2 April 2018

by Lukman Azis

[Review] Vivo V9: Menggoda dengan Tampang Rupawan dan AI, Chipset Masih Entry Level

Punya tampang rupawan ala iPhone X, sayang chipset yang digunakan kurang bertenaga di kelasnya

Melihat smartphone dengan notch atau 'layar berponi', iPhone X mungkin yang langsung terlintas dalam otak kita.

Meski awalnya desain notch menuai banyak cemooh karena kurang sedap dipandang, kini justru menjadi tren di kalangan pabrikan Android di tahun 2018.

Mereka latah menempelkan notch di pucuk display, dengan dalih guna mencapai rasio screen-to-body yang lebih tinggi. Nah smartphone notch Android pertama yang meluncur di Indonesia ialah Vivo V9.

FullView display 6,3 inci Full HD+ dengan notch, dual camera belakang, dan teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi fitur unggulan dari device yang dibanderol Rp3.999.000 itu.

Lalu, apalagi yang ditawarkan olehnya dan apakah penggunaan layar 'poni' dan teknologi AI yang dibawanya mampu menyuguhkan user experience yang lebih dalam? Selengkapnya berikut review Vivo V9.

Paket Penjualan

Paket penjualan Vivo V9 / Dailysocial

Meski beberapa pabrikan ponsel memangkas kelengkapan paket penjualan guna menekan harga, hal tersebut bukan style-nya Vivo. Mereka masih membekali perlengkapan unit Vivo V9 sangat lengkap, termasuk earphone dan silicon case. Bahkan sudah terpasang screen protector, jadi Anda tidak perlu pusing mencari aksesori yang kompatibel.

  • Unit Vivo V9
  • Kepala charger 2A
  • Kabel data microUSB
  • Earphone
  • Silicon case
  • SIM Ejector
  • Buku panduan dan garansi

Desain Notch

Alih-alih memakai desain Vivo Apex yang nyaris bebas bezel, Vivo lebih memilih mengikuti arus. Terasa familier bukan? Benar, desain notch di Vivo V9 terinspirasi dari iPhone X.

Notch tersebut tidak selebar punya iPhone X dan menampung kamera depan 24-megapixel, serta beberapa sensor penting. Bagian mukanya sudah berlapis kaca 2.5D yang tak hanya mempercantik tampilan tapi juga melindungi dari goresan.

Sayangnya tidak seperti iPhone eksklusif ulang tahun ke-10, kita masih menemukan adanya dagu di bawah layar Vivo V9.

Berbalik ke belakang, bagian punggung Vivo V9 masih menggunakan material plastik dengan bingkai aluminium di sekeliling body. Kamera ganda tersusun dalam posisi vertikal dan lingkaran pemindai sidik jari dengan aksen warna gold.

Unit yang saya review berwarna black dengan sentuhan akhir glossy. Artinya Vivo V9 ini gampang kotor dengan sidik jari dan minyak. Solusi bijaknya ialah memasang case yang tersedia di paket penjualan.

Dengan dimensi 154.8x75.1 mm dan ketebalan 7,9mm, ukuran Vivo V9 tetaplah ramping meski membawa layar 6,3 inci. Berkat konstruksi plastik, bobot Vivo V9 cukup ringan - hanya 150 gram.

Desain punggung yang melengkung di sepanjang sisi kiri dan kanan juga membuat Vivo V9 terasa nyaman di telapak tangan. Selain black, Vivo V9 juga tersedia dalam warna gold dengan permukaan akhir yang berbeda yakni matte.

Susunan tombolnya tidak jauh berbeda, tombol mekanis volume dan power berada di sisi kanan. Kemudian slot SIM dan microSD di sisi kiri. Anda bisa menempatkan dua kartu seluler berbentuk nano SIM dan microSD. Terakhir, port microUSB, mikrofon, speaker, dan jack audio 3.5mm ada di sisi bawah.

Kenapa harus notch? Mungkin teknologi belum sampai di mana smartphone bisa bebas bezel sepenuhnya.

Harus saya akui, Vivo V9 dengan desain layar notch ala iPhone X - membuat tampilannya berkarakter dan lebih memikat. Sayang meski harganya mencapai 4 juta, body Vivo V9 masih bermaterial plastik.

Kualitas plastik yang digunakan cukup baik dan sama sekali tidak terasa murah, tapi tak mampu mengubah fakta bahwa logam memberi kesan premium lebih baik dibanding plastik.

Layar Full HD+

Layar Vivo V9 / Dailysocial

Vivo V9 mengusung FullView display 2.0 yang membentang luas 6,3 inci. Layar tersebut ditopang resolusi Full HD+ 1080x2280 piksel dengan tingkat kerapatan 400 ppi.

Sudah memadai untuk mengakomodasi berbagai aktivitas ber-smartphone, termasuk gaming dan menonton video. Tapi kita harus puas dengan apa yang dilihat, karena tidak ada pengaturan untuk men-tweak output tampilan.

