28 January 2015

by Yoga Wisesa

Saksikan Robot Shimi dan Shimon Mengiringi Musisi Bermain Lagu Jazz

Melalui hipotesis technological singularity, ilmuwan memprediksi bahwa suatu saat di masa depan, kecerdasan buatan akan melampaui level kepintaran manusia. Ketika tak lagi mampu mengendalikannya, terancamlah keberadaan ras kita di bumi. Tapi sebelum sampai di sana, mari hilangkan pikiran suram itu dan saksikan prestasi terbaru para robot serta desainernya.

Sudah cukup lama robot masuk ke industri musik. Band-band robot seperti Compressorhead dan Z-Machines mulai dikenal dan berhasil menghimpun fans mereka sendiri. Kemudian di awal Mei 2014, KMEL Robotics bersama Intel dan Lockheed Martin merangkai drone pemusik yang jauh lebih rumit dan canggih. Namun alih-alih merancang robot untuk menggeser posisi musisi, peneliti asal Georgia Tech menciptakan mesin yang dapat membantunya bermain musik.

Diujungtombaki seorang kandidat doktor di bidang robotik, Mason Bretan meracik tiga buah robot Shimi, dan satu unit lebih besar bernama Shimon di posisi instrumen xylophone (gambang). Robot-robot telah diprogram khusus untuk spesialisasi pada jazz dan mengiringi sang frontman bermain musik. Mereka sangat berirama, mampu berimprovisasi dan mengatur perencanaan.

Para robot diciptakan agar saling senada, tanpa konflik. Hebatnya lagi Shimi dapat 'bergoyang' mengikuti irama - berdasarkan analisa mereka terhadap lagu. Shimi seolah-olah mengetukkan kaki dan menggerak-gerakan kepalanya. Shimon sedikit lebih rumit: Bretan menentukan deret nada terlebih dulu menggunakan algoritma khusus, membuatnya bisa berimprovisasi meski memiliki keterbatasan fisik.

 

Info menarik: Mari Saksikan Bagaimana Robot Drone Bermain Musik

 

Shimon ditugaskan sebagai pemain marimba, sengaja disusun agar muncul interaksi musik yang berarti dengan manusia. Saat Shimi terlihat (dan terdengar) sangat futuristik, Shimon menjaga musik tetap terasa tradisional. Tapi apakah lagu itu terdengar enak karena robot memang lebih canggih dari manusia? Tidak juga, pada dasarnya Mason Bretan adalah musisi serba bisa, mampu menangani drum, gitar dan piano tanpa kesulitan.

"Idenya [Shimi dan Shimon] ialah mengambil pengalaman mendengarkan musik di desktop serta interaksi ke playlist Anda (via iTunes ataupun Spotify), lalu membawanya ke interaksi antar manusia dan robot, sembari mengoptimalkan robot sebagai platform interaksi baru berbasis musik," jelas sang peneliti dari Georgia Institute of Technology itu pada Mail Online.

Silakan nikmati lagu ber-genre jazz/funk What You Say oleh Mason Bretan, Shimi dan Shimon di bawah. Musik terinspirasi dari What I Say, oleh Miles Davis di album Live-Evil. Sungguh cara kreatif menghadapi technological singularity...