1 August 2016

by Yoga Wisesa

[Review] HP Spectre x360, Ketika Desain ala MacBook Air Dipadu Fleksibilitas Lenovo Yoga

Meski Anda melihat sebuah sistem dengan branding HP, Spectre x360 merupakan hasil kolaborasi sang produsen PC bersama tim teknisi Microsoft Windows.

Di tengah meningkatnya permintaan terhadap device komputasi yang bisa berperan sebagai laptop sekaligus tablet, Spectre x360 diramu oleh Hewlett-Packard sebagai salah satu produk 2-in-1 flagship mereka. Tipe ini tediri dari beberapa konfigurasi, namun semuanya memiliki kesamaan: HP Spectre x360 disiapkan khusus untuk menyaingi rival-rival sekelasnya.

Meski Anda melihat sebuah sistem dengan branding HP, Spectre x360 merupakan hasil kolaborasi sang produsen PC bersama tim teknisi Microsoft demi mengoptimalkan segala macam aspek dari mulai suara i pendingin sampai colorgamut di layar. Hasilnya adalah perangkat convertible berperforma tinggi yang dipadu OS Windows 10 bebas bloatware.

Unit review ini adalah Spectre x360 dengan layar 13-inc FHD, ukuran notebookconvertible paling populer, menyimpan chip Intel Core i7. Dari hasil uji coba selama beberapa minggu, saya paham jika banyak orang jatuh hati pada penampilannya, dan HP memang punya pembenaran terhadap harga premium yang mereka tawarkan untuk satu unit device.

Design

Demi meramu Spectre x360, HP seolah-olah mengadopsi elemen terbaik dari Apple MacBook Air dengan struktur seri Lenovo Yoga. Tubuh laptop 2-in-1 ini tersusun dari material aluminium, baik untuk punggung layar, area keyboard dan palm rest, serta sisi bawahnya. Tulisan 'Hewlett-Packard' di punggung serta frame berwarna hitam di tubuh abu-abu metaliknya mendukung kesan minimalis dari Spectre x360, membuatnya terlihat sangat cantik.

HP Spectre x360 merupakan laptop yang sangat tipis (meski tak setipis HP Spectre 13), dibekali engsel unik buat mencengkram bagian layar dan tubuh secara mantap, dengan ketebalan hanya 16mm. Rasio panjang dan lebar tubuh, yaitu 324,86x218,44-milimeter, juga disesuaikan agar ia mudah dibawa-bawa serta diselipkan dalam tas. Engsel tersebut memungkinkan Spectre x360 dapat Anda gunakan dalam empat mode berbeda: notebook, tabletstand, tent dan tablet; hanya tinggal memutar bagian layar.

Windows segera mengetahui saat Anda memutar layar, memindahkan sistem ke mode selanjutnya. Keyboard ber-backlight LED putihnya menjadi nonaktif ketika panel sudah melewati batas 180 derajat (ditandai dengan matinya LED). Papan ketik Spectre x360 tidak mempunyai mekanisme untuk menarik masuk tuts, namun tombol-tombol diposisikan di zona yang sedikit menjorok ke dalam sehingga mereka tidak tertekan selama Anda menaruh notebook di permukaan datar.

Dengan struktur convertiblenon-detachable, HP menaruh tombol-tombol tambahan dan konektivitas fisik di sisi samping. Di kiri, Anda bisa menemukan sebuah slot USB 3.0, SD card reader, dan tombol power (plus colokan power); dan di bagian kanan ada port audio 3.5mm combo, sepasang USB 3.0, HDMI, mini DisplayPort, tombol volume dan Windows. HP Spectre x360 versi review belum memiliki port USB type-C.

Build quality

Tubuh Spectre x360 tersusun atas aluminium kokoh dengan permukaan anodized. Laptop ini terasa solid bagaimanapun cara Anda menggunakannya. Saya tidak merasakan adanya zona-zona 'empuk' baik di tubuh maupun monitor. Bagian layar mudah digerakkan tanpa menampilkan kesan ringkih. Tentu saja Anda tetap tidak boleh memperlakukan Spectre x360 secara semena-mena. Ia bukanlah devicerugged, dan tekanan berlebihan di area display menyebabkannya distorsi.

Display

Sempat dibahas sedikit di pembukaan ulasan ini, HP Spectre x360 dibekali layar berkualitas tinggi, bahkan mampu menandingin sejumlah gamingnotebook - sangat menopang konsep 2-in-1 ketika viewing angle menjadi sangat penting. Layar sentuh 13,3-inci 1920x1980-pixel di sana mempunyai level color gamut yang luas, objek-objek terlihat tajam dan cemerlang, lalu tingkat brightness monitor mampu mengalahkan bayangan serta cerahnya sinar matahari meskipun laptop menggunakan lapisan kaca glossy.

Kualitas seperti ini sangat jarang ditemukan di produk sekelas, memastikan Spectre x360 dapat dipakai di bermacam-macam skenario. Respons touchscreen-nya juga akurat untuk berteraksi dengan tombol-tombol berukuran kecil walau di-setting di resolusi 1080p. Buat navigasi dalam Windows 10, saya sendiri akhirnya lebih sering menggunakan touchscreen ketimbang touchpad karena lebih ringkas.

