28 April 2016

by Yoga Wisesa

[Review] Notebook 'Elite', MSI Prestige PX60 2QD

Sang produsen Taiwan berusaha memberikan identitas berbeda bagi seri Prestige, terutama dari sisi penampilan.

Brand Prestige dihadirkan setelah MSI mengukir reputasi di ranah notebook gaming. Ia disiapkan sebagai platform produktif bagi pekerja bidang kreatif seperti desainer atau fotografer yang belum membutuhkan workstation. Sejumlah kapabilitas khusus telah disiapkan demi menunjang kebutuhan tersebut, tapi terdapat pula elemen-elemen familier di dalam.

Sang produsen Taiwan berusaha memberikan identitas berbeda bagi seri Prestige, terutama dari sisi penampilan. PX sengaja diramu lebih tipis dan ringan dibanding saudarinya, Prestige PE, dengan pemilihan warna serupa. Buat memasarkan Prestige, MSI mengangkat tema 'profesional dan elit bisnis', dan saya akan mencoba menilai mutunya dari perspektif tersebut.

Saya berkesempatan menjajal Prestige PX60 2QD selama beberapa minggu. Varian ini bukanlah tipe terbaru (6QD), masih mengusung chip Intel Haswell, namun dalam periode uji coba, hardware yang tak begitu baru tidak menghalangi laptop bekerja dengan optimal. Dan di artikel ini, saya akan mengulasnya secara lengkap dari luar dan dalam. Silakan disimak.

Design

Demi memastikan Prestige kontras produk gaming, MSI memilih komposisi warna yang bertolak belakang. Brushed aluminium berwarna perak mengisi bagian punggung dan area keyboard, kemudian frame layar dan bawah body-nya memanfaatkan plastik hitam. LED biru keyboardbacklight menggantikan merah di G Gaming Series, dan tidak ada logo menyala di belakang layar.

Pengguna laptop gaming MSI mungkin merasakan sensasi deja vu saat mengangkat display. Hal itu dikarenakan PX60 2QD mengadopsi tubuh ultrabookgamingGS60 2PE - dengan tombol power ber-LED, grille speaker Dynaudio, garis lekukan trapesium, lampu indikator, penempatan touchpad serta keyboardfull-size-nya yang identik. Layar 15,6-inci di sana bahkan juga sama-sama bergerak seluas 160-derajat. Penampilannya memang tidak benar-benar baru, tapi memberi kesan simpel dan serius.

Khususnya buat PX60, MSI terlihat memprioritaskan wujud dan portabilitas. Dari dimensi dan bobotnya (390x266x20mm, berat 2,1-kilogram), laptop memberikan perlawan keras pada Acer Aspire V Nitro, dan bahkan mengusik Dell XPS 15. Tubuhnya yang melebar dimanfaatkan oleh MSI buat menyajikan area ketik yang luas.

Connectivity

Lubang-lubang heat sink diarahkan ke belakang, dan segala konektivitas penting bisa Anda tamukan di sisi samping, termasuk colokan power. Di kiri ada dua port USB 3.0 dan dua jack audio microphone-in/out, lalu di kanan tersedia port LAN, HDMI, satu slot USB 3.0 lagi, card reader SD dan mini-DisplayPort. Sambungan wireless-nya meliputi Wi-Fi 802.11 ac dan Bluetooth 4.0.

Untuk keperluan bisnis, saya rasa tiga port USB masih kurang banyak.

Build quality

MSI berhasil memastikan aluminium dan plastik terpadu dengan mantap. Tekanan dari belakang panel tidak memberi efek pada LCD, lalu tubuhnya tak banyak bergerak ketika menerima tekanan. Namun penggunaan material berbeda memang berdampak pada penampilan. Contohnya di engsel dan area-area sambungan, pertemuan kedua material tampak jelas. Dan saya penasaran, mengapa MSI memilih engsel dari plastik, bukan logam?

Sejauh ini saya belum menemukan problem dari build quality-nya, tapi saya mendeteksi potensi kelemahan, terutama dalam penggunaan di waktu lama: mengangkat layar dari ujung menyebabkannya sedikit melengkung, lalu display akan bergetar saat Anda mengubah posisinya atau sekedar menggeser laptop. Dan khususnya di unit review ini, bingkai kanan atas akan mengeluarkan bunyi sewaktu ditekan.

MSI mengerti bahwa banyak di antara konsumen mereka yang mebutuhkan akses mudah ke bagian internal laptop. Di PX60, Anda cukup membuka baut untuk melepas panel maintenance.

Display

Layar non-touch full-HD 15,6-inci merupakan aspek andalan MSI di PX60. Di acara peluncuran Prestige di Indonesia, produsen menjelaskan bagaimana tiap-tiap panel mereka kalibrasi demi menyuguhkan output gambar bermutu serta jangkauan sRGB yang luas. Upaya mereka memang tidak sia-sia. Walau masih belum jauh melampaui kompetitor, kualitas PX60 2QD berada di atas rata-rata. Warnanya sangat akurat, rasio kontras berada di level 1.054 banding 1, lalu sRGB-nya mencapai 98 persen.

Tekstur matte di sana meminimalisir efek pantulan, namun fitur favorit saya sendiri adalah MSI True Color. Dengannya, Anda bisa memilih preset warna, misalnya Gamer, Anti-Blue, sRGB, Designer, Office dan Movie. Lalu pengguna juga dapat mengatur setting lebih rinci: Anti-blue menyediakan opsi browsing sampai membaca, kemudian di Gamer ada dibebaskan mengutak-atik slidercontrast, gamma sampai RGB.

