21 October 2014

by Yoga Wisesa

[Review] Smartfren Andromax C3

Dahulu, mungkin kita tak pernah membayangkan handset budget dan tipe entry-level akan menjadi pesaing terberat model-model high-end dari produsen kawakan. Kemunculan Xiaomi dan masuknya Asus ke pasar smartphone membuka mata banyak orang bahwa fitur dan kemampuan canggih tak harus selalu dibayar dengan jumlah uang yang banyak.

Kehadiran mereka juga memacu perusahaan lokal untuk meningkatkan manuver permainannya. Smartfren ialah satu dari sedikit nama lokal yang mampu menjual laris produk mereka di tengah-tengah gempuran merek asing. Demi mengamankan ruang geraknya, Smartfren setidaknya telah menyiapkan tujuh lini produk, dengan tipe C sebagai model entry-level.

Bulan September kemarin, Smartfren meluncurkan varian Andromax C terbaru dalam sebuah acara bertema selfie. Jika Andromax C dan C2 sudah kita anggap sebagai smartphone paling terjangkau, harga Andromax C3 membuat orang terkaget-kaget. Ditargetkan pada 'pemula' pengguna smartphone, saya belum menemukan handset lokal ber-platform Android 4.4 KitKat semurah ini.

Semenjak beberapa hari kemarin, saya sudah memegang dan menjajal unit review-nya. Dan dalam artikel ini, kita akan mencari tahu apakah Andromax C3 adalah smartphone bermutu paling ekonomis, atau harga murah adalah satu-satunya kelebihan yang dimiiki.

Design & appearance Salah satu hal favorit saya dari produk Smartfren ialah bagaimana sang produsen mengepak handset-nya dalam bungkus yang meyakinkan, apakah itu produk low-end maupun model andalan. Seperti Andromax G2 Qwerty dalam ulasan sebelumnya, Andromax C3 adalah hasil pabrikan Haier Group asal Tiongkok. Dan saya menemukan beberapa kesamaan dari segi body dan build quality.

 

Info menarik: [Review] Smartfren Andromax G2 Qwerty

 

Unit review ini mempunyai frame gloss berwarna hitam, bagian punggung plastik semi-matte dengan warna kelabu metalik. Dari jauh, ia terlihat seperti berbahan logam, hingga Anda menyentuhnya. Andromax C3 memiliki ukuran 123x63,8x10,7 milimeter. Proporsi panjang, lebar dan tinggi tersebut membuatnya pas digenggam atau dimasukkan dalam kantong.

Menariknya, cover punggung tampak jauh lebih rapi dari G2 Qwerty. Lalu bagian glossy di depan membuatnya lebih seirama dengan handset ber-keyboard itu ketimbang model C sebelumnya. Ada slot micro USB di sisi kiri, tombol power fisik dan volume di sebelah kanan, speaker di punggung bawah, serta tombol home, back dan menu kapasitif berada di bawah layar.

Entah apakah hanya di unit ini atau berlaku untuk semuanya, ada gap antara cover belakang dengan body bahkan setelah menekannya dengan kencang. Secara keseluruhan, rancangannya biasa saja. Anda akan kecewa jika mengharapkan build quality sekelas Andromax V atau Zenfone, tapi untuk gadget semurah ini, penampilan Andromax C3 cukup memuaskan.

Display Sebagai jendela mengakses konten mobile, kita perlu menakar ukuran dan kemampuan layarnya. Adromax C3 memanfaatkan display WVGA beresolusi 480x800-pixel dalam bidang empat-inci. Di tes ini saya memasang tingkat kecerahan maksimal; walaupun ikon-ikon tampil cukup tajam, ia masih belum melawan silaunya pantulan sinar matahari. Butuh sedikit perjuangan ketika saya menggunakannya di ruang dengan cahaya berlebih.

Layar tersebut tak mengadopsi teknologi LCD in-plane switching, dan tidak dilindungi lapisan Gorilla Glass. Tanpa screen guard, tentu handset ini akan mengoleksi baretan jika sering keluar masuk kantong. Display 800x480 berarti ia belum menyajikan resolusi HD, tapi cukup baik untuk menikmati video via app YouTube (meskipun tanpa opsi di atas 360p).

