3 October 2014

by Yoga Wisesa

[Review] Smartfren Andromax G2 Qwerty

Kehadiran beragam smartphone saat ini mungkin membuat kita kebingungan dalam mencari model seperti apa yang benar-benar kita butuhkan. Para produsen seolah-olah tidak ada lelahnya mengenalkan tipe-tipe baru, baik varian entry-level hingga solusi 'price versus performance' yang mereka anggap terbaik untuk konsumen.

Faktanya semakin ketat kompetisi produsen, ada semakin banyak pula pilihan tersedia. Hal tesebut mengindikasikan bahwa pasar berada dalam kondisi yang sehat. Dahulu kita mengindam-idamkan smartphone berlayar sentuh, kini Anda bisa memilikinya dengan harga terjangkau, sesuai budget di kantong.

Namun walau handset-handset tersebut diperkenalkan dengan spek dan fitur berbeda, mayoritas menyodorkan metode navigasi serupa: layar sentuh dan keyboard virtual. Sayang, secanggih-canggihnya touchscreen di smartphone, belum ada yang mampu menandingi kenyamanan dan keakuratan keyboard fisik.

Smartfren Andromax G2 Qwerty diperkenalkan sebagai alternatif bagi mereka yang menginginkan smartphone ber-keyboard fisik sekaligus berjalan di platform baru. Dan penawaran harganya pun sangat ekonomis. Tapi untuk mengerti kualitas G2 Qwerty sesungguhnya, kita perlu mengopreknya lebih detail.

Appearance

Memiliki dimensi 133x65x10 milimeter, konsumen akan memberikan respon berbeda saat mereka pertama kali mengeluarkan G2 Qwerty dari packaging-nya.

Para pengguna handset berlayar 5-inci lebih mungkin akan mengerutkan dahi, namun saya pribadi cukup menyukai proporsi panjang, lebar dan ketebalannya. Saya sangat mendamba smartphone yang mudah diselipkan ke kantong celana, dan G2 Qwerty adalah salah satu di antaranya.

Unit review yang saya dapatkan ini memiliki punggung berwarna merah, dan bagian frame layar serta keyboard berwarna hitam. Ada slot audio 3,5 milimeter di atas, tombol power dan volume fisik di sebelah kanan, dan slot micro USB di samping kiri atas.

Mengusung nama 'Qwerty', papan ketik fisik adalah primadona utama smartphone ini. Hadir di bawah layar, dalam sebuah bidang seluas 68,5x29 milimeter.

Walau terlihat ringkas dipadu penutup belakang non-glossy, ada beberapa faktor yang menodai penampilan luarnya. Proses finishing tampak tidak digarap secara rapi, saya melihat ada bagian yang tidak rata dan dicetak kasar - terutama cover belakang. Desain tubuh gloss depan menyambung ke atas dan bawah, membuatnya rentan terhadap baretan serta benturan.

 

Info menarik: [Review] Asus Fonepad 7

 

Display

Dari perspektif penampilan, layar juga merupakan bagian terpenting dari keseluruhan rancangan smartphone. Andromax G2 Qwerty menyuguhkan layar 3,5-inci di resolusi 320x480, masih jauh dari level HD dan tak setajam serta secerah beberapa smartphone full-touchscreen dalam rentang harga tak terlalu jauh.

Tapi ingat: tugas utama G2 Qwerty ialah sebagai perangkat mobile chat dan mengetik, bukan untuk memanjakan mata Anda. Seandainya saja kualitas display-nya lebih baik...

Berkenaan dengan hal itu, layar juga terasa tersendat ketika saya menggesernya. Gerakan kurang mulus, namun setidaknya navigasi tap terasa akurat. Memang butuh pembiasaan, tapi pendekatan 'touch & type' G2 Qwerty cukup efektif demi memenuhi fungsi utama smartphone ini.

Keyboard

Karena fokus pada fungsi pengetikan dan chat, keyboard fisik G2 perlu mendapatkan seksi ulasan terpisah. Tuts papan ketik dibuat dari material plastik gloss. Karena baru mengujinya selama beberapa hari, saya belum dapat memastikan apakah keyboard mampu tahan terhadap goresan yang disebabkan kuku.

