7 February 2019

by Lukman Azis

[Review] Huawei Y7 Pro, Smartphone Entry-level Rasa Mid-range

Huawei Y7 Pro telah mengandung banyak elemen kekinian, sayang hadir tanpa fingerprint sensor

Menurut kalian, fitur apakah yang paling esensial pada sebuah smartphone? Hasil diskusi saya dengan beberapa rekan di Dailysocial, setidaknya ada empat fitur utama yaitu terkait daya tahan baterai, kemampuan kamera, performa yang gegas, dan desain. Tentu saja, urutannya bisa acak karena kebutuhan ber-smartphone tiap orang berbeda-beda.

Diskusi tersebut memberi saya ide dalam menulis format review yang baru dan kebetulan Huawei Y7 Pro menjadi yang pertama. Di mana, saya akan memaparkan garis-garis besarnya saja beserta experience yang saya dapatkan.

Huawei Y7 Pro sendiri merupakan smartphone entry-level dan dijual dengan harga promo Rp1.999.000 dan Rp2.199.000 normalnya. Spesifikasinya sebagai berikut:

  • OS Android 8.1 Oreo; EMUI 8.2
  • Layar IPS 6,26 inci beresolusi HD+ (720x1520 piksel) dalam rasio 19:9
  • SoC Qualcomm Snapdragon 450
  • Memori 32 GB, 3 GB RAM
  • Kamera belakang 13 MP, f/1.8, PDAF dan 2 MP sebagai depth sensor, serta depan 8MP
  • Baterai 4.000 mAh

Cocok Buat Siapa? 

Saat peluncuran Mate 20 series pada akhir tahun lalu, Huawei dengan jelas mengatakan bahwa mereka menempatkan diri sebagai brand smartphone premium dan akan fokus menggarap pasar menengah ke atas di Indonesia.

Lalu, kenapa membuka tahun 2019 dengan Huawei Y7 Pro yang masuk dalam kategori entry-level? Jawabannya kembali ke data, menurut mereka sekitar 70 persen pasar smartphone Indonesia masih didominasi oleh kelas entry-level. Saya mencoba mengerti, hanya saja seolah "Huawei belum berada di jalurnya".

Baiklah, lagi pula Huawei Y7 Pro ini sudah tampil kekinian, punya notch dan dua kamera belakang. Selain itu, daya tahan baterai smartphone ini sedikit di atas rata-rata. Tapi, kekurangan paling fatal ialah absennya fingerprint sensor.

Jadi, Huawei Y7 Pro ini cocok buat siapa? Yang jelas, bukan buat kalian yang doyan main game di smartphone. Tapi, kalau sekedar Mobile Legends atau Arena of Valor sebenarnya masih bisa dijalankan dengan baik. Sementara, untuk PUBG Mobile bakal kewalahan.

Chipset Snapdragon 450 dengan besaran RAM 3GB lebih ideal buat yang aktif di WhatsApp, sering mengelola email, dan media sosial seperti Instagram serta teman-temannya. Berikut hasil benchmark Huawei Y7 Pro di sejumlah aplikasi:

Gak Perlu Hemat Baterai

Salah satu pengalaman menyenangkan saat menggunakan Huawei Y7 Pro ialah memungkinkannya men-charge smartphone sekali sehari. Waktu yang paling ideal ialah malam hari menjelang tidur, karena tanpa teknologi fast charging butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk mengisi penuh baterai berkapasitas 4.000 mAh - bakal merepotkan kalau men-charge di jam kerja.

Skenario penggunaannya kurang lebih sebagai berikut, saya aktif memantau notifikasi WhatsApp, Slack, dan Gmail - serta meresponnya bila perlu. Tentu saja, beberapa grup WhatsApp yang ramai di-silent dan ada tiga akun email utama yang sinkronisasinya aktif.

Menggunakan aplikasi Go-Jek atau Grab untuk transportasi ke kantor atau makan siang. Lalu, sesekali buka feed Instagram, YouTube, dan bermain game Arena of Valor 2-3 match sehari. Dari 5 hari kerja, 3-4 hari Huawei Y7 Pro mampu bertahan seharian dan hanya sesekali men-charger 2 kali sehari saat penggunaan meningkat.

Yang lebih mengesankan lagi ialah kita bisa hangout di akhir pekan tanpa perlu membawa power bank dan mengaktifkan fitur battery saver - karena saya ingin Huawei Y7 Pro mengerahkan semua kemampuan terbaiknya.

Kemampuan Kamera

Buat sebagian orang, kemampuan kamera menjadi pertimbangan utama saat memilih smartphone. Namun, pada level harga Rp2 juta tentu kita tak bisa berharap banyak.

Kamera utama 13-megapixel (f/1.8 + PDAF) dan 2-megapixel sebagai depth sensor, untuk sekedar posting dan stories Instagram, serta dokumentasi presentasi dan scan QR code sudah terbilang cukup.

Kamera Y7 Pro juga sudah dilengkapi dengan fitur Artificial Intelligence (AI), di mana sistem kamera akan akan mengidentifikasi subjek atau scene sehingga sehingga foto yang Anda dihasilkan lebih optimal.

Sementara, kamera depan 8-megapixel menangani cukup baik aktivitas selfie maupun video call. Untuk perekaman videonya, kamera belakang mendukung resolusi 1080p dan 720p untuk kamera depan.

Berikut beberapa hasil jepretan dari Huawei Y7 Pro 2019:

Desain Cukup Kekinian

Tampilan luar smartphone itu penting, setidaknya bagi beberapa orang. Mereka langsung menilai smartphone dari desainnya fisiknya, bahkan di kelas entry-level sekalipun.

Sebab itu, smartphone yang mengandung elemen kekinian seperti notch dan dual camera bisa menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya, Huawei Y7 Pro sudah memiliki fitur yang saya sebutkan di atas.

Huawei Y7 Pro mengemas desain ‘dewdrop display‘ seperti yang ada di Huawei Mate 20 dengan notch berukuran mini berbentuk setetes air. Bedanya, dagu Y7 Pro ini masih cukup tebal dan di area tersebut dapat dijumpai tulisan ‘Huawei’.

Bentang layarnya 6,26 inci, ditopang resolusi HD+ (720×1520 piksel), dan dimuat dalam aspek rasio 19:9. Sementara, body bagian belakang terbuat dari material keramik. Lalu, kerangkanya dari logam dan harus diakui bila build quaity-nya sangat baik.

Yang pasti, Huawei Y7 Pro tampil layaknya smartphone kelas menengah. Unit yang saya review berwarna midnight black, ada satu lagi warna yang lebih mencolok; aurora blue yakni perpaduan antara biru dan ungu.

Verdict

Menurut saya, satu aspek yang membuat Huawei Y7 Pro berada di kelas entry-level ialah absennya pemindai sidik jari. Sisanya berasa kelas menengah, ada fitur face unlock sebagai alternatif untuk membuka kunci smartphone, layar ekstra lapang dengan notch, baterai 4.000 mAh yang cukup besar, dan performa Snapdragon 450 dengan RAM 3GB yang sudah cukup untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone.

Bila RAM 3GB terasa terlalu pas-pasan. Nantinya, Huawei juga menyediakan Y7 Pro dalam varian RAM 4GB dan storage 64GB pada tanggal 8 Februari.

Sparks

  • Usung dewdrop display dengan notch mini
  • Dual rear camera
  • Baterai 4.000 mAh 

Slacks

  • Tanpa pemindai sidik jari
  • Harga normal ternyata lebih tinggi Rp200.000 dari Rp1.999.000