Keyboard, touchpad & palm rest

Tanpa menyertakan num-pad, Spectre x360 menghidangkan papan ketik chiclet ber-keycap plastik yang lapang untuk para user. Tombol-tombol utama seperti huruf dan angka mempunyai besar 1,5x1,5-sentimeter, memiliki jarak kurang lebih 3,5mm. Ukuran ini sangat pas dengan jari mungil saya. Keyboard juga cukup nyaman dan presisi buat mengetik sehari-hari.

Namun seperti di sejumlah laptop HP lain, saya tetap mengeluhkan rancangan tombol kursornya (tombol panah): kursor kiri dan kanan lebih kecil dari tombol lain, kemudian produsen memampatkan tombol atas serta bawah di satu lubang. Bagi user yang kadang menggunakan kursor sebagai alternatif input, rancangan 'irit tempat' ini menyebabkan sering salah tekan.

Ketika umumnya produsen menempatkan touchpad ke sebelah kiri palmrest agar sejajar dengan tombol spasi, touchpad Spectre x360 tepat berada di tengah, memberikan ruang selebar 9cm buat mengistirahatkan telapak tangan Anda. Ukuran touchpad juga tergolong luas, yaitu 14x6,5-sentimeter dengan ujung membundar. Touchpad dapat membaca dua jari, tapi sayang tak merespons input secara akurat sehingga saya lebih sering memakai layar sentuhnya.

Satu hal yang saya belum (berani) coba adalah seberapa tahan papan ketik dalam menanggulangi tumpahan atau cipratan air.

Hardware

Spesifikasi dan sususan hardware HP Spectre x360 bisa Anda lihat lengkap dari hasil screenshotsoftware Speccy di bawah:

Performance

Komposisi hardware Spectre x360 memang disiapkan untuk kebutuhan kerja sehari-hari, olah data level menengah, serta hiburan multimedia. Ia belum optimal buat menangani game-game 3D, terutama kelas blockbustermulti-platform. Walaupun berhasil mencetak skor 2837 di PCMark 8 dengan catatan 'lebih baik dari 54 persen produk lain' dan berada di atas rata-rata notebook umumnya, Spectre x360 belum sanggup memuaskan gamer. Hasil benchmark bisa Anda lihat di bawah.

PCMark 8:

Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, di-setting 'default':

3D Mark Sky Diver:

Monster Hunter Online:

Final Fantasy XIV Heavensward:

Using experience

Biasanya, semakin mungil ukuran notebook, semakin sulit bagi produsen untuk meminimalisir suara kipas pendingin. Hebatnya, sejauh ini Spectre x360 sanggup bekerja dengan hening, apapun tugas yang saya berikan padanya; dengan satu kelemahan signifikan: penggunaan di waktu lama menyebabkan suhunya meningkat.

Hampir semua area terkena dampaknya. Pojok kiri atas keyboard merupakan zona terpanas, merembes ke tuts hingga palm rest. Di ruang tanpa pendingin udara, suhu tinggi tersebut akan memengaruhi faktor kenyamanan.

Fleksibilitas dan layar bermutu tinggi Spectre x360 memastikan aktivitas menonton video jadi berkualitas, apalagi entah bagaimana HP berhasil memampatkan baterai berkapasitas cukup besar di tubuh notebook tipis ini. Dengan menggunakan settingpower 'HP Recommended', ia sanggup tetap menyala selama hampir enam jam - saya pakai buat mengetik, download, menyaksikan trailer-trailer di YouTube, dan mendengarkan musik. Di tes baterai PCMark 8, Spectre x360 dapat aktif selama 4 jam 38 menit.

Berbicara soal musik, audio adalah aspek terlemah dari HP Spectre x360. Terlepas dari kehadiran speaker Bang & Olufsen disertai app companion, output suaranya terbilang lemah walaupun preset telah saya utak-atik. Nada-nada tinggi dan mid memang nyaring, tetapi terdengar keruh di sana-sini; kemudian bass hampir tidak terasa sama sekali.

Agar pengalaman menonton video jadi maksimal, menambahkan speaker eksternal sangat dianjurkan.

Verdict

Beberapa faktor memang menghambat HP Spectre x360 untuk merebut gelar notebook covertible premium 13-inci terbaik: touchpad bisa digarap lebih baik dan intuitif lagi, device memerlukan speaker yang lebih bermutu, lalu pemakaian material logam juga berpengaruh pada bobot (sekitar 1,48kg), dan menakar lebih kritis, juga menyebabkan ujung palm rest menjadi tajam.

Tapi saya berpendapat, sulit untuk tidak merekomendasikan Specter x360 bagi mereka yang sedang mencari laptop 2-in-1. Di kelasnya, performa device ini tergolong tinggi, layarnya jempolan, baterainya awet, dan yang terpenting buat saya, build-quality-nya istimewa.

HP Spectre x360 dengan chip Intel Core i7 dibanderol mulai dari harga Rp 19 kurang sedikit sampai Rp 21 juta. Anda yang tertarik bisa membeli secara online lewat Blibli.com.