21 August 2017

by Bambang Winarso

Review Xiaomi Redmi 4A, Lebih dari Sekadar Murah

Xiaomi Redmi 4A unggul dalam hal baterai dan performa di kelasnya

Kiprah smartphone Xiaomi secara resmi di Indonesia terbilang baru, tapi dengan keunggulan dari segi harga dan keberaniannya membenamkan spesifikasi di atas rata-rata membuat pabrikan asal Tiongkok ini tak kesulitan merebut hati masyarakat Indonesia. Salah satu keluaran mereka yang cukup menarik adalah Redmi 4A yang merupakan produk rakitan asli dalam negeri oleh PT Sat Nusapersada TBK untuk PT Erajaya.

Seperti apa kemampuan Xiaomi Redmi 4A, desain, dalaman dan performa kameranya, akan kita ulas secara mendalam dalam artikel ini.

Unit yang ada pada penulis dibalut warna Gold, berada dalam kondisi baru lengkap dalam kemasan penjualan berserta satu unit charger, SIM ejector dan dua lembar panduan ringkas.

Desain dan Sektor Hardware

Xiaomi Redmi 4A mengadopsi desain dasar yang digunakan oleh Xiaomi untuk jajaran Redmi 3S, Mi Max dan Redmi Pro. Perangkat mempunyai rancangan berbentuk semi kotak dengan garis sudut sedikit membulat. Tepian Redmi 4A dibuat lebih datar dengan memangkas lengkungan dari panel belakang ke bagian sisi, sehingga memberikan kesan kotak jika dilihat dari samping. Salah satu perbedaan besar di antara mereka adalah, bahwa Redmi 4A dibangun dari material polikarbonat, bukan logam.

Tepian Redmi 4A dibuat lebih datar dengan memangkas lengkungan dari panel belakang ke bagian sisi, sehingga memberikan kesan kotak jika dilihat dari samping. Salah satu perbedaan besar di antara mereka adalah, bahwa Redmi 4A dibangun dari material polikarbonat, bukan logam.

Sisi bagian kiri perangkat nyaris mulus tanpa tonjolan, namun jika diperhatikan lebih dekat, di sana ada slot kartu SIM yang disematkan dengan sangat rapi. Slot ini hanya bisa dilepaskan menggunakan SIM ejector yang terdapat dalam paket penjualan. Perlu dicatat, bahwa Redmi 4A mendukung dual SIM, namun dengan konfigurasi berbeda. SIM 1 mendukung micro-SIM, sedangkan SIM2 mendukung kartu Nano-SIM dan juga berfungsis sebagai slotmicroSD.

Jadi, jika Anda memutuskan untuk menggunakan 2 SIM, Anda harus melepas kartu micro SD. Sebaliknya, jika lebih membutuhkan memori tambahan, Anda harus mengorbankan salah satu kartu SIM.

Sementara di sisi kanan terdapat dua buah tombol, volume dan power yang dirancang dengan bentuk oval. Berbeda dengan kebanyakan perangkat Oppo, tombol power dan volume di Redmi 4A dibuat sedikit menonjol sehingga memudahkan pemakaian.

Bergeser ke bawah saya hanya menemukan port micro USB, sedangkan audiojack diletakkan di bagian kiri atas.

Di panel depan, terdapat layar selebar 5 inci (1280x 720p) yang ditemani tiga buah tombol kapasitif di bagian bawah. Salah satu yang saya sayangkan, ketiga tombol kapasitif ini tidak mempunyai tambahan backlight sehingga sedikit menyulitkan jika digunakan di tempat gelap. Kecuali jika Anda sudah mulai terbiasa dengan peletakannya, kekurangan itu tidak akan banyak mengganggu. Kekurangan lainnya, layar ini belum dilindungi oleh lapisan Gorilla Glass tapi Xiaomi menggunakan panel Scratch Proof Glass untuk melawan goresan.

Geser ke belakang, Xiaomi sukses memberikan kesan elegan dan premium di balik material sesungguhnya. Warna tampaknya banyak memberikan pengaruh terhadap penilaian saya. Tapi ketika dipegang, cukup nyaman dan ringan tapi sangat sulit menghilangkan kesan “murah” darinya. Meski begitu, kekurangan ini saya rasa masih dapat dipahami mengingat komponen yang digunakan dan yang paling berpengaruh, yaitu harga.

