14 September 2015

by Yoga Wisesa

[Review] Ultrabook Gaming Asus Republic of Gamers G501JW

Umumnya gamer PC memilih satu dari dua cara untuk menikmati hobinya. Bagi kalangan antusias, merakit sistem sendiri memastikan mereka memperoleh performa tinggi di harga terbaik. Tapi konsumen yang menginginkan mobilitas sudah pasti akan melirik notebook, dan lewat brand Republic of Gamers, Asus bukanlah nama asing di ranah laptop spesialis gaming.

Bersama keluarga Asus RoG terbaru, G501JW tiba di Indonesia pada bulan April 2015. Ia juga seolah-olah memberikan jawaban. Saat mayoritas tipe Republic of Gamers terkenal akan wujudnya yang tebal dan berat, G501JW dikemas dalam konsep ultrabook. Tak hanya gamer, Asus yakin perpaduan desain tipis ala MacBook dan hardware mumpuni memastikan laptop cocok untuk para desainer dan pekerja kreatif.

Namun apapun argumennya, kinerja maksimal sekelas desktop sulit sekali ditandingi oleh notebook, kecuali model-model tertentu dengan harga selangit. Volume kecil menyebabkan ruang penempatan komponen jadi terbatas. Pertanyaannya kini, ketika Razer, HP, hingga MSI mulai menyerbu lini produk gaming ultra-thin secara gencar, apa saja bekal yang Asus siapkan di RoG G501JW? Simak ulasan ini.

 

Construction & Design

Sejak dahulu, Asus mempunyai tradisi berbeda dari nama-nama semisal Alienware dan MSI dalam hal desain. Ketika produsen bersusah payah meramu rancangan distingtif demi meninggalkan jejak di benak orang, RoG lebih bersahaja. Tentu saja penampilan adalah masalah selera. Untuk notebook gaming, sejumlah konsumen mungkin menuntut presentasi yang mencolok, tapi saya suka kesan low-profile RoG G501JW, walaupun Asus sebenarnya bisa menambahkan lagi karakteristik RoG.

Warna hitam pekat menyelubungi tubuh laptop, dan material aluminium membungkus sisi-sisi terluarnya. Punggung monitor mengusung bahan logam yang sama dengan tekstur brushed vertikal, mirip kayu. Di tengahnya, Asus menyematkan logo serta tameng bergambar mata Republic of Gamers. Tak seperti G550JK, ia tidak menyala, dan di sanalah letak problem karakter brand: tanpa logo, Anda mungkin tidak tahu sebenarnya laptop itu ialah unit RoG. Anda ingat tameng vabranium Captain America sebelum dicat? Itulah analogi G501JW.

Info menarik: Mengadopsi Wujud Zenbook, Asus ROG G501JW Siap Manjakan Gamer dan Desainer

Impresi logam menyebar rata ke seluruh body, termasuk ke bagian-bagian non-metalik semisal frame monitor dan engsel. Bukan RoG namanya tanpa bumbu merah. Selain di logo, garis merah ditaruh di pinggiran bezel, membatasi touchpad, serta mewarnai keyboard backlight-nya. Sewaktu lid ditutup, garis merah tersebut tetap terlihat jelas dari samping. ROG G501JW mempunyai ketebalan 20,6mm (panjang serta lebar 383x255mm) dan bobot 2-kilogram.

Kualitas buildultrabook Asus ini juga tak perlu pertanyakan. Casing aluminiumnya sangat kokoh. Sebagai bukti, angkat G501JW di satu ujung dan lihat kekuatan konstruksinya. Display sendiri bisa ditarik sejauh kurang lebih 135 derajat. Hanya ada sedikit celah kelemahan: layar melengkung sewaktu diangkat dari satu sisi, lalu saat bagian bawah diketuk, tubuh terdengar menggema. Karena berbahan logam, jika kabel ground tidak terpasang dengan benar, G501JW akan menyetrum tangan Anda.

Screen

Panel merupakan aspek unggulan di unit review ini. Jendela menuju ruang digital tersebut memiliki ukuran 15,6-inci, menyimpan resolusi 4K/UHD 3840x2160. Di layar sebesar itu, setting 4K awalnya membuat saya kewalahan (window appclient Origin jadi menciut), dan saya ubah kembali ke full-HD. Display berlapis bahan matte tersebut bebas pantulan, bersih dari efek screen-door (titik-titik pixel) dan grain.

