10 March 2015

by Yoga Wisesa

[Review] Notebook Lenovo Z40-75

Walaupun PC kembali menunjukkan angka pertumbuhan positif, laptop mainstream tanpa spesialisasi adalah 'spesies terancam punah'. Ada ratusan jenis notebook dipasarkan, masalahnya, di kelas tersebut konsumen awam jelas lebih memilih perangkat mobile yang sederhana. Di tengah-tengah ganasnya persaingan, Lenovo Z40-75 dihadirkan di Indonesia.

Di perspektif konsumen, banyaknya pilihan bukanlah hal buruk karena kita diberi kesempatan mencari yang terbaik. Tapi di sisi lain, lagi-lagi buat orang awam, terkadang hal tersebut malah jadi membingungkan. Ambil contohnya notebook Lenovo Z40 ini. Tahun lalu, Lenovo sempat melepas model bernama serupa namun ditenagai chip Intel Core i5. Sayangnya saya belum pernah menjajalnya dan tidak bisa memberikan perbandingan. Kini nama yang serupa disematkan pada laptop ini tapi dengan jeroan chip dari AMD.

Secara garis besar, Lenovo Z40-75 difokuskan sebagai budget laptop, berusaha memadatkan performa hardware dengan banderol harga terjangkau. Tapi demi mencapai level itu, biasanya banyak kompromi dan pengorbanan yang harus Anda terima.

Di ulasan ini kita akan mencari tahu seberapa besar kesempatan Lenovo Z40-75 bersaing dalam kompetisi ketat di era PC+ dan mobilitas tinggi. Mampukah ia membuktikan bahwa masih ada ruang kompetisi bagi PC mainstream?

Design

Anda ingat kata 'kompromi' yang saya bahas sebelumnya? Hal tersebut langsung terlihat begitu Lenovo Z40-75 dikeluarkan dari bungkusnya. Tak berarti bahwa notebook ini digarap dengan buruk, namun jika pernah membeli laptop budget, penampilan Z40-75 gampang ditebak. Punggung panel terbuat dari bahan plastik bertekstur, begitu pula pelat keyboard, layar dibingkai plastik glossy, didominasi warna hitam.

Satu-satunya bagian bermaterial brushed aluminium dimanfaatkan untuk palmrest yang juga mengitari keyboard. Saya dapat memaklumi arahan ini. Aluminium mampu menambahkan kesan premium, dan frame gloss-nya terlihat simpel dan manis - meski ia akan menjadi rumah jiplakan sidik jari.

Info menarik: [Review] Notebook Gaming MSI GT72 2QE Dominator Pro

Ada plus dan minus di build quality-nya. Body Z40-75 terasa solid, dan panel layar bergerak kokoh. Tapi ada masalah terkait ketahanan layarnya. Melalui tekanan di belakang display, LCD langsung distorsi. Dan dengan berat hati, saya akui bahwa impresi budget tampak melekat erat pada sisi estetika laptop ini.

Meski begitu, keleluasaan akses ke hardware saya acungi jempol. Upgrade atau perbaikan jadi lebih gampang berkat pintu tunggal di sisi bawah tempat peristirahatan komponen internal.

Lenovo Z40-75 80DW mempunyai ukuran 349x245x24,8 milimeter dan berat 2,1 kilogram. Melihat angka tersebut, ia bukanlah laptop ramping dan bobotnya mungkin tidak terlalu digemari mereka yang menginginkan produk yang akan dibawa kemana-mana.

Display

Sebagai jendela menjelajahi alam digital, Z40-75 menyajikan panel TN LED glossy berukuran 14-inci di resolusi 1366x768 dan format layar 16:9. Via sedikit riset di internet, kepadatan pixel hanya menyentuh 112ppi. Terlebih lagi, level kontras terasa sangat standar dan warna kurang mengesankan. Untung saja panel dapat menghasilkan tingkat kecerahan cukup tinggi.

Saya tidak merekomendasikan Lenovo Z40-75 bagi Anda yang sedang mencari device pendamping hobi fotografi atau medium olah ilustrasi dan animasi. Dan ingat, luar ruangan bukanlah wilayah terbaik untuk menggunakan notebook ini.

Input peripherals

Komponen keyboard diracik sedemikian rupa agar seolah-olah menggunakan logam bertekstur, padahal bagian itu terbuat dari plastik. Tak ada backlight LED, tapi jangan khawatir; untuk penggunaan sehari-hari, keyboard Z40-75 terasa nyaman dan tactile. Dengan tuts datar dan melengkung di sisi bawahnya, keyboard memastikan kegiatan mengetik tetap akurat dan cepat.