Kamera utama diletakkan di sudut kanan atas berdampingan dengan lampu LED flash. Jika ditarik, keduanya berada satu garis lurus dengan garis antena bagian atas. Tak ada tonjolan berbentuk cincin yang mengelilingi kamera ini, jadi jika Anda punya budget lebih, ada baiknya membeli aksesoris tambahan untuk melindungi lensanya dari goresan selama pemakaian.

Komponen terakhir di panel belakang adalah mono speaker tepat di bawah logo Mi. Rancangan speaker ini masih belum lepas dari warisan Redmi 4 dan Redmi 4 Prime.

Performa

Jeroan Xiaomi Redmi 4A terbilang menjanjikan kemampuan yang apik meski diplot untuk berjibaku di kelas entry level. Di atas kertas, perangkat membawa chipset Snapdragon 425 yang disandingkan dengan grafis Adreno 308. Kapasitas RAM-nya sebesar 2GB, sedangkan memori internalnya seluas 16GB.

Benchmark

Sebelum diuji untuk menjalankan game tertentu, saya coba untuk melakukan pengujian menggunakan aplikasi benchmark terlebih dahulu. Tujuannya, untuk mengetahui berapa sih skor yang bisa dicetak, dan komparasinya dengan perangkat model lain. Tapi sekali lagi, ini bukanlah patokan performa yang sesungguhnya, sampai kita coba secara langsung nanti.

Berdasarkan hasil pengujian dengan AnTuTu Benchmark, Redmi 4A mencetak skor 33406, menempatkan perangkat di peringkat ke 51, satu tangga di bawah Honor 8 milik Huawei. Tapi jangan buru-buru menghakimi, karena hampir sebagian besar perangkat yang duduk di tangga atas adalah perangkat-perangkat kelas menengah dan flagship. Jadi, wajar jika Redmi 4A berada di posisi 50 besar.

Skor benchmark di AnTuTu

Pengalaman gaming di Redmi 4A terbilang memuaskan untuk ukuran smartphone seharga Rp 1 juta-an. Beberapa game yang saya coba dan berjalan sangat mulus antara lain Mobile Legends, Candy Crush Saga, Clash of Clans, Super Mario Run dan Talking Toms.

Mengingat peruntukannya yang memang bukan untuk gaming, performa yang ditunjukkan Redmi 4A bagi saya cukup untuk memuaskan kebutuhan gaming yang hanya sebatas mengisi waktu.

Kamera

Kamera Xiaomi Redmi 4X terbilang cukup baik dari segi resolusi terutama mengingat kelasnya. Kamera utamanya sudah menggunakan sensor 13MP, sedangkan di depan menggunakan sensor 5MP. Tetapi untuk urusan kelengkapan fitur, kamera Redmi 4A terbilang cukup memadai. Saya menjumpai hanya ada beberapa modus yang bisa dipergunakan, antara lain modus panorama, manual, straighten, beautify, HHT dan Scene. Sedangkan untuk kamera depan, nyaris tidak ada modus khusus yang ditawarkan, hanya ada dua pilihan yaitu Timer dan Audio.

Tapi sebagai hiburan, Xiaomi membenamkan filter yang diletakkan di sudut kanan atas. Dengannya pengguna dapat menjepret foto selfie dengan kualitas yang lebih mulus. Dengan modal ini, kelengkapan kamera Redmi berada di level cukup. Artinya, hanya dapat memenuhi kebutuhan fotografi sehari-hari, bukan profesional apalagi untuk komersil.

Untuk membuktikan bahwa resolusi yang dijanjikan bukan sekadar angka, saya mencoba melakukan beberapa jepretan dengan situasi dan pengaturan yang berbeda.