Dari sedikit riset di internet, panel RoG G501JW menyimpan tingkat kecerahan sebesar 310 nit dan rasio kontras 650:1. Dari pengalaman saya mengutak-atiknya selama beberapa minggu, display ultrabook ini berada satu level di atas MSI GS60. Grayscale-nya relatif seimbang, dan segi jangkauan warnanya tidak terlalu jauh dari GS60. Karena memanfaatkan tipe IPS, viewing angle-nya luas, dan degradasi warna tak terlalu terlihat.

Sayangnya saat Anda bawa keluar ruangan, kelemahan panel segera terdeteksi. Warna serta visibilitas anjlok begitu G501JW berhadapan langsung dengan sinar matahari. Jalan keluarnya ialah menaikkan level brightness setinggi-tingginya.

Satu lagi, melalui software Splendid Technology, Anda dipersilakan menentukan profile layar. Ada tiga buah preset, yaitu normal, theater dan vivid, atau setting manual.

Keyboard & Touchpad

Ukuran layar ditambah frame-nya menyajikan ruang lebar bagi Asus untuk meramu papan ketik. Keyboardchiclet-nya bertekstur matte, sedikit lebih halus dari palm rest dan sekitarnya. Penempatan jarak antar tuts sangat baik, kemudian resistansi sejauh 1,6mm-nya all-rounded, terbilang nyaman baik buat gaming maupun kegiatan ketik-mengetik biasa. Semua tombol menyala merah berkat lighting LED.

Khususnya WASD, cahaya merah 'meresap' ke sisi samping tuts. Asus RoG G501JW seolah-olah bilang pada Anda, "Saya siap menyikat permainan-permainan first-person shooter." Keyboard turut dilengkapi numpad di sebelah kanan (meski ukuran tombolnya lebih sempit); sangat membantu dalam game yang memerlukan input lebih banyak, contohnya Project CARS dan CS:GO.

Saya sangat mengapersiasi touchpad di ultrabook. Alih-alih memposisikannya tepat di bawah keyboard, trackpad ditaruh di tengah-tengah palm rest. Besarnya cukup lapang, dengan panjang diagonal 12,5-sentimeter. Tombol kiri dan kanan cuma dipisahkan oleh garis merah kecil - cukup empuk, namun butuh tekanan sedikit lebih besar dibanding asumsi saya sebelumnya.

Interface & Connectivity

Konektivitas fisik Asus RoG G501JW tersedia di samping notebook. Terdapat sebuah port USB 3.0, Mini DisplayPort dan HDMI di kiri, serta sepasang port USB 3.0, SD card reader, dan audio jack combo di kanan. Tidak ada port apapun di belakang karena di sana adalah lokasi engsel layar serta pembuangan panas. Saya menyayangkan ketiadaan port Gigabit Ethernet, untungnya ia dibekali Wi-Fi 802.11 b/g/n dan Bluetooth 4.0 build-in.

Audio

Asus RoG G501JW menyimpan dua speaker Bang & Olufsen. Output suaranya nyaring, jernih dan bebas statis, namun tanpa subwoofer dedicated, bass-nya cuma terdengar samar-samar. Saya penasaran mengapa Asus tidak membundelnya bersama unit subwoofer terpisah seperti pada G550JK? Kabar baiknya, kustomisasi bisa dilakukan melalui software AudioWizard, di mana Anda bisa memilih profile dan mengkonfigurasi setup sesuai kebutuhan.

OS, Hardware & Gaming Performance

Notifikasi upgrade ke Windows 10 sudah muncul dari waktu saya mulai menjajal notebook, tapi karena masih banyak yang perlu diutak-atik, saya tetap bertahan dengan Windows 8.1 64-bit.