Khususnya di Movie dan Office, brightness sedikit dikurangi, namun tidak membuatnya jadi gelap. Untuk sehari-hari, saya sering memakai mode Multimedia di Anti-Blue - tidak terlalu kuning dan tapi juga tak menyebabkan mata cepat lelah.

Keyboard, touchpad & palm rest

Papan ketik di PX60 2QD istimewa. Tombol-tombolnya kokoh dan empuk, tiap tekanan ke bawah terasa konsisten. Tuts huruf mempunyai ukuran 1,5x1,5-cm, dengan gap kurang lebih 4-milimeter. Secara keseluruhan, Anda memperoleh zona mengetik yang lega. Masalahnya hanya terletak pada layout...

Touchpad terlalu menjorok ke kiri palm rest, dan ketika mengetik, sering sekali pangkal jempol tak sengaja menyentuhnya dan teregistrasi sebagai input. Hal ini jadi sangat menjengkelkan sewaktu bermain game. Akan lebih baik jika ia digeser sedikit lebih ke tengah.

Permukaan di touchpad berukuran 10,5x7-sentimeternya terasa kurang halus. Di sana tersembunyi dua tombol mouse yang sayangnya tidak begitu empuk. Bagi saya, lebih mudah klik dengan mengetuk touchpad ketimbang menekannya, kecuali jika 'terpaksa' klik kanan.

Hardware

Via Speccy, Anda dapat melihat daftar konfigurasi hardware serta OS Prestige PX60 2QD di bawah ini:

Benchmark

Saya menggunakan empat softwarebenchmark buat menakar performa notebook: Unigine Heaven 4.0, Valley 1.0, Monster Hunter Online Benchmark dan Final Fantasy IX Heavensward Benchmark. Khususnya di kedua aplikasi Unigine, saya menonaktifkan anti-aliasing, tesselation diposisikan di normal, memilih API DirectX 11, kualitas high, di resolusi 1920x1080. Skor terbaiknya ialah sebagai berikut:

Di Monster Hunter Online, resolusi saya pasang di full-HD, full-screen dan anti-aliasing 4x MSAA. Nilai tertingginya belum menembus 4000.

Kemudian di FFIX Heavensward, PX60 dapat mencapai 'very high' dengan menggunakan standar high untuk laptop, di resolusi 1080p.

Using experience

Di masa uji coba ini, Prestige PX60 2QD saya gunakan untuk bekerja serta bermain. Terlepas dari kendala pada touchpad, keyboard-nya yang jempolan memastikan kegiatan mengetik artikel sehari-hari berjalan lancar. Menyalakannya berjam-jam memang membuat suhu palm rest menghangat, tapi tidak di luar batas kewajaran. Suara fan baru bertambah kecang sewaktu masuk ke game.

Memang sulit bagi MSI untuk menghilangkan citra gaming di produknya. Tema ini bukanlah spesialisasi PX60. Namun keberadaan mode Gamer di True Color menggoda saya menginstal Dark Souls 3, GTA V serta memakainya buat menjajal open beta Doom. GeForce GTX 950M di dalam ternyata sanggup menangani judul-judul ini, selama kita menggunakan resolusi kisaran 1376x768 dan mau berkompromi dengan frame rate di 30-an.

Di Dark Souls 3, saya cuma memperoleh frame rate 20-an di settinghigh 1080p. Sedangkan saat menurunkannya ke 768p dengan opsi kustom high-max, frame rate permainan stabil di atas 40.

Seperti GS60, tersedia empat speaker Dynaudio ditambah satu subwoofer buat mendukung segi hiburan. Output-nya cukup lantang serta simbang, dan di nada tinggi, saya tidak mendengar ada statis. Tentu saja, masih ada ruang untuk perbaikan. Seandainya saja speaker bisa lebih keras lagi, dan tidak ada suara-suara keruh saat menghidangkan musik rock.

Dalam mengoperasikan PX60 2QD, Anda tidak bisa jauh-jauh dari sumber listrik. Daya tahan baterai non-removeable-nya tergolong rendah. Bahkan di mode Balanced sekalipun, ia sulit mencapai empat jam. Bayangkan repotnya jika Anda harus meng-edit foto di tempat yang tidak menyediakan colokan listrik.

Verdict

Tema gaming sudah mendarah daging di brand MSI, dan wajar elemen tersebut turut memengaruhi penyajian Prestige. Tetapi banyak aspek harus diperhatikan lagi oleh sang produsen, karena jika tidak, hal ini bisa menyampaikan kesan yang keliru. Seolah-olah, MSI hanya sekedar memodifikasi notebook gaming mereka (dalam hal ini GS60) dan menghidangkannya buat khalayak bisnis.

Berbicara soal user profesional, kinerja baterai, keterbatasan konektivitas fisik, dan desain yang terkesan sederhana mungkin menyebabkan mereka keberatan membeli PX60 2QD. Namun kelemahan tersebut dapat terbayarkan berkat tingginya performa hardware notebook (di kelas itu) dan juga kualitas display papan atas. Pertanyaannya, apa yang jadi prioritas Anda?

MSI Prestige PX60 2QD dijajakan di harga premium, hampir selevel Gaming G Series, yaitu Rp 20 jutaan.