Di dalam ruangan dengan mode manual

Di dalam ruangan, mode otomatis dengan flash menyala

Di luar ruangan, mode otomatis tanpa HDR

Di luar ruangan, HDR aktif

Di luar ruangan, mode otomatis tanpa HDR

Di luar ruangan dengan HDR aktif

Modus Manual, White Balance Fluorescent, ISO 100

Modus Manual, ISO 200

Modus panorama

Interface

Salah satu bagian yang menurut saya cukup memuaskan – selain performa dan baterai – adalah sisi interface Redmi 4A. Basis OS yang diadopsi oleh ponsel adalah Android 6.0.1 Marshmallow yang dipoles apik oleh Xiaomi dengan ROM MIUI 8.5. Jika Anda nanti membeli Redmi 4A, versi build MIUI defaultnya mungkin tidak sama dengan ini, pasalnya ketika saya menerima perangkat dan menghubungkannya ke WiFi, ternyata sistem melakukan update secara otomatis tanpa sepengetahuan saya. Karena proses ini tidak bisa saya kembalikan, maka jadilah sekarang menggunakan MIUI 8.5 versi stable terbaru. Versi ini sudah memperoleh security patch per 1 Mei 2017.

Jika Anda nanti membeli Redmi 4A, versi build MIUI default-nya mungkin tidak sama dengan ini, pasalnya ketika saya menerima perangkat dan menghubungkannya ke WiFi, ternyata sistem melakukan update secara otomatis tanpa sepengetahuan saya. Karena proses ini tidak bisa saya kembalikan, maka jadilah sekarang menggunakan MIUI 8.5 versi stable terbaru. Versi ini sudah memperoleh security patch per 1 Mei 2017.

Kita awali dari depan, tampak jelas bagaimana Xiaomi mencoba menghadirkan warnanya sendiri meskipun aura iPhone masih terasa kental di sana. Jika masih menggunakan launcher aslinya, maka Anda tidak akan menemukan tombol menu di layar home. Semua shortcut ditampilkan di depan, beberapa dikumpulkan dalam satu folder dan sisanya di halaman berikutnya. Anda bisa menggeser layar untuk menemukannya.

Tapi yang membuat saya cukup senang, launcher bawaan ini menyediakan ratusan tema yang bisa dipakai secara gratis. Untuk melihat-lihat tema, Anda bisa menekan lama tombol multi-tasking paling kiri kemudian tapmenu Themes. Atau Anda bisa langsung menekan shortcut Themes di layar utama. Secara default sudah ada 5 pilihan tema di sana, tapi jika Anda menginginkan lebih, tinggal tap Get more themes for freedan jelajahi pilihannya sesuka Anda.

Status Bar

Kembali ke layar utama. Jika Anda geser jari dari atas ke bawah, maka Anda akan mendapati panel status bar yang membawa warna khas Android Marshmallow. Opsi-opsi yang tersedia secara default sudah disesuaikan dengan kebutuhan umum pengguna. Di sana ada akses mengaktifkan data cepat, WiFi, senter, profile, screenshot,bluetooth, kecerahan layar, mode pesawat dan lain-lain.

Settings

Dan saya juga coba masuk ke panel Settings, di mana saya mendapati apa saja kelengkapan yang ditawarkan Redmi 4A. Secara umum, apa yang dihadirkan sudah lebih dari cukup. Dan karena perangkat sudah menggunakan Android Marsmallow, maka saya juga menjumpai adanya dukungan dual app, second space yang memungkinkan pengguna punya perangkat kedua dengan konfigurasi berbeda, mode one hand, pengaturan perizinan aplikasi dan lain-lain.

Tapi yap, jangan heran pula kalau di perangkat Marshmallow Anda tidak bisa memindahkan aplikasi ke memori eksternal. Saya juga cukup kecewa dengan keterbatasan ini, tapi rasanya cukup terobati dengan hadirnya interface yang lebih cantik dan efisien.

Satu lagi, Xiaomi juga menghadirkan fitur systemapp updater yang membantu pengguna memperoleh pembaruan dari satu pintu. Dari sini, Anda juga bisa mendapatkan informasi pembaruan sistem, termasuk mengatur bagaimana pembaruan tersebut diunduh. System app updater ini bisa Anda jumpai di menu Settings/Pengaturan.

Dialer

Dialer di Redmi 4A masih menonjolkan kesederhanaan. Di bagian utama hanya ada dua menu tab, yaitu Recents dan Contacts. Di sisi kiri paling bawah ada tombol menu yang memuat menu block list dan pengaturan. Sedangkan tombol dial-nya sendiri bisa dihilangkan atau ditampilkan dengan cara menyentuh ikon keypad di bagian kanan bawah tepat di sebelah dialer.