Notebook dipersenjatai Intel Core generasi Haswell i7-4720HQ berkecepatan 2,6GHz, dengan chip Intel HD Graphics 4600, plus GPU Nvidia GeForce GTX 960M 4GB, memori DDR3 16GB, penyimpanan berbasis SSD 128GB dan hard disk 1TB 5400RPM (terpisah dalam dua partisi). Baterai 96 Whrs G501JW merupakan sebuah kejutan tersendiri. Ia sanggup menemani saya bermain Pillars of Eternity selama tiga jam lebih tanpa tercolok ke sumber listrik, walau performanya rendah.

Menilai laptop gaming tidak akan lengkap tanpa uji coba game. Saya menginstal tidak kurang dari lima permainan - masing-masing memiliki level requirements berbeda: Guild Wars 2, Metro Redux, Project CARS, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain dan The Witcher 3: Wild Hunt. Tentu tidak lupa saya melakukan benchmark via Unigine Heaven 4.0 dan Valley dengan setting default.

Lewat beberapa sesi tes Heaven 4.0, G501JW memperoleh skor terbaik 1013 - menunjukkan frame rate rata-rata 40,2, minimal 15,2 dan tertinggi 74. Temperatur maksimal GPU berada di 79 derajat Celcius. Di Valley, unit review ini mendapatkan nilai 1530 - dengan rata-rata frame rate 36,6, terkecil 15,3 dan maksimal di 68,3. Suhunya satu derajat Celcius lebih rendah. Baiklah, saatnya beralih ke game.

Di tingkatan full-HD, RoG G501JW mampu melahap Guild Wars 2 tanpa kesulitan. Hanya di area hub dan pertempuran bos kolosal saja yang menyebabkan frame rate turun ke bawah angka 30. Nasib Metro Redux juga tak jauh berbeda, fps terpantau di kisaran 40 sampai 60, fluktuatif berdasarkan efek-efek visual pada permainan. Wajar, mengingat kedua permainan adalah judul cukup lawas.

Perkiraan saya sebelumnya, notebook akan menyerah sewaktu dijejali Project CARS. Ternyata tidak, frame rate jarang turun dari level 40fps di pertandingan dengan belasan mobil. Dan berkat port yang optimal, Metal Gear Solid V juga berjalan semulus sutra di kondisi pencahayaan (siang dan malam) atau cuaca (cerah, badai pasir) apapun - tidak istimewa tapi stabil.

Satu-satunya penjegal RoG G501JW ialah The Witcher 3. Meskipun saya menggunakan pengaturan default  di menu options dan resolusi 1080p (seperti judul-judul di atas), tanpa mengaktifkan Nvidia HairWorks, game terasa berat di kisaran fps 20-an. Motion blur-nya tampak sangat mencolok. Bayangkan apa yang terjadi seandainya kita memasang permainan di resolusi lebih tinggi.

Info menarik: [Review] Notebook Gaming ‘Monster’ MSI GT80 2QE Titan SLI

Menyesuaikan setting supaya lebih lancar memang tidak sulit, tapi untuk produk semahal ini, kinerja G501JW harusnya lebih baik lagi. Saya pikir, GTX 960M masih belum sanggup menopang resolusi 3840x2160 atau bahkan sekedar 2048x1152. Apakah 4k hanyalah sekedar gimmick?

Kemudian ada masalah temperatur, sangat menonjol di ruang non-AC. Saat full load, palm rest terasa 'sangat' hangat. Sentuhkan jari Anda lebih jauh mendekati heat sink, ke arah monitor, suhu akan lebih panas lagi. Inilah kelemahan dari rancangan notebook bertubuh slim dan padat. Namun hebatnya, sepanas apapun G501JW, suara kipas selalu terdengar hening.

TRL's verdict

Memang sedikit sulit mencari justifikasi kelemahan RoG G501JW, terutama soal kinerja dan suhu, karena aspek tersebut berkaitan langsung dengan pengalaman pengguna. Apalagi ia bukanlah barang murah. Kita akan lebih mudah memakluminya andai G501JW merupakan pabrikan produsen lain dan bukan anggota keluarga Republic of Gamers. Saya pribadi berharap supaya GTX 960M-nya digantikan oleh GTX 970M.

Di sisi positifnya, Anda disuguhkan panel 4K, SSD super-cepat, desain no-nonsense tipis nan simpel, suara yang hening, serta baterai yang terbilang awet. Ingin membelinya? Siapkan uang sejumlah Rp 20,3 juta.