dengan sensor, prosesor, dan sistem autofocus baru yang sama seperti milik mirrorless flagship Fujifilm X-T3.

Saya sangat menyukai desain dan sistem kontrol fisiknya seperti terhubung dengan kamera, walaupun sedikit rumit tapi begitu Anda menguasainya maka Anda akan dimanjakan. Tapi ada dua hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli kamera ini, yaitu mekanisme layar tilting dan batasan durasi 10 menit di perekaman video 4K. Apakah itu masalah buat Anda?

Lawan sepadan dari Fujifilm X-T30 adalah Sony A6400 dan Panasonic Lumix G95. Ketiga kamera ini dilengkapi kemampuan perekam video yang mumpuni, sangat cocok untuk para video content creator yang ingin meningkatkan kualitas konten mereka.

Sparks

  • Perekaman video 4K DCI dan UHD 30fps
  • Mendukung output video 10-bit 4:2:2 menggunakan external recorder lewat HDMI
  • Dukungan picture profile F-Log gamma curve
  • Port USB Type-C dapat digunakan untuk memasang headphone
  • Menggunakan sensor dan prosesor gambar yang sama seperti X-T3 
  • Film Simulation mode memungkin Anda menghasilkan foto yang 'artsy'

Slacks

  • Mekanisme layar tilting, hanya bisa dimiringkan sedikit
  • Tidak memiliki in-body stabilization
  • Durasi perekaman video 4K dibatasi hanya 10 menit
  • Port mikrofon eksternal 2,5mm sehingga butuh adaptor tambahan