SMS

Fitur pesan jauh lebih sederhana. Di dalamnya saya tidak menjumpai adanya tombol-tombol yang bisa mengalihkan fokus. Total hanya ada dua tombol fungsional, satu untuk membuat pesan baru dan satu lagi untuk mencari pesan.

Jadi kalau ingin mengubah pengaturan pesan bagaimana? Xiaomi telah menyiapkan panel khusus di menu Settings utama, silahkan temukan pengaturan Messaging di bagian System Apps. Tak hanya perpesanan, di sana juga terdapat berbagai aplikasi bawaan seperti Contact, Calendar, Email, Mi Cloud, Call Settings, dan lain sebagainya.

Baterai

Banyak orang, Anda mungkin termasuk di dalamnya, tentu menjadikan baterai sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih smartphone. Ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Xiaomi membekali Redmi 4A dengan baterai yang berukuran besar. Angka 3120mAh jadi modal Redmi 4A untuk menjalankan operasional sehari-hari. Kapasitas ini tentu jauh lebih besar ketimbang smartphone setara atau bahkan beberapa merk kelas menengah lainnya.

Saya pun penasaran, seberapa tangguh sih baterai ini. Jangan-jangan cuma label, tapi hasil tesnya memble. Saya pun mempersiapkan beberapa skenario (semua skenario menggunakan WiFi).

Pertama, saya coba memutar video dengan volume berada di level menengah. Hasilnya, dimulai dari kondisi baterai terisi penuh sampai benar-benar mati, Redmi 4A mampu bertahan selama 11 jam 15 menit.

Kedua, saya coba mendengarkan musik streaming dengan Joox menggunakan headset mampu bertahan selama 6 jam 5 menit.

Terakhir, saya coba browsing sambil mendengarkan musik dari Joox, hasilnya bertahan selama 5 jam 12 menit.

Sedangkan pengisian ulang baterai membutuhkan waktu 2 jam 35 menit. Cukup lama mengingat Redmi 4A belum mendukung teknologi fast charging.

Kesimpulan

Setelah selama satu minggu menggunakan Xiaomi Redmi 4A, ada beberapa hal yang bisa simpulkan.

  • Ketiadaan sensor sidik jari menjadi salah satu pertanyaan besar saya, sebab hanya dengan menabung sekitar Rp 400 ribu lagi, Anda sudah bisa memperoleh perangkat lain dengan fasilitas fitur sensor sidik jari, fast charging dan body logam.
  • Penyajian interface dan tambahan tema bisa mengubah persepsi banyak orang terhadap Redmi 4A. Jadi, sebelum beli, mungkin ada baiknya Anda mencoba sendiri jeroannya. Saya sendiri ketika membeli ponsel baru, punya kebiasaan memasang launcher pihak ketiga meskipun tampilan bawaannya sudah cukup baik. Karena interface bagi saya cukup vital perannnya.
  • Performa perangkat dalam melahap sejumlah permainan populer terbilang mengesankan. Begitu juga performa kamera, terutama kamera bagian belakang. Untuk smartphone yang dibanderol Rp 1 jutaan, apa yang dipertunjukkan oleh Redmi 4A melebihi harga jualnya sendiri.
  • Terakhir, daya tahan baterai Redmi 4A sepatutnya memperoleh pujian. Bukan Cuma soal kapasitas, tapi efisiensi dari sisi piranti lunak berperan besar dalam menjaga konsumsi daya tetap seminimal mungkin.

Nah, Anda lebih condong ke yang mana, Anda pengguna seperti apa? Sesuaikan saja dengan keunggulan yang dipunyai Redmi 4A. Jika lebih peduli dengan desain dan material bahan perangkat, Redmi 4A bukan pilihan yang tepat. Tapi jika mementingkan performa, daya tahan baterai dan kamera yang bagus tanpa menguras kantong, smartphone ini patut ada dalam daftar buruan Anda.

Di pasaran, Xiaomi Redmi 4A bakal berhadapan dengan kompetitor seperti Moto E3 Power, Moto G4 Play, Moto E, kemudian jajaran Samsung Galaxy J lama, Meizu M Series dan Lenovo K6 Power. Tapi jika spesifikasi dan harganya dibandingkan, Redmi 4A masih jadi rekomendasi terbaik saya.