26 September 2020

by Lukman Azis

Sony A7S III Hadir di Indonesia dan Umumkan Program Eksklusif Alpha Privileged Club

Di Indonesia, Sony A7S III dibanderol dengan harga Rp50.999.000

Kamera dambaan videografer Sony A7S III telah resmi datang ke Indonesia, acara peluncurannya dilakukan secara virtual dan disiarkan langsung di channel YouTube Sony Indonesia. Hadirnya A7S melengkapi rangkaian kamera mirrorless full frame unik dari Sony, terutama A7R IV yang menawarkan resolusi tinggi, A9 II kecepatan, dan A7S sensitivitas.

"Pengembangan kamera ini memang memakan waktu yang cukup lama, karena kami melakukan berbagai riset untuk menyempurnakan kamera ini. Melalui penantian panjang ini, kami selalu mendengarkan masukan dari konsumen dan melihat perkembangan industri sampai akhirnya A7S III hadir sebagai inovasi yang melampaui ekspektasi mereka," ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Sony A7S III akan segera tersedia di Indonesia pada bulan November 2020 dengan harga Rp50.999.000. Kita sudah dapat memesannya secara pre-order mulai tanggal 25 September sampai 11 Oktober 2020 di seluruh Sony Authorized Dealer.

Untuk pembelian kamera Sony A7S III pada masa pre-order, konsumen akan mendapatkan paket spesial senilai Rp4.400.000 dalam bentuk CF Express Type A 80GB, baterai NP-FZ100 secara gratis, dan kesempatan menerima potongan harga sebesar Rp1.500.000 untuk lensa G Master PWP (model pilihan: SEL24F14GM, SEL70200GM, SEL2470GM, dan SEL1635GM).

Program Eksklusif 'Alpha Privileged Club'

Bersama A7S III, Sony juga mengumumkan program keanggotaan eksklusif 'Alpha Privileged Club' dengan status Platinum yang merupakan persembahan Sony Indonesia untuk para pemilik setia kamera Alpha, khususnya pengguna lini produk full frame high-end Sony. Pendaftaran Alpha Privileged Club dapat dilakukan secara gratis mulai hari ini melalui laman resmi Alpha Privileged Club.

Syarat untuk dapat bergabung menjadi anggota Alpha Privileged Club Anda harus mempunyai setidaknya satu kamera kelas atas Sony dengan garansi Sony Indonesia yaitu Sony Alpha 9, A9 II, A7R IV, A7R III, A7R II, A7S II, dan A7S III. Pengguna merupakan penduduk Indonesia dan memiliki akun atau terdaftar pada microsite My Sony.

"Kami memfokuskan program ini pada pengguna lini produk Full-Frame High terlebih dahulu, karena kami melihat peningkatan minat pengguna di Indonesia terhadap deretan lini produk ini. Kami harap dapat terus menghadirkan yang terbaik dan lebih dekat lagi dengan para konsumen kedepannya," kata Kazuteru Makiyama.

Program ini menawarkan berbagai manfaat, seperti layanan sensor cleaning cuma-cuma di Sony Service Center tertentu, pick up delivery untuk setiap kamera yang membutuhkan perbaikan, hingga voucher berupa potongan khusus yang bisa digunakan dalam pembelian kamera dan lensa. Setiap anggota Alpha Privileged Club juga akan mendapatkan kartu keanggotaan, paket merchandise eksklusif yang dipersonalisasi, serta privilese khusus mengenai informasi produk, promo, maupun aktivitas terbaru yang diselenggarakan oleh Sony Indonesia.

Fitur Utama Sony A7S III

Mengingat selisih lima tahun dengan generasi sebelumnya, Sony A7S III pun sepenuhnya dirancang ulang termasuk sensor dan prosesor gambar baru. Sensor gambarnya tetap beresolusi 12,1MP tetapi dengan struktur back-illuminated Exmor R CMOS yang mengurangi rolling shutter hingga tiga kali dan memiliki sensitivitas tinggi.

Sensor gambar terbaru ini mencakup sistem focal plane phase-detection AF untuk pertama kalinya pada kamera seri S. Penggunaan struktur back-illuminated juga meningkatkan kecepatan pembacaan data 2x dan dengan kombinasi prosesor gambar baru Bionz XR yang terdiri dari dua gabungan prosesor, membuat kinerja pemrosesan meningkat hingga 8x lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional.

