Setelah Esports, Econcert Berpotensi Jadi Tren Besar Berikutnya

Fortnite dan Marshmello telah menunjukkan bahwa game dapat menjadi platform entertainment baru.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Fortnite Battle Royale kini telah menjadi sebuah fenomena yang luar biasa. Lebih dari sekadar game, buah karya Epic Games tersebut adalah gaya hidup, tempat berkumpul, serta sarana sosialisasi baru para anak muda era digital. Tahun 2019 ini Fortnite Battle Royale kembali menciptakan sejarah dengan meluncurkan konser virtual DJ/musisi elektronik asal Amerika Serikat, Marshmello.

Konser yang digelar pada tanggal 2 dan 3 Februari 2019 itu meraih sukses besar. Lebih dari 10 juta pemain online bersamaan, bersama-sama berpesta dan menikmati suguhan musik dari artis yang bernama asli Christopher Comstock itu. Mereka yang tidak menonton langsung dalam game" target="_blank">dapat menontonnya di YouTube, dalam video yang saat ini sudah meraih lebih dari 25 juta view.

Tentu saja, konser ini juga dibarengi dengan peluncuran merchandise bertema Marshmello dan Fortnite, serta album remix khusus berisi playlist lagu-lagu Marshmello yang diputar dalam konser tersebut. Album yang dimaksud—berjudul “Marshmello Fortnite Extended Set”, langsung merajai tangga Billboard sebagai album musik dance/electronic nomor satu di dunia.

Para gamer yang pernah memainkan Phantasy Star Online 2 mungkin sudah familier dengan adanya " target="_blank">konser dalam game online. Tapi konser-konser di Phantasy Star Online 2 adalah konser artis fiktif dengan penampilan yang sudah diprogram. Pengalaman menyaksikannya tentu berbeda dengan konser live milik Marshmello yang merupakan artis sungguhan. Fortnite dan Marshmello telah menciptakan fenomena baru, dan ini memunculkan pertanyaan, “Akankah konser virtual jadi tren di masa depan?”

Ed Tomasi, mantan veteran ESL yang kini menjadi kepala divisi esports di Big Block, berkata bahwa musik dan video game adalah dua hal yang sudah memiliki kaitan erat sejak lama. Tapi ide memasukkan konser sebagai bagian dari game itu sendiri adalah hal yang revolusioner. Dan Epic Games telah menunjukkan bahwa mereka sangat serius menggarap event ini. “Pengalaman (konsernya) sangat sempurna. Rasanya seperti konser itu merupakan bagian natural dari game, bukan sesuatu yang ditempelkan begitu saja. Jadi penting untuk dicatat bahwa Epic telah memasang standar tinggi untuk siapa pun yang akan mengikuti jejak mereka,” kata Tomasi kepada Forbes.

Menurut Tomasi, ada banyak sekali potensi arah perkembangan konser virtual—atau “econcert”—di masa depan. Kita sudah melihat bagaimana game belakangan ini memiliki fitur-fitur beraroma esports terintegrasi ke dalamnya. Tidak aneh bila nantinya, para developer akan berlomba menciptakan fitur konser virtual ke dalam game mereka. Game tak lagi hanya hiburan, tapi menjadi platform entertainment baru.

Tentu saja, ada atau tidaknya fitur konser virtual tergantung dari jenis game itu sendiri. “Setiap game memiliki fan base sendiri-sendiri. Dan musik adalah bagian yang sangat intrinsik dari pengalaman bermain game. Jadi saya rasa ada banyak judul game yang sangat cocok untuk konser live,” kata Tomasi.

Ada oportunitas baru bagi brand dalam econcert

Tomasi juga berpendapat bahwa ada potensi besar untuk peran brand dalam econcert nantinya. Apalagi econcert adalah sesuatu yang dapat mendatangkan engagement tinggi. “Saya rasa bila saya pemilik brand dan ingin merangkul generasi baru ini, mensponsori in-game concert adalah ide yang sangat menarik. Dalam pandangan saya, iklan 30 detik bisa menyentuh hati, tapi konser virtual 10 menit, itu akan memindahkan diri Anda, terutama bila konser itu terjadi di dunia virtual yang Anda sangat akrab dengannya.”

Implementasi brand ke dalam econcert pun bisa beraneka ragam. Contohnya menciptakan semacam ruang VIP di mana para pemain bisa berinteraksi dengan brand dalam berbagai cara. Wujud lain misalnya dengan menciptakan skin eksklusif, bahkan mungkin yang lebih ekstrem, yaitu menciptakan konser versi VR/AR eksklusif. Ada banyak alternatif menarik selain sekadar menempelkan logo brand di lokasi konser. Kemungkinannya tak terbatas.

Syarat yang penting bagi mereka yang ingin mengikuti jejak Fortnite, adalah mereka harus mau mendedikasikan sumber daya agar konser itu berjalan sempurna dan organik. Konser Marshmello bukan hanya pertunjukan musik. Mengkombinasikan panggung yang keren dengan tata pencahayaan gemerlap, berbagai efek-efek spesial, serta elemen-elemen gameplay, kolaborasi ini betul-betul menghasilkan hiburan baru yang hanya dapat terjadi di dalam sebuah game.

Di lagu yang berjudul “Fly”, misalnya, gravitasi dalam Fortnite tiba-tiba menghilang, membuat seluruh pemain melayang seperti dalam kondisi sedang terjun di awal permainan. Pesta digital ini begitu menyenangkan, dan tidak bisa direplikasi ke dunia nyata. Merancang konser dengan mekanisme kompleks seperti ini tentu tidak mudah. Bayangkan betapa kecewanya penonton jika terjadi bug di tengah konser, atau bila terjadi masalah jaringan karena server terlalu penuh. Hal-hal seperti inilah yang jadi tantangan.

Kemudian hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah posisi antara brand, game, serta musisi itu sendiri. Jangan sampai keberadaan brand menjadi terlalu menonjol sehingga para gamer merasa jengah dibuatnya. “Anda harus menjaga brand agar tetap ada di latar belakang—peran mereka adalah enabler. Pertunjukan serta game itulah bintangnya,” ujar Tomasi.

Sumber: Forbes