Performance, hardware & specification Untungnya, penampilan dan layar standarnya diimbangi oleh bagaimana Andromax C3 menjalankan aplikasi. Tanpa berharap banyak saya menginstal Real Racing 3 dan Dead Trigger 2. Hebatnya, Real Racing 3 bisa berjalan cukup mulus di smartphone ini apalagi jika Anda sudah membebaskan RAM dari aplikasi-aplikasi di background.

Performa Dead Trigger 2 sedikit lebih rendah, dan terdapat slow down di sana-sini, tapi game masih bisa dimainkan. Keuntungan display di tingkat resolusi rendah ialah tombol-tombol layar sentuh dapat diakses tanpa kesulitan. Anehnya ketika menyentuhkan kedua jempol di touchscreen, navigasi kontrol jadi bergerak tak karuan.

Sebelum mengunduh game, saya juga menguji Andromax C3 dengan software benchmark AnTuTu, hasilnya 'not too bad'. Perangkat ini memperoleh skor 13026, dimana app tersebut menekankan bahwa handset tak mampu menjalankan aplikasi besar secara mulus, kemampuan grafis 2D rata-rata, tapi performa grafis 3D-nya di tingkat baik serta mendukung hampir semua game mobile.

 

Info menarik: Mengusung Tema ‘Selfie’, Smartfren Hadirkan Andromax V3s dan C3 di Indonesia

 

Output suaranya-pun cukup lantang melalui speaker di punggungnya ketika memainkan musik atau video, selama tangan Anda tidak menutupi lubang.

Biasanya pada smartphonebudget, kita akan menemui system-on-chip MediaTek. Uniknya, Smartfren Andromax C3 mengusung Qualcomm Snapdragon berprosesor dual-core Cortex A7 1,2GHz, chip grafis Adreno 302, RAM 512MB, penyimpanan internal 4GB yang mendukung perluasan hingga 32GB via kartu micro SD serta menyedot tenaga dari baterai berkapasitas 1.400mAh - setidaknya harus diisi ulang sehari sekali dalam pemakaian standar.

Di sisi konektivitas, ia dibekali koneksi EVDO Rev A (hingga 3,1 Mbps) dan fitur dual SIM khas Smartfren, GPS, Bluetooth 4.0, Wi-Fi, FM Radio serta sensor accelerometer, proximity dan cahaya. Salah satu faktor unggulan Smartfren Andromax C3 adalah kehadiran platform Android 4.4 KitKat, artinya Anda tidak harus mengeluarkan banyak biaya demi menjajal sistem operasi mobile milik Google itu.

Smartfren Andromax C3 hanya mempunyai satu kamera utama bersensor 3-megapixel. Ia tak mendukung video call, dan kamera belakang hanya terasa sebagai pelengkap saja. Handset memerlukan cahaya yang cukup serta pegangan stabil agar gambar tidak blur, padahal terlalu banyak cahaya malah menyebabkan warna tidak keluar. Kemudian opsi kustomisasi app kamera standar sangatlah minim.

Conclusion Kendati Andromax C3 disajikan dengan fitur luas dan performa tidak mengecewakan, handset ini terasa tidak mempunyai kepribadian dan spesialisasi. Seandainya dibanderol di harga Rp 1 jutaan, besar kemungkinan ia tak mampu berkompetisi melawan rival-rivalnya. Faktanya, Andromax C3 ditawarkan jauh lebih murah dari C2 serta C, smartphone ini dijual hanya Rp 500 ribu - sudah termasuk PPN dan bonus data 600MB.

Jika Anda belum pernah menggunakan handset berbasis Android, ingin memilikinya, namun ragu-ragu karena terlalu banyak pilihan; membeli Andromax C3 sama sekali tak akan membuat Anda rugi.

Kelengkapan dalam packaging: satu buah Andromax C3, kartu Smartfren, charger, kabel USB ke micro USB, earphone, buku panduan dan kartu garansi. Tidak adamicro SD dan screen guard.