Sejumlah aplikasi sudah mendukung desain notch sampai menyelimuti area samping notch, seperti aplikasi album dan video bawaan, serta Google Maps. Namun masih banyak aplikasi yang belum mendukung tampilan notch.

Layar Vivo V9 / Dailysocial

Selain itu, rasio layar yang digunakan juga tidak biasa yakni 19:9 bukan 18:9. Keragaman resolusi layar ini menimbulkan masalah kompatibilitas terhadap aplikasi. Contohnya YouTube, di mana fitur pinch-to-zoom tidak berfungsi di Vivo V9.

Kemudian Arena of Valor, di perangkat full screen dengan rasio layar 18:9, mampu menampilkan avatar di samping kanan dan kiri, tapi Vivo V9 tidak mendukung hal tersebut.

Game Mobile Legends, Vainglory, dan PUBG Mobile yang saya coba juga tidak tampil penuh di layar, di mana masih tersisa bar hitam di layar bagian kanan dan kiri.

Ya, meski smartphone Android dengan layar notch telah menjamur, sayangnya sistem operasi Android belum sepenuhnya mendukung desain notch.

Rencana dukungan layar notch atau yang disebut oleh Google 'dislpay cutout' itu bakal hadir di Android P. Di mana bar notifikasi akan disesuaikan sedemikian rupa, sehingga memberikan ruang bebas untuk notch.

Vivo mungkin bisa melakukan kustomisasi, tapi dukungan aplikasi pihak ketiga masih menjadi kendala. Sementara kita juga tidak bisa mengandalkan dukungan resmi dari Google, karena seperti biasa akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan Vivo.setidaknya masalah tersebut telah diakui Vivo. Untuk kompatibilitas aplikasi pihak ketiga, saat ini Vivo akan terus berupaya mengajak developer untuk menambahkan dukungan layar notch Vivo V9.

UI dengan Gesture

Vivo V9 sudah menjalankan Android 8.1 Oreo terbaru dengan sentuhan Funtouch OS versi 4.0 yang menyuguhkan banyak fitur dan nuansa iOS yang terasa begitu kental.

Anda memiliki control center, serta yang paling keren tombol navigasi tradisional di layar bisa dilenyapkan dan sepenuhnya menggunakan gesture atau kontrol berbasis gerakan.

Ada tiga bagian, pertama swipe ke atas dari bawah layar bagian kanan berfungsi sebagai back atau kembali ke menu sebelumnya. Kedua swipe bagian tengah untuk ke halaman utama, serta swipe dan hold bagian tengah yang berfungsi sebagai task switcher yakni untuk menampilkan aplikasi yang sedang berjalan di latar belakang.

Ketiga swipe bagian kiri untuk menampilkan control center yang menawarkan beragam shortcut. Selain itu, kita juga bisa melakukan swipe dari bagian kanan ke kiri atau sebaliknya untuk berpindah antar aplikasi dengan cepat.

Di bagian yang satu ini Vivo telah menyiapkan dengan sangat matang. Sejauh ini, kontrol gesture berjalan dengan sangat baik dan mampu meningkatkan user experience secara signifikan.

Namun ada hal yang cukup mengganggu, unit Vivo V9 yang saya review telah terbenam sejumlah bloatware atau aplikasi bawaan, masalahnya adalah aplikasi tersebut tidak bisa di-uninstall.

Kamera Didukung AI

Spesifikasi kamera utama Vivo V9 yang hadir di Indonesia menggunakan sistem dual camera dengan konfigurasi lensa normal 13-megapixel (f/2.0) dan lensa sekunder 2-megapixel untuk menangkap depth of field (DOF). Kemudian, kamera depannya 24-megapixel.

Proses fotografi pada Vivo V9 tidak hanya didukung oleh phase detection autofocus dan dual-LED flash, tapi juga telah dipersenjatai kecerdasan buatan (AI).

Sederet fitur yang mengatasnamakan AI telah dibenamkan, mulai dari AI Bokeh, AI HDR, AI Scene Recognition, AI Face Beauty, AI Selfie Lighting, hingga AR Sticker. Berikut penjelasan singkatnya:

  • AI Bokeh - untuk memotret foto dengan efek bokeh yang artistik, bisa menggunakan kamera belakang ataupun depan.
  • AI HDR - yang mampu menangkap detail terang dan gelap dengan baik dalam kondisi cahaya ekstrem.
  • AI Scene Recognition - di mana AI akan mempelajari preferensi pengaturan kamera yang sering kita gunakan.
  • AI Face Beauty - kamera mampu mengidentifikasi objek foto, misalnya pria atau wanita, usia, warna kulit, tekstur wajah, dan lingkungan pencahayaan di sekitarnya sehingga hasilnya tetap natural. Fitur ini juga bekerja saat video call dengan aplikasi WhatsApp dan Messenger.
  • AI Selfie Lighting - memungkinkan kita menjepret foto selfie di manapun meski dalam kondisi cahaya rendah.
  • AR Sticker - kita bisa membubuhi foto objek dengan beragam stiker menarik.