Touchpad-nyalah yang saya keluhkan. Periferal input itu diposisikan tepat di bawah tombol spacebar. Ukuran kasar diagonalnya cuma 9,5 sentimeter, terasa terlalu kecil, apalagi seandainya dibandingkan dengan lebar total palmrest. Touchpad akan jadi memuaskan seandainya lebih lebar beberapa sentimeter lagi.

Sewaktu mengoperasikan game atau aplikasi bergrafis intens, perlu Anda ketahui suhu palmrest akan naik.

Connectivity

Layaknya laptop modern, segi konektivitas Lenovo Z40-75 tak perlu dicemaskan karena hadir cukup lengkap. Anda mendapatkan tiga port USB - salah satunya USB 3.0, slot output VGA dan HDMI, port Ethernet Gigabit, card reader SD/MMC, Bluetooth 4.0, Wi-Fi, Kensington Lock, jack audio 3,5 milimeter, beserta optical drive DVD burner.

Hardware & performance

Seperti yang tadi sempat disebutkan, sumber tenaga Z40-75 berasal dari chip accelerated processing unit besutan AMD, A10-7300 2.0G berkecepatan 1,9 sampai 3,2GHz (Turbo Core). Komponen itu dibantu GPU AMD Radeon R6 M255DX, memori RAM DDR3 sebesar 4GB, penyimpanan berbasis hard disk berukuran 1TB, dan baterai 4Cell 2.800mAh. Ruang penyimpanan yang cukup besar bisa jadi akan menggoda mereka yang mencari budget laptop untuk menyimpan file bahan kuliah atau hasil kerja.

Namun terlepas dari klaim AMD - menyatakan bahwa Z40-75 merupakan notebook gaming - kegiatan gaming ternyata bukanlah kemahiran utamanya. Bahkan melalui uji coba dengan permainan-permainan yang dioptimisasi untuk AMD, Lenovo Z40-75 menunjukkan performa kurang nendang. Di unit review ini, telah terinstal DmC: Devil May Cry dan Tomb Raider.

Entah apa yang salah, boot dan load sistem operasi Microsoft Windows 8.1 berjalan lambat. Buat tes pertama, saya masuk ke game Tomb Raider. Di main menu, frame rate-nya menggelisahkan. Untung saja ketika mulai dimainkan, penampilan Tomb Raider cukup baik, meski belum mampu memuaskan para gamer hardcore. FPS disuguhkan di atas 22, di opsi setting grafis default 1366x768. Saat di-benchmark melalui tool in-game, skor menunjukkan FPS minimal 10,7, maksimal 22, rata-rata 16,7.

Info menarik: Lenovo A7000 dan Vibe Shot Resmi Diungkap di MWC 2015, ini Harga dan Spesifikasinya

Game Devil May Cry juga berjalan memuaskan. Frame rate berada di kisaran 20 sampai 30. Dante masih bisa beraksi luwes di depan layar Anda. Problemanya waktu saya coba memainkan Civilization: Beyond Earth. Dengan setting grafis default (minimum), proses load game berlangsung tanpa berakhir, memaksa saya mematikan notebook secara manual. Aneh, padahal spesifikasinya berada di atas batas terendah kebutuhan hardware game.

Saya juga melakukan benchmark dengan software Unigine Heaven 4.0 dan Valley. Hasilnya, memperoleh skor 417 dan 16,5fps di Heaven 4.0, serta skor 386 dan 9,2fps di Valley.

Di pemakaian standar, kemampuan baterai 2.800mAh Lenovo Z40-75 terasa kurang sip. Notebook cuma bertahan selama kira-kira lima jam untuk browsing dan menjalankan video sesekali.

Kualitas suara Lenovo Z40-75 sendiri sesuai ekspektasi. Sebagai budget laptop hasil suara dari perangkat ini terasa kurang maksimal, Anda akan butuh tambahan headphone untuk menikmati hasil suara yang lebih baik.

TRL's verdict

Lenovo Z40-75 bukanlah notebook mainstream buruk tapi bukan pula tipe berfitur spesial. Ia cocok buat olah data serta kegiatan kantor sehari-hari, meski beberapa fasilitas hiburan terasa kurang namun di sisi lain spesifikasi penopang kerja yang dihadirkan cukup baik. Sebut saja ruang penyimpanan yang lega dan memori yang cukup.

Pertanyaannya sekarang, seberapa jauhkah Anda rela berkompromi dan kebutuhan apa yang Anda inginkan untuk perangkat laptop. Bisa jadi harga juga akan jadi patokan penting. Touchpad mungil, speaker biasa-biasa saja, layar standar, baterai kurang awet, ketiadaan spesialisasi, tapi disisi lain Anda akan mendapatkan konektivitas tinggi dan performa cukup mumpuni (di kelasnya).

Satu unit Lenovo dihadirkan dengan harga Rp 6,6 juta.