1. Startup

Shopee Indonesia Gencarkan Pemasaran Tahun Depan

Sebagian besar dana investasi di Indonesia berasal dari hasil IPO Sea Limited

Shopee, layanan e-commerce berbasis di Singapura, memastikan akan menggunakan sebagian besar perolehan dana segar dari hasil IPO Sea Limited (induk Shopee) untuk membesarkan bisnisnya di Indonesia. Salah satu investasi terbesar yang akan dilakukan Shopee adalah lebih gencar melakukan pemasaran.

"IPO membuat perusahaan kami jadi lebih percaya diri di hadapan investor, karena sudah IPO pula lah kami jadi lebih mudah mengakselerasi bisnis. Kami bisa pastikan sebagian besar hasil IPO akan banyak dipakai untuk berinvestasi ke Indonesia," kata CEO Shopee Chris Feng dalam pertemuan terbatas dengan media, Selasa (19/12).

Chris tidak secara gamblang menerangkan berapa besar persentase dana dari IPO yang didapat Shopee untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dia hanya memastikan sebagian besar akan dipakai untuk Shopee Indonesia, mengingat negara ini menjadi pasar terbesar Shopee dengan kontribusi bisnis terbesar sekitar 40% dari total pasar Shopee di Asia.

Chris secara implisit menyebutkan bahwa Shopee akan lebih gencar memberikan promosi seperti gratis ongkos kirim untuk menarik transaksi baru. Sejauh ini Shopee bisa dikatakan cukup aktif dan konsisten dalam memberikan promosi baik untuk penjual maupun pembeli.

Hasil promosi tersebut, dalam kurun waktu dua tahun, sukses merangkul lebih dari 1 juta penjual dan brand di Indonesia, lebih dari 100 juta listing aktif serta 25 juta unduhan aplikasi. Secara global, aplikasi Shopee telah diunduh 80 juta kali, 4 juta penjual, 5 ribu brand, dan 180 juta listing aktif. Shopee diklaim berhasil membukukan GMV senilai lebih dari US$5 miliar.

Belum manfaatkan teknologi mutakhir

Chris melanjutkan, Shopee juga akan terus berinovasi untuk meningkatkan kenyamanan penjual dan pembeli agar semakin nyaman dalam bertransaksi jual beli. Hanya saja, Shopee belum menggunakan pengembangan teknologi yang mutakhir. Contohnya memanfaatkan kecerdasan buatan atau chat bot.

Chris beralasan pihaknya masih melihat kondisi pasar Indonesia belum tepat bila menggunakan teknologi mutakhir. Perusahaan tidak memilih untuk menjadi terdepan dari pemanfaatan teknologi, namun ingin menyesuaikan dengan kondisi pasar tanpa tertinggal dari tren yang sedang berkembang.

Untuk layanan konsumen, Shopee masih memilih menggunakan jasa manusia daripada bot. Menurutnya, dari kondisi yang ada, masyarakat Indonesia lebih menyukai komunikasi langsung dengan CS daripada dengan mesin.

"Kami tetap memantau tren teknologi yang berkembang, tapi belum tentu teknologi tersebut dapat langsung kami implementasikan. Sebab pada dasarnya kami lebih memilih untuk tetap berkembang sesuai kondisi pasar, tidak ingin jadi terdepan dan juga tidak terbelakang."

Secara layanan, menurut Chris, juga masih akan tetap fokus pada jalur layanan e-commerce dengan menghubungkan penjual dan pembeli. Pihaknya mengaku belum ada rencana untuk mengembangkan produk digital di luar layanan e-commerce, seperti penjualan tiket kereta, pulsa, atau lainnya.

"Shopee tidak ingin mengambil bisnis tetangga, menurut kami bisnis e-commerce di segmen C2C masih sangat menarik dan punya potensi yang besar untuk dikembangkan," pungkas Chris.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again