Antarmuka kamera Vivo V9 cukup intuitif karena mudah digunakan, cukup swipe untuk mengganti mode yang tersedia di bagian kanan dan berbagai shortcut tersedia di bagian kiri. Sayangnya tidak banyak pengaturan kamera yang disediakan.

Sementara bagi yang butuh kontrol lebih, masih bisa mengandalkan mode profesional yang menawarkan pengaturan kamera manual seperti ISO, shutter speed, exposure, white balance, dan focus manual.

Mengenai kualitas jepretannya, dalam kondisi cahaya yang ideal hasilnya lumayan memuaskan, warna hasil foto cukup akurat sesuai aslinya. Namun ketika di dalam kondisi low light, kamera kurang mumpuni untuk menangkap detail foto dengan baik. Sementara, perekaman videonya hanya mampu merekam di resolusi sebatas 1080 30fps.

Berikut hasil bidikan Vivo V9:

Hardware dan Performa

Cukup disayangkan, Vivo V9 yang hadir di Indonesia dipersenjatai chipset kelas entry-level, Snapdragon 450 dibantu RAM sebesar 4GB. Berikut susunan hardware Vivo V9.

  • Sytem-on-chip Qualcomm Snapdragon 450
  • CPU Octa-core 1.8 GHz Cortex-A53
  • GPU Adreno 506
  • RAM 4GB
  • ROM 64GB
  • Baterai non-removable Li-Ion 3260 mAh

Di Antutu, Vivo mencetak skor 76.793 poin, di PCMark Work 2.0 sebesar 4.471 poin dan 803 poin di 3DMark Sling Shot.

Untuk menunjang aktivitas ber-smartphone sehari-hari, seperti chatting, akses media sosial, hiburan, browsing, dan lainnya, Vivo V9 jelas sangat mampu. Guna mengoptimalkan performa, Vivo juga telah membenamkan fitur AI Smart Engine yang sangat agresif menghentikan aplikasi yang berjalan di latar belakang dan memastikan aplikasi yang dibuka berjalan lancar.

Namun bagi yang suka gaming, Vivo V9 kurang cocok untuk Anda. Mode gaming yang ada pun terasa kurang optimal, alasannya karena keterbatasan hardware, chipset Snapdragon 450 tak cukup kuat untuk memainkan game kelas berat.

Contohnya game MOBA mobile Arena of Valor, kualitas tampilan grafisnya mentok hanya sampai di mode menengah saja dan tak mampu menampilkan grafis tertinggi. Selain itu, game juga tidak tampil penuh di layar dan masih menyisakan bar hitam.

Secara keseluruhan, performa Vivo cukup mumpuni kecuali buat aktivitas gaming berat. Sekali lagi, keterbatasan hardware membuat sesekali Vivo V9 masih terasa performanya sangat berat.

Verdict

Desain layar dengan notch ala iPhone X harus diakui, keren. Walaupun kompabilitas terhadap aplikasi pihak ketiga dipertanyakan. Kemudian, sistem gesture mampu menawarkan user experience terbaik.

Fotografi dengan AI juga menyenangkan dan bisa diandalkan, meski kamera belakang cuma 13-megapixel dan 2-megapixel. Kemudian performa secara keseluruhan 'oke', tapi tak cocok untuk gaming.

Satu hal lagi, versi Vivo V9 yang diluncurkan di Indonesia memiliki spesifikasi lebih rendah dibandingkan di negara lain seperti di India, yakni chipset Snapdragon 450 dan kamera ganda belakang 13-megapixel dan 2-megapixel.

Di India, spesifikasi Vivo V9 lebih mentereng dengan chipset Snapdragon 626 yang jauh lebih powerful dan sistem dual camera yang lebih canggih 16-megapixel dan 5-megapixel. Namun harga Vivo V9 di India memang lebih mahal yakni sekitar 4,8 juta, sementara di Indonesia hanya 4 juta.

Menurut Vivo, keputusan tersebut berdasarkan riset pasar yang telah dilakukan Vivo di Indonesia. Pertanyaannya, kenapa tidak memasukkan Vivo V9 versi Snapdragon 626 juga Vivo? Sehingga konsumen bisa memilih.

Sparks

  • Desain layar notch yang keren
  • Membawa teknologi AI untuk meningkatkan performa dan fotografi
  • Sistem kontrol gesture yang sangat baik

Slacks

  • Body masih plastik
  • Chipset entry level yang lemah di kelasnya, Snapdragon 450
  • Dual camera, tapi resolusi kecil (13-megapixel dan 2-megapixel)