Beberapa fitur utama Sony A7S III antara lain kemampuan perekaman video 4K hingga 120p dengan kedalaman 10-bit dan pengambilan sampel warna 4:2:2. Serta, Full HD hingga 240 fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600.

Dengan S-Log3 yang menawarkan dynamic range 15+ stop dan punya ISO minimum 160 sehingga lebih fleksibel saat pengambilan gambar maupun saat post-production. Juga menawarkan berbagai mode perekaman video, seperti All-Intra dan MPEG-H HEVC/H.265 coding (XAVC HS). Serta, memungkinkan output hingga 4K 60p 16-bit RAW ke perekam eksternal melalui konektor HDMI Tipe-A.

Desain Alpha 7S III juga telah dirombak untuk memastikan pembuangan panas yang lebih efektif dan mencegah pemanasan berlebih - bahkan selama sesi perekaman video terus-menerus dengan fitur 4K 60p 10-bit 4:2:2 selama satu jam atau lebih.

Selain itu, Sony A7S III juga menarkan fitur-fitur seperti mode aktif dengan 5-axis in-body image stabilization, interface layar sentuh, layar LCD vari-angle bukaan samping, viewfinder electronic OLED 9,44 juta-dot, dan merupakan kamera pertama di dunia dengan slot kartu dual CFexpress Tipe A.

Untuk fitur fotografinya, A7S III mengusung sistem Hybrid AF cepat dengan titik 759 phase-detection AF yang mencakup 92% sensor gambar. Kamera ini juga dapat mencapai ketepatan AF tinggi untuk fokus akurat dalam cahaya hingga EV-6, di mana subjek sulit untuk dilihat dengan jelas bahkan dengan mata telanjang.

Kita dapat melakukan pemotretan terus-menerus, lebih dari 1000 gambar RAW yang tidak terkompresi hingga 10fps atau hingga 8fps dalam mode live view, baik secara shutter mekanis atau elektronik. A7S III juga menyertakan HEIF (Format File Gambar dengan Efisiensi Tinggi) yang memungkinkan gradasi 10-bit yang halus dan teknologi kompresi mutakhir untuk menjaga kualitas gambar sekaligus secara signifikan mengurangi ukuran file dan menghemat ruang penyimpanan.

Kata Para Profesional

Dalam acara peluncuran A7S III, Sony juga mengundang Upie Guava selaku Alpha Professional Videographer dan Fajar Bustomi - Indonesian Box Office Film Director untuk menceritakan pengalaman mereka menggunakan A7S III. Bicara filmmaking, menurut Upie Guava di masa depan akan ke arah tidak adanya lagi pembatasan kreativitas, hanya karena support sistem produksi dalam hal ini adalah kamera dan ekosistemnya. Sekat-sekat dalam industri pun akan melebur karena semakin terbukanya platform baru di era internet.

Indie filmmaking atau dengan kata lain limited crew production akan menjadi hal yang mainstream dan akan bersaing di platform yang sama dengan produksi yang dapat dikatakan besar saat ini dan pada masa tersebut ekosistem di sebuah produksi pasti akan berubah sesuai dengan kebutuhannya. Tool atau alat tidak akan lagi menjadi penentu atau pembatas sebuah kreativitas.

Low light sensitivity adalah kunci utamanya, performa kamera ini dalam hal sensitivitas terhadap cahaya membuka banyak peluang untuk mengeksploasi shot-shot yang sebelumnya hanya berakhir di benak kita karena terbentur keterbatasan produksi. Tidak perlu tergantung pada lighting dengan watt yang besar misalnya. Buat Upie Guava, ekosistem LED lighting saat ini dengan Sony A7S III merupakan kombinasi yang sempurna.

Sementara menurut Fajar Bustomi, efek rolling shutter pada A7S III hampir tidak ada dan sudah seperti kamera cinema. Sehingga tidak menutup kemungkinan A7S III bisa digunakan untuk produksi film layar lebar karena bioskop di Indonesia sendiri saat ini rata-rata resolusinya di 2K. Semua yang dibutuhkan untuk produksi film bioskop pun sudah tersedia di A7S III yaitu video 4K 10-bit 4:2:2.

Secara teknologi, menurut mereka Sony A7S III adalah kamera yang cerdas. Tidak hanya bicara spesifikasi yang tinggi tapi fitur-fiturnya juga cerdas dalam artian memenuhi kebutuhan seorang videografer. Misalnya autofocus tidak hanya bicara soal kecepatan tapi juga soal keakuratan dan cara transisi fokusnya natural seperti dikontrol oleh sang videografer.