Secara keseluruhan, keyboard fisik ini memberikan ruang sangat lega untuk mengetik - kedua jempol Anda bisa 'menari' leluasa di atasnya.

Namun bagi sebuah handset khusus mengetik, ternyata keyboard-nya tak senyaman yang saya duga. Terasa keras di jari, tak seempuk smartphone QWERTY lain (saya membandingkannya dengan Bold 9000). Untungnya dengan sedikit adaptasi, hasil ketikan muncul akurat.

Overall performance

Sebelum Anda berteriak, "Andromax G2 Qwerty bukan dibuat untuk bermain game!" Tidak ada cara lebih sederhana dan lebih baik dalam menguji performa hardware smartphone dengan permainan 3D. Saya menyingkirkan Asphalt 8 dan Real Racing 3 dari daftar, hanya menginstal tiga buah permainan saja: Hungry Shark Evolution, Dead On Arrival 2 dan Dead Trigger 2.

Sesuai dugaan, Dead On Arrival 2 sama sekali tak bisa dimainkan, hanya sampai di menu saja. Tapi hebatnya, Andromax G2 Qwerty sanggup menjalankan Dead Trigger 2 di frame rate yang masuk akal, walau kualitas grafis kurang tajam dan ada slow-down di sana sini.

Yang hebat, handset QWERTY Smartfren baru tersebut dapat menyikat Hungry Shark dengan mulus (setidaknya performa, bukan detail visual).

Output suara juga terdengar lantang ketika Anda menonton video YouTube, mendengarkan musik, ataupun bermain game melalui sebuah speaker di belakangnya. Pastikan saja jari Anda tak menutupi lubang speaker saat menggunakan G2 Qwerty.

 

Info menarik: Mengusung Tema ‘Selfie’, Smartfren Hadirkan Andromax V3s dan C3 di Indonesia

 

Smartphone ini ditenagai system-on-chip Qualcomm Snapdragon berprosesor dual-core Cortex A7 1,2GHz, chip grafis Adreno 302, RAM 512MB, baterai 1700mAh, penyimpanan internal 4GB yang bisa diperluas hingga 32GB dengan kartu micro SD, serta berjalan di sistem operasi Android 4.3 Jelly Bean. G2 Qwerty dilengkapi konektivitas CDMA EVDO Rev. A, Bluetooth 4.0, GPS, Wi-Fi serta mendukung fitur khas Smartfren, dual SIM card EVDO & GSM.

Memanfaatkan sensor 5-megapixel, LED flash dan kemampuan autofocus, hasil jepretan terlihat penuh noise di ruang temaram. Untungnya, shutter terasa responsif dan gambar cukup tajam walau smartphone sedang bergerak. Saya hanya mengeluhkan interface app kamera standarnya yang terlalu sederhana dan minim penjelasan. Selain itu perangkat ini mempunyai kamera depan bersensor 1,3-megapixel pendukung video chat.

Conclusion

Dari ulasan 'singkat' saya di atas, mungkin Anda berpendapat saya terlalu berharap banyak dari sebuah device yang dibanderol sangat ekonomis. Anda tidak salah. Namun setidaknya tulisan ini bisa menjadi pertimbangan sebelum Anda mengeluarkan uang sebesar Rp 999.000 (termasuk PPN!) - jumlah yang tak terlalu banyak untuk sebuah gadget berfitur luas.

Smartfren Andromax G2 Qwerty bisa jadi bukanlah handset pilihan utama Anda, tapi ia hadir sebagai salah satu alternatif termurah (selain membeli smartphone tangan kedua) bagi konsumen yang rindu mengetik di keyboard sejati. Apalagi ditambah dukungan platform baru dan layanan handal dari Smartfren.

Dalam box packaging, Anda mendapatkan satu unit Smartfren Andromax G2 Qwerty, sebuah charger dan kabel USB ke micro USB, earphone, kartu Smartfren, buku panduan serta kartu garansi.