29 October 2014

by Yoga Wisesa

[Review] Nokia Lumia 930

Jika smartphone kelas menengah dan entry-level ialah produk yang paling memberikan keuntungan terbesar, para produsen biasanya mengenalkan fitur dan terobosan baru pada lini high-end mereka. Untuk sekarang, Nokia Lumia 930 merupakan perangkat flagship andalan milik Microsoft Mobile, dan menjadi salah satu handset ber-brand Nokia terakhir.

Lumia 930 dibuat sebagai penerus seri 920 dan 925. Ia diumumkan di bulan April lalu dan diluncurkan pertama kali di awal Juli 2014. Pada dasarnya Lumia 930 adalah versi lain dari Lumia Icon yang hanya dijual di Amerika Serikat. Dua-duanya memiliki desain dan spesifikasi serupa, perbedaan terdapat pada bundel sistem operasinya saja, Lumia 930 sejak awal mengusung Windows Phone 8.1.

Berdasarkan pengalaman menjajalnya selama beberapa minggu ke belakang, saya mendapatkan kesan bahwa handset ini tampak merepresentasikan perubahan yang terjadi dalam ekosistem Windows Phone. Dan saya berani berargumen, keseluruhan mutu Lumia 930 mampu menandingi smartphone-smartphone berbasis Android terbaru dan tercanggih sekalipun.

Namun sebelum memberikan keputusan apapun, ada baiknya kita mengulas lebih rinci: Apakah Nokia Lumia 930 ialah produk yang pantas untuk dimiliki, atau sebaiknya kita menahan diri hingga Microsoft Mobile mengadaptasi kapabilitas dan fiturnya ke handset dengan harga lebih terjangkau?

Design Saya mendapatkan Nokia Lumia 930 berwarna hitam, tanpa disertai packaging lengkap dan charger, jadi sedikit sulit menilai presentasinya secara umum. Awalnya saya berniat untuk mengeluhkan penampilannya, ia terlihat tebal dan dibanding smartphone berukuran layar lima-inci lain, Lumia 930 terasa sangat berat. Tapi beberapa menit kemudian saya mengerti mengapa sang produsen memutuskan memilih rancangan ini.

 

Info menarik: Resmi Sudah, Nokia Lumia Berubah Jadi Microsoft Lumia

 

Lumia 930 dibuat agar mampu bertahan dalam waktu penggunaan sangat lama. Ia mempunyai tubuh bulky berdesain persegi. Punggungnya sedikit melengkung di bagian pinggir, memanfaatkan material plastik. Lalu ada frame logam aluminium yang melindungi bagian samping. Seperti cover belakang, layar berlapis Corning Gorilla Glass 3-nya sedikit menikung ke dalam - memberikan kesan unik saat scrolling horisontal.

Berdimensi 137 x 71 x 9,8 milimeter dan bobot 167 gram, perangkat ini mungkin tidak seramping HTC One M8, bahkan lebih berat dibanding Lumia 1020. Tapi siapa yang bilang tak langsing berarti tidak anggun? Kombinasi semuanya dengan mudah dapat membuat konsumen paling awam pun yakin akan kualitasnya, bahwa ini adalah smartphone high-end. Dan saya sendiri lebih memilih warna hitam seperti ini dibanding variasi lain.

Selain build quality-nya dalam desain unibody itu, penempatan tombol dan komponen lain sangat familiar. Tiga buah tombol kapasitif back, home dan search berada di bawah layar, port micro USB bisa ditemukan di frame bawah, jack audio 3,5 milimeter di atas, kemudian ada speaker di punggung, serta tombol analog power, volume dan shortcut kamera.

Screen Layar adalah satu dari banyak bagian terbaik di Lumia 930. Melalui bidang display AMOLED lima-inci, smartphone ini menghadirkan resolusi full-HD 1920x1080 berkepadatan 441 ppi. Layar AMOLED terkenal akan warna hitam pekatnya, ditambah lagi teknologi ClearBlack Nokia. Alhasil, warna-warni Live Tile tampak sangat menonjol, apalagi dipadu high brightness mode dan sunlight readability enhancement.

Layaknya sang pendahulu, layar Lumia 930 sangat cerah serta tajam, ditambah tingkat kontras dan kejernihan tinggi. Tapi mungkin beberapa dari konsumen lebih memilih hasil visual realistis, karena biasanya level saturasi AMOLED cenderung berlebihan. Display dapat kita sejajarkan bersama Super AMOLED di Galaxy S5, dan masih satu tingkat di bawah LG G3 dengan 534 ppi.

Tentu Anda dapat menyesuaikan profil 'temperatur' warna sesuai keinginan; lebih dingin atau lebih hangat, begitu pula mengatur kecerahan, mengoptimalisasi konten agar lebih mudah dibaca, serta menggunakan mode Battery Saver.

Camera Semenjak teknologi PureView diperkenalkan dua tahun silam, sang produsen (Nokia) yang kini menjadi bagian dari Microsoft Mobile itu terus berupaya merevolusi teknologi kamera smartphone. Walaupun tidak mempunyai sensor monster berukuran 41-megapixel seperti Lumia 1020, teknologi sensor Zeiss 20-megapixel dalam Lumia 930 masih sulit dilampaui oleh para kompetitornya.

Melalui sedikit riset, kemampuan fotografi Lumia 930 sekelas dengan 1520. Perangkat ini menawarkan lensa wide-angle, dual flash, aperture f/2.4, autofocus, kemampuan video 1080p di 30 frame rate per detik. Terdapat pula fitur image stabilization untuk mengurangi blur, dan dibekali kamera video chat di depan bersensor 2-megapixel. App kameranya pun mudah dipelajari, tapi tak lupa menawarkan opsi kustomisasi cukup lengkap jika Anda gemar mengutak-utik.

Bahkan dengan setting standar, hasil jepretan terlihat sangat baik. Ia sungguh mengagumkan ketika mengambil foto-foto close-up; hasilnya detail dan tajam, serta mampu menyajikan efek bokeh. Dan yang terpenting, warnanya juga akurat. Sayang sekali, melihat spesifikasi canggih ini, anehnya Lumia 930 tak mempunyai mode HDR.

Performance & Hardware Bagi saya, masalah terbesar pada Windows Phone adalah ketiadaan game-game dan software uji coba favorit. Tidak ada Real Racing 3, Dead Trigger 2, dan Dead on Arrival. Alternatifnya, saya menginstal Asphalt 8: Airborne, Cars: Fast as Lightning dan Six-Guns. Menurut saya, ketiga judul ini juga menuntut kemampuan grafis cukup tinggi.

Dan tak mengherankan, Lumia mampu menyikat semuanya dengan mudah. Untuk smartphone sekelas ini, Anda tak perlu mengkhawatirkan performanya. Lumia 930 telah dibundel bersama app Storyteller, Nokia Beemer, HERE Drive, HERE Maps serta MixRadio. Meskipun demikian, Microsoft masih harus banyak mengejar ketinggalan mereka dari Google Play dan Apple store.

 

Info menarik: [Review] Smartfren Andromax C3

 

Konten akan menjadi masalah bagi pengguna casual yang menilai handset dari ketersediaan aplikasi-aplikasi hiburan standar contohnya Candy Crush hingga Monument Valley. Saya tak bisa mengandalkan software benchmark AnTuTu karena hasil skor dikhawatirkan tidak akurat (di versi beta, resolusi hanya terbaca 480x800). Tapi sekali lagi, jangan cemas soal performanya.

Lumia 930 dipersenjatai system-on-chip Qualcomm Snapdragon 800, berprosesor quad-core 2,2GHz, dibantu GPU Adreno 330, RAM sebesar 2GB, penyimpanan internal 32GB (tidak bisa ditambah) serta baterai 2.420mAh. Kemudian ada konektivitas Wi-Fi, Bluetooth 4.0 Low Energy, fitur wireless charging, FM radio, GPS serta NFC.

Walau kapasitasnya terlihat besar, ternyata daya tahan baterai Lumia 930 biasa saja. Dalam penggunaan standar; browsing dan membuka 9Gag, menikmati game sejenak, sembari bermain-main Instagram Beta, handset ini harus diisi ulang paling tidak sekali hari. Lumia 930 juga menghasilkan panas pada bagian belakang body dan bawah serta samping yang mengkhawatirkan, padahal ia tidak bekerja berat.

Kita tak boleh melupakan performa suaranya. Dalam proses merekam video, Lumia 930 memanfaatkan empat buah setup microphone, tak berbeda dari 1520. Dan sebagaimana informasi berbulan-bulan lalu, sisi firmware handset ini didukung teknologi Dolby Digtal Plus 5.1, pertama kalinya hadir di smartphone. Tak hanya menghasilkan output prima, ia pun sanggup menjadi device produktif mutakhir.

Conclusion Kini tinggal tersisa sebuah pertanyaan, apakah Nokia Lumia 930 layak dibeli? Saya sangat mengapresiasi kombinasi hardware, desain no-nonsense, performa, layar dan fitur fotografi. Sebaliknya, harga kembali menjadi masalah terbesar di sini. Unit barunya dibanderol Rp 7.249.000.

Namun jika Anda ternyata seorang fans Windows Phone sejati, saya sangat setuju dengan opini reviewer lain: Meskipun bukanlah smartphone paling sempurna, Nokia Lumia 930 ialah handset berbasis Windows Phone terbaik di